Arnold Poernomo : Berkat Hobi, Menjadikannya Master Chef Muda yang Memiliki Beberapa Resto

Arnold Poernomo, Master Chef & Founder KOI Dessert Bar, Monkey’s Corner, Bebini Gelati, LACI, dan MangkokKu (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Bisnis kuliner disebut tidak ada matinya. Mulai dari makanan hingga minuman kekinian hadir dengan berbagai tren untuk menjadi pilihan bisnis banyak pengusaha kuliner. Namun untuk bisa bertahan menghadapi ketatnya persaingan dibutuhkan resep yang jitu.

Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), jumlah usaha kuliner di Indonesia mencapai 5,55 juta unit atau 67,66% dari total 8,20 juta usaha ekonomi kratif. Rerata pertumbuhan usaha ekonomi kreatif selama 7 tahun terakhir adalah 9,82%.

Perkembangan bisnis kuliner saat ini ditopang oleh banyaknya momentum yang mendorong masyarakat berbelanja dan makan di luar rumah lebih sering. Di sisi lain, kompetisi antara kuliner nusantara dengan kuliner asing semakin ketat. Serbuan bisnis kuliner dari luar negeri terlihat dengan menjamurnya gerai yang menyajikan aneka makanan dan minuman asing. Tren pun diciptakan seperti minuman dengan campuran boba, atau  makanan dengan campuran keju. Tiruan dari produk itu pun hadir di berbagai gerai.

Langkah “meniru” ini yang menurut Arnold Poernomo, pengusaha kuliner yang dikenal sebagai salah seorang Master Chef ini tidak akan membuat bisnis kuliner bertahan lama.

“Sekarang banyak sekali pengusaha kuliner yang copycat, dan tidak memiliki produk yang originality. Bagaimana bisa berkompetisi baik kalau produknya meniru dan tidak ada identitas. Saya percaya yang makanan yang hype itu tidak sustain dan akan cepat turun,” ungkap Arnold saat ditemui youngster.id belum lama ini di Jakarta.

Arnold meyakini jika bisnis kuliner yang hanya berlandasan ikut-ikutan tren saja hanya akan bertahan sebentar, dan kemudian akan digilas tren kuliner lainnya. “Makanan hype tidak berkelanjutan. Namanya juga hype. Tren akan cepat turun,” ujarnya.

Pria yang pernah masuk daftar 30 under 30 Forbes Asia 2017 itu, sekarang memiliki sejumlah usaha kuliner. Di antaranya KOI Dessert Bar dan Monkey’s Corner di Australia, Bebini Gelati di Surabaya, LACI di Bali serta gerai Mangkokku yang merupakan bisnis kolaborasi dengan Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep.

Arnold memberi contoh, konsep originalitas dan karakter Indonesia diterapkan dalam mengkreasikan menu di Mangkokku. “Kami nggak mau bikin sesuatu yang nge-hype sebentar. Jadi kami bikin rice bowl yang bisa dinikmati semua orang untuk waktu jangka panjang di Mangkokku. Dengan menggunakan bahan yang original dan berkualitas dengan identitas menu Indonesia. Kalau sudah bahan original dan punya identitas, pasti mempromosikan dan menjualnya lebih percaya diri,” ucapnya.

Selain itu, kecintaan mereka pada nasi juga jadi salah satu alasan utama dibuatnya MangkokKu. “Karena kami semua pencinta nasi dan semua orang Indonesia makan nasi. Nah dari situ kami baru kembangkan,” ungkap kakak Chef Reynold Poernomo itu.

Konsep ini terbukti sukses. Di awal buka MangkokKu di Tanjung Duren bisa menjual 550 porsi ricebowl. Kini per hari MangkokKu bisa menghabiskan 35 kilogram brisket. Tak heran jika gerainya pun dengan cepat bertambah jadi empat gerai di Jakarta. “Tahun ini kami akan buka ManggkokKu di Surabaya, Depok dan Bekasi,” ujar Arnold.

 

Self Empowerment

Nama Arnold melejit sejak dirinya hadir sebagai juri di ajang Master Chef Indonesia. Selain penampilannya yang menarik, keahliannya memasak juga tak diragukan lagi. Keahlian ini telah dipupuk Arnold sejak kecil. Pasalnya sang nenek memiliki restoran, sedangkan ibunya adalah seorang koki.

Menariknya, pria kelahiran Surabaya, 18 Agustus 1988 ini belajar ilmu masak secara otodidak. Ia tidak memperoleh pendidikan memasak sama sekali melalui lembaga atau institusi memasak yang mengeluarkan sertifikat resmi sebagai seorang chef. “Karena itu panggilan chef itu berat,” ujarnya.

Namun sejak kecil Arnold sudah terjun ke dunia kuliner. Di usianya yang menginjak 14 tahun, ia memberanikan diri untuk bekerja menjadi junior kitchen hand di salah satu kafe dekat rumahnya demi menambah uang jajan.

Meski harus melakukan kerja yang cukup kasar seperti membersihkan dapur dan mencuci piring, itu menjadi pengalaman pertamanya bekerja dan menghasilkan uang dari hasil keringatnya sendiri. Pengalaman sebagai seorang junior kitchen hand ternyata membuka minatnya yang besar pada dunia kuliner.

“Sekolah masak itu sangat mahal. Jujur aja kami nggak sekolah sih, karena kami kurang mampu. Nyokap nggak bisa sekolahin sampai kuliah. Jadi cuma sampai SMA aja,” ungkap Arnold.

Meski demikian, kecintaan pada dunia kuliner membuat dia terus menggali ilmu dan teknik memasak secara otodidak. “ Saya mengembangkan self empower dengan terjun langsung bekerja di dunia kuliner. Mulai dari jadi barista, bartender barista, hingga akhirnya jadi koki,” kisahnya.

Keinginan untuk mengenal lebih dalam kuliner Tanah Air yang telah ditinggalkan sejak usia 10 tahun membuat dia menerima tawaran mengelola sebuah restoran di Jakarta. Bahkan, Arnold meraih Best Young Chef pada 2012. Di Tanah Air dia mendapat peluang ketika menjadi tamu di Master Chef musim kedua dalam episode Pro Chef Challenge hingga akhirnya menjadi juri tetap di ajang pencarian bakat Master Chef Indonesia hingga kini.

Meski sudah mendulang berbagai kesuksesan dan meraih popularitas, tak lantas membuat Arnold puas. Dia ingin membuat restoran dan kafe sendiri yang ia wujudkan di tahun 2015. Bersama dengan kedua saudaranya, Ronald Poernomo dan Reynold Poernomo, Arnold membangun KOI dessert bar di kawasan Chippandale, Sydney, Australia.

 

Berkat hobinya dalam memasak, yang didukung jiwa kewirausahaannya, menjadi Arnold Poernomo sebagai Master Chef muda yang memiliki sejumlah resto (Foto: Dok. Pribadi)

 

Tren dan Impian

Berkat kerja keras maka Chef Arnold bisa meraih sukses di bisnis kuliner. Bahkan usaha keluarga itu bisa berkembang pesat. Aneka produk pun diluncurkan dan diterima baik oleh masyarakat.

Setelah menikah, Arnold bersama sang istri Tiffany Soetanto membuka kedai gelato di Surabaya bernama Bebini Gelati. Menurut dia, dessert akan menjadi tren kuliner yang disukai masyarakat Indonesia.

“Pada dasarnya orang Indonesia itu suka yang manis. Karena itu tren dessert dan jajanan pasar yang manis akan kembali disukai,” ujarnya.

Selain itu, kecintaan Chef Arnold akan makanan Indonesia juga membuat dia menghadirkan ciri khas ini di hampir semua restorannya. “Saya suka mengeksplore makanan Indonesia. Saya tidak menghilangkan originalitas, tetapi membawanya menjadi brand internasional,” katanya penuh semangat.

Kembali dia memberi contoh menu MangkokKu. Menurut Arnold, di sana tidak menawarkan banyak menu, tetapi ciri khas utama ada pada sambal. “Saya sangat suka sambal, makanya di MangkokKu sambalnya harus benar-benar enak,” ujarnya.

Ke depan, Arnold menargetkan bisnisnya bisa merambah ke semua segmen. Mulai dari yang kelas menengah hingga atas. “Tidak ada sesuatu yang terlalu besar atau tidak bisa dicapai,” katanya lagi.

Selain itu, Arnold juga ingin berbagi pengalaman dan keahlian memasaknya dengan membuka sekolah memasak. “Dengan semakin terbukanya dunia kuliner, maka banyak orang yang ingin belajar masak. Sayangnya,s ekolah masak itu mahal sehingga tidak banyak yang bisa mencapai cita-cita itu. Saya punya mimpi bisa punya institusi yang dapat memberi pelajaran memasak dengan baik. Karena I want everybody to eat and food better,” pungkasnya.

 

===================

Arnold Poernomo

Nama Restoran :

==================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version