youngster.id - Meraih kemapanan dalam berbisnis adalah cita-cita semua pengusaha. Namun untuk menuju hal itu butuh perjuangan dan kedisplinan. Bahkan tak jarang harus gagal dalam berbagai usaha, baru menemukan yang paling cocok. Selain itu perlu target dan visi yang jelas dari usaha itu.
Hal itu juga yang dialami Daniel Mananta. Ya, selain dikenal sebagai presenter musik kondang, pemuda kelahiran Jakarta 15 Agustus 1981 ini adalah entrepreneur. Selama 8 tahun ini dia berhasil membangun brand fashion Damn! I Love Indonesia (DILI) menjadi salah satu ikon urban street wear fesyen Indonesia. Saat ini brand “Damn! I Love Indonesia” memiliki 9 gerai yang tersebar di beberapa kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Makasar, dan Manado.
“Awalnya, gue tidak pernah bermimpi akan memiliki usaha seperti ini. Namun, sejak awal pembuatan usaha ini, gue yakin pasti berhasil,” ungkap mantan video jockey (VJ) MTV ini kepada Youngsters.id.
Keyakinan itu didukung oleh misi dia untuk menyadarkan anak muda kembali menghargai budaya Indonesia. “Bisnis ini bukan target utama gue, bukan omzet atau toko sebanyak mungkin. Tapi seberapa banyak anak Indonesia yang tadinya suka sama budaya luar sekarang jadi cinta banget sama budaya Indonesia. Visi kami adalah mempromosikan modern patriotism,” ucapnya.
Sebagai produk yang mengampanyekan cinta Indonesia, tak sedikit orang mempertanyakan pada Daniel kenapa dia justru menggunakan bahasa Inggris pada nama labelnya. Menurut Daniel karena dia ingin mempromosikan Indonesia hingga ke berbagai belahan dunia. Jika memakai bahasa Indonesia tentunya tidak akan banyak orang yang mengerti.
“Karena gue cinta banget sama Indonesia, jadi gue pengen orang bule atau orang Indonesia secara tidak langsung menjadi duta besar dari Indonesia. Karena semua orang bisa lihat dia pakai baju Damn! I Love Indonesia mungkin dia dari Indonesia atau dia adalah orang Indonesia. Kita sebisa mungkin meneriakkan yuk kita sama-sama cinta Indonesia,” tutur Daniel.
Tak urung, Daniel berhasil “merayu” sejumlah artis, termasuk selebriti luar negeri seperti David Beckham, Jay Park, Bakcstreet Boys dan vokalis Maroon 5, Adam Levine untuk mengenakan kaos Damn! I Love Indonesia.
Menurut Daniel, dunia fesyen memang akan sangat menjadi identitas jika seseorang telah memperlihatkan statement. Maka dari itu produk dengan statemen “DAMN!, I Love Indonesia” ini akan memperlihatkan pada publik bahwa pemakainya sangat mencintai Indonesia.
“Mudah-mudahan nih Damn! I Love Indonesia bisa jadi satu kaos seperti I Love NY. Itu salah impian gue juga,” ujar Daniel
Berkali-kali Gagal
Sesungguhnya bisnis DILI bukanlah bisnis petama Daniel. Putra pasangan Donny Mananta dan Anawaty Angkasa ini memang memilki jiwa entrepreneur yang kuat di dalam dirinya. Apalagi kedua orang tuanya mendidik agar anaknya bisa mandiri secara finansial sejak masih SMA.
Dorongan itu membuat Daniel pernah coba berbisnis di bidang Multi Level Marketing (MLM) yang modalnya didapat dari tabungan dia bekerja di restoran ayam bakar. Dia juga pernah mencoba bisnis baju bergaya Jepang dengan membuka toko di WTC Mangga Dua. Dan masih banyak lagi jenis usaha yang pernah dijajal Daniel, namun gagal.
Menariknya kegagalan itu bukan membuat Daniel kapok, tetapi dia terus mencoba lagi. “Gue berbisnis terus karena gue merasa bahwa gue adalah businessman di dunia entertainment,” ujar Daniel.
Kreativitas mantan VJ MTV ini lalu dituangkan ketika dia membuat produk baju dan kaos hitam berlabel Damn Black. Damn itu berasal dari singkatan nama foundernya Daniel Mananta. “Gue mulai modal bisnis ini adalah hasil tiga kali jadi MC,” ungkapnya. Dia mengaku merogoh kocek pribadi sekitar Rp 80 juta untuk memulai usaha ini.
Awalnya desain kaos Damn Black, berwarna hitam dengan desain ikon dunia musik seperti Rolling Stones dan Beatles. Ternyata konsep ini mendapat pangsa pasar yang baik. Melihat itu, Daniel pun memutuskan untuk menuangkan visinya berupa concept store yang kental dengan budaya Indonesia. Maka lahirlah nama Damn I Love Indonesa dengan toko pertama di FX, pada 28 Oktober 2008.
Ketika mulai membuka DILI pada 28 Oktober 2008, Daniel tidak terlalu menargetkan bisa langsung mendapat keuntungan besar. Apalagi tujuan awalnya berbisnis juga bukan untuk mencari keuntungan semata. Dia ingin membuat label busana yang menyadarkan anak muda untuk kembali menghargai budaya Indonesia.
Meski enggan menyebutkan berapa keuntungannya dalam per tahunnya. Tapi menurut Daniel saat ini, produksinya pun telah meningkat 30 kali lipat. Dulu, saat baru pertama kali membuka usahanya, Daniel hanya memproduksi sebanyak 10 lusin dengan dua warna saja. Namun saat ini jumlahnya terus naik hingga ia bisa memproduksi ribuan kaos setiap bulan, dengan 10 warna yang berbeda untuk perempuan dan laki-laki.
Bahkan Daniel mengaku, dia tidak pernah mengambil keuntungan sedikitpun untuk kepentingan pribadinya. Seluruh keuntungan Damn! I Love Indonesia selama ini selalu diinvestasikannya untuk membuka cabang-cabang baru di seluruh Indonesia.
“Selama ini gue belum pernah ambil untung karena passion gue gitu. Gue ingin banget supaya benih-benih cinta Indonesia lebih tersebar lagi dari Sabang sampai Merauke. Gue masih bisa menahan diri karena untungnya pekerjaan-pekerjaan gue di luaran masih oke,” katanya sambil tertawa.
Nyaris Pecah
Kini DILI semakin berkembang. Gerainya ada 4 di Jakarta, 2 di Surabaya, masing-masing satu gerai di Makasar dan Manado. Namun di sisi lain, rintangan juga tidak berhenti datang. Bahkan, Daniel dengan jujur mengaku bahwa beberapa kali bisnis ini hampir pecah.
“Sudah berkali-kali hampir jatuh, tapi bisa berdiri lagi. Hampir setiap tahun terpikir apa gue stop aja di sini. Tapi karena ini passion dan didukung banyak orang, maka niat itu selalu tidak terjadi,” ungkap suami dari Viola Maria itu.
Ia mengaku bahwa permasalahan kerap datang dari internal perusahaan. “Suka berantem, slek juga. Bisnis hampir bangkrut atau pecah itu karena miss management. Bukan karena kompetitor yang besar,” ujar Daniel. Meski demikian, Daniel berusaha agar setiap masalah yang terjadi dapat diatasi atau dilalui dengan mencari solusi terbaik.
CEO DAMN I Love Indonesia ini mengatakan yang paling penting adalah bagaimana caranya mengelola orang-orang di dalam perusahaan agar menjadi winning team. Selain itu, menekan ego untuk mewujudkan misi dan keberlangsungan bisnis menjadi hal yang perlu dilakukan untuk bertahan.
“Yang namanya pacaran saja banyak berantemnya, marrige juga berantem, sahabatan juga, apalagi ngomongin soal duit. Nah, kalau kita bisa terus bertahan, dan kita fokus sama satu bisnis, gue yakin itu bisnis bakal membesar,” ujar Daniel.
Kini DILI memperluas lini produknya dengan memproduksi celana dan topi. Perambahan bisnis ini dinilai Daniel merupakan startegi yang tak bisa dihindari, karena bisnis concepted dengan sebuah statement ini akan sangat ampuh dikembangkan dan berjalan pada produk bisnis fesyen yang lain.
Di balik itu semua Daniel bersyukur dia diberikan Tuhan otak penuh kreativitas, sehingga tak pernah kehabisan ide. Menurutnya banyaknya budaya Indonesia sangat memudahkannya untuk membuat berbagai macam desain Damn! I Love Indonesia.
“Ide kita di Damn! I Love Indonesia nggak akan pernah habis karena kita punya cukup untuk 10 tahun, bahkan 100 tahun mendatang, karena Indonesia itu begitu kaya akan budaya. Banyak aspek yang bisa kita angkat. Event-event kayak Sumpah Pemuda, banyak sekali yang bisa diangkat,” kata Daniel.
=============================================
Daniel Mananta
• Tempat tanggal lahir : Jakarta, 14 Agustus 1981
• Pendidikan : University Edith Cowan, Perth Autralia
• Brand : Damn I Love Indonesia
• Mulai usaha : 28 Oktober 2008
• Modal Awal : + Rp 80 juta
• Jumlah Outlet : 9 (Jakarta, Surabaya, Makasar, Manado)
• Produksi : Ribuan kaos setiap bulan, dengan 10 warna yang berbeda untuk perempuan dan laki-laki.
============================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post