youngster.id - Musik menjadi salah satu industri yang memiliki potensi besar di era milenial. Terbukanya sistem komunikasi membuat musik bisa menembus batas wilayah dan negara. Semakin banyak saja anak muda Indonesia yang mengejar impian untuk berkiprah di kancah musik dunia.
Satu dekade lalu, istilah go international terdengar megah bagi telinga. Namun kemajuan teknologi zaman ini telah membuka banyak peluang bagi para musisi bertalenta berkiprah di dunia luas. Belakangan nama-nama seperti Agnes Mo dan Ritch Brian adalah musisi Indonesia yang mulai mencuat di industri musik dunia.
Sejatinya, selain Agnes Mo dan Ritch Brian semakin banyak anak muda Indonesia yang mengejar impian menjadi pemusik dunia. Salah satunya adalah Alif Maulana. Namanya belakangan mulai bergaung. Bersama grup band bernama The Clinks, Alif telah meluncurkan album musik berjudul Far For Home di bawah label MAS Record, sebuah label indie terkenal di Inggris. Alif juga mengaransemen semua musik di album ini dan menjadi produser beberapa lagu. Berkat kerja kerasnya bersama keempat sahabatnya itu, pada minggu kedua setelah dirilis, album Far From Home berhasil menduduki peringkat pertama pada Hillz FM top chart album.
Radio BBC Inggris juga menaruh perhatian pada grup musik anak muda ini dengan memutar Strange Love, lagu andalan lain dari album Far From Home di program BBC Music Introducing. Aliran musik pop-rock yang funky yang dibawakan oleh The Clinks membuat lagu-lagunya mendapat tempat di hati para pecinta musik di negeri tempat lahirnya Harry Potter itu.
“Saya bersyukur impian yang saya bangun dari kecil yaitu jadi pemusik internasional perlahan mulai terwujud. Semua dibangun dengan kerja keras dan perjuangan serta keyakinan bahwa ini pilihan hidup dan masa depan saya,” ungkap Alif kepada youngster.id yang menemuinya di Jakarta.
Pemuda yang baru saja menyelesaikan pendidikan di Access To Music, Birmingham City University ini memang tengah pulang ke Indonesia. Rupanya Alif kangen dengan kedua orang tua dan keluarganya yang telah dua tahun ditinggal merantau ke benua Eropa.
“Saya pulang selain melepas kangen juga minta restu dari orangtua agar rencana untuk terus berkarier sebagai pemusik internasional dapat berjalan lancar,” ujar Alif saat wawancara didampingi sang ibu, Sutji Lantika.
Ya sejak dua tahun lalu, Alif memutuskan untuk hijrah ke Inggris yang dinilainya telah memiliki industri musik yang sudah maju. Pemuda kelahiran Jakarta, 14 Juli 1996 ini merasa peluang dia untuk menjadi pemusik internasional akan jauh lebih terbuka ketika dia mendekatkan diri pada pusat industri musik dunia.
“Saya mendapati bahwa di sini pemusik mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Apalagi di bangku studi saya tidak diajarkan bagaimana bermain musik tetapi mendapatkan big picture dari industri musik dan bagaimana menyiapkan diri sebagai seorang musisi,” kisahnya.
Keberanian Mencoba
Kecintaan Alif pada musik itu diakui dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Kedua orang tuanya adalah penggemar music. Bahkan, sang ibu sudah aktif terlibat dalam kegiatan paduan suara sejak masa kuliah. Dari merekalah Alif mendapatkan referensi musik, terutama musik dari era 1980-an seperti Yes, Stevie Wonder dan Phill Collins. Namun dia sendiri sebagai anak generasi “jaman now” menggemari Bruno Mars dan Chris Martin.
Kecintaan akan musik ini pun dipupuk dengan belajar musik. Sejak usia 6 tahun, Alif sudah ikut les vocal dan piano. Seiring waktu dia juga belajar bermain instrument bas dan gitar yang membawanya tampil bersama band sekolah di sejumlah panggung. Meski demikian, masa-masa remaja membuat dia sempat melupakan impian jadi musisi.
“Melihat lingkungan keluarga saya semua pendidikan formal bukan di musik membuat saya jadi berubah pikiran. Bahkan, saya bersikeras untuk kuliah di UI dan akhirnya masuk Fakultas Ekonomi. Setelah kuliah barulah saya menyadari bahwa musik adalah passion saya yang sesungguhnya,” kisahnya.
Untung kedua orangtua mendukung keputusan tersebut. Alif pun memutuskan untuk kuliah musik di Inggris yang diyakini dapat memberi wawasan dan membuka peluang menjadi pemusik internasional. Selain itu, sekolah musik yang dituju menjanjikan kualitas seperti yang dia harapkan. Meski untuk itu Alif harus merantau meninggalkan Tanah Air.
“Enam bulan pertama itu saya benar-benar beradaptasi mulai komunikasi, cuaca hingga makanan. Kadang suka ada miscom karena lingkungan sekitar tidak dari Inggris semua. Saya dari Indonesia dan teman saya ada yang dari Uruguay,” katanya.
Tak hanya itu, dia pernah harus menggelandang tinggal dari satu penginapa ke penginapan lain karena diusir oleh pengurus rumah tempat dia tinggal. Menurut Alif, hal itu terjadi karena ada salah pengertian antara pemilik rumah dan pengelola rumah, dan yang menjadi korban adalah mereka yang menyewa. “Saya sempat kepikiran apa pulang saja ke Indonesia,” ujarnya sambil tertawa.
Untunglah, pemuda berkacamata ini tidak menyerah. Dia membangun kembali kepercayan diri. Apalagi setelah itu dia dapat dengan cepat membangun jejaring dengan para pemusik lain, terutama dari lingkungan kampus tempat dia bersekolah. Salah satunya adalah The Clinks, yang saat itu sudah digawangi oleh Sophie Littlewood yang mengisi vokal, Josh Holmes pada drum, dan Nic Castro pada gitar.
“Kami kenal saat presentasi untuk ujian di kelas. Kebetulan saya waktu itu tampil nyanyi sambil main bas sedang mereka tampil bertiga. Dari situ kami berkenalan, mereka lalu menawari saya untuk membantu bermain bas sebagai pemain volunteer. Saya memberanikan mencoba dan ternyata setelah penampilan perdana, mereka langsung ajak saya untuk bergabung sepenuhnya sebagai basis. Bahkan kemudian saya dipercaya jadi, arranger, song writer dan music director,” tutur Alif.
Solo Karier
Penampilan The Clinks di Battle of The Band 2018, kompetisi band yang cukup ternama di kota Derby, Inggris membuat nama mereka melejit. Mereka diundang untuk mengisi beberapa festival ternama, seperti Godiva Festival dan Lunar Festival. Penampilan yang menarik membuat mereka langsung digaet oleh label indie MAS Records untuk menggarap album Far From Home yang dirilis Juni 2019. Yang membanggakan, Alif bahkan mengaransemen semua lagu yang ada di dalam album Far From Home.
Album debut The Clinks ini menduduki peringkat pertama pada Hillz FM top chart album. Bahkan, Radio BBC memutar single The Clinks berjudul Strange Love di program BBC Music Introducing.
Kini Alif tengah mempersiapkan projek single solo. Oleh karena itu, pemilik suara khas, dengan range tenor yang renyah dan sedikit serak itu akan segera kembali ke Inggris. “Saya terus mengembangkan diri untuk tak sekadar jadi pemain musik tetapi juga terlibat dalam seluruh karya bermusik baik sebagai arranger, produser hingga desain. Karena karya kreatif di industri musik sangatlah luas dan menjanjikan masa depan,” katanya penuh keyakinan.
Alif merasa impian yang tengah dibangunnya itu akan jauh lebih cepat mencapai tujuan ketika dia terjun langsung di industri musik dunia. Menurut Alif, masyarakat di Eropa jauh lebih memberi apresiasi terhadap karya musik. Hal itu dia kerap rasakan ketika tampil sendiri di berbagai kesempatan menyanyikan lagu-lagu ciptaannya atau cover lagu milik artis lain sambil bermain gitar atau piano.
“Setiap tampil para penonton itu menyimak dengan serius, tidak ada yang bermain ponsel atau bercakap-cakap. Itu membuat saya sebagai musisi merasa dihargai dan jadi lebih bersemangat untuk berkarya,” ujarnya.
Alif juga yakin bahwa karier yang dia pilih ini memiliki masa depan yang cerah. Oleh karena itu, dia memantapkan langkah untuk kembali ke Inggris dan mengejar cita-citanya. “Saya sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Restu dari orang tua juga sudah didapat. Tinggal kerja keras dan berkarya yang terbaik saja. Sisanya biarlah masyarakat yang menilai, “ pungkasnya.
==================
Alif Maulana Toeanradjo
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juli 1996
- Pendidikan : Bachelor of Art, Access To Music, Birmingham City University
- Pekerjaan : Pemusik, Penyanyi, Arranger, Produser
- Album : Far For Home (The Clinks)
================
STEVY WIDIA