youngster.id - Bisnis fashion tak ada matinya. Tingginya kesadaran masyarakat Indonesia akan tren mode membuat bisnis fesyen pun semakin menggeliat. Belakangan ini semakin banyak muncul brand baru dengan keunggulan masing-masing.
Subsektor fesyen menjadi penyumbang terbesar kinerja ekspor ekonomi kreatif (ekraf) sebanyak 54,54 persen pada 2016. Selain itu, fesyen juga memberi kontribusi terbesar kedua dalam kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni 18,01% setelah kuliner.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor fesyen mengalami kenaikan 0,06 % menjadi US$ 10,90 miliar dari 2015. Namun dari sisi kontribusi kinerja ekspor mengalami koreksi, yakni dari 56,27% menjadi 54,54%.
Peluang di bisnis ini pun masih terbuka lebar. Pasalnya konsumen memiliki keinginan fesyen yang beraneka ragam. Nah, dari sisi itulah yang justru akan memberikan banyak peluang bagi para pebisnis pemula. Konsep ini yang dibangun oleh Della Mertha Ananta, dengan brand KilauArti.
“Saya melihat bahwa ada segmen fesyen yang belum banyak diisi oleh para pemain lain, yaitu mode gaun pesta. Dan saya ingin mengisi segmen ini terutama produk yang ditujukan untuk kalangan anak muda,” ungkap Della, saat ditemui youngster.id di lokasi workshop KilauArti di kawasan Pondok Indah, Jakarta.
Ya, meski terbilang baru, nama KilauArti mulai nge-hits di kalangan pecinta fesyen anak muda Jakarta. Terutama dalam hal gaun pesta atau gaun malam. Pasalanya, merek yang didirikan Della ini menampilkan siluet busana berpotongan A line yang diperkaya dengan detil aksen dan manik-manik dan mutiara. yang membuat gaun ini terlihat cantik, elegan dan glamor. Terutama bagi mereka yang aktif bersosialisasi dalam sejumlah pesta dan acara mewah.
Tak heran jika dalam waktu kurang dari dua bulan, busana rancangannya langsung mencuri perhatian, terutama di kalangan anak muda yang aktif di sosial media.
“Saya suka dengan semua yang detil, karena itu baju-baju kami itu sangat kaya dengan manik-manik dan mutiara. Saya baru puas jika detil itu terpenuhi,” kata Della sambil tersenyum. Nilai estetik juga diterapkan melalui pemilihan bahan, seperti textured jacquard, bordir tule, dan gold coated lace.
“Saya belum lama ini menyadari bahwa pilihan busana pesta untuk anak muda ternyata sangat terbatas. Dan kami ingin hadir dan menawarkan produk yang sesuai dengan jiwa anak muda, namun dengan penampilan yang elegan dan glamor,” ungkapnya.
Awanya, busana ini dia rancang dan buatkan untuk kalangan keluarga saja. Namun, ternyata berkat pergaulan mereka yang luas, mulai ada permintaan dari orang banyak. Bahkan kemudian permintaan ini semakin meningkat ketika Della memajang foto-foto busananya di sosial media Instagram. Dari sanalah akhirnya dia memutuskan untuk serius menjalaninya dan menjadikan sebagai bisnis berkelanjutan.
“Saya melihat ada peluang pasar yang menarik, dan saya merasa kenapa tidak untuk memulai bisnis ini. Dari sini saya bisa mulai membangun sesuatu yang dapat membuka lapangan kerja bagi orang lain,” ujar Della.
Terlambat Jatuh Cinta
Perempuan muda ini mengaku agak terlambat jatuh cinta pada dunia fesyen. “Dahulu saya menggira passion saya adalah di dunia akuntansi. Ternyata setelah saya lulus dari kuliah, barulah saya menyadari bahwa ternyata passion saya adalah di fesyen,” ungkap Della.
Kesadaran itu didapati setelah menyelesaikan pendidikan sebagai akuntan dari kampus Trisakti. Ketika itu, Della bersama ibu dan adiknya harus menghadiri pesta dan bingung mau mengenakan baju apa, agar terlihat beda dan cantik. Lalu Della pun mendapat ide untuk menuangkan gaya fesyen yang mereka mau kepada tukang jahit langganan mereka.
Ternyata ide rancangan itu hasilnya memuaskan. Bahkan, mereka mendapat pujian dari para tamu undangan di acara tersebut. Begitu mengetahui bahwa baju itu hasil rancangan Della, maka pesanan mulai bergulir.
Perempuan kelahiran Pontianak, 13 Maret 1994 ini menjadi bersemangat dan semakin jatuh hati pada fesyen. Dia memutuskan untuk serius menekuni ini sebagai bisnis pada awal 2018. “Saya merasa bahwa ini adalah bisnis yang sesuai dengan passion saya. Terasa sulit, namun memuaskan,” ujarnya.
Della pun mencurahkan seluruh energi dan kreativitas untuk membangun brand fashion bernama KilauArti. “Nama Kilauarti ini kami pilih, karena kami menuangkan segala ide dan memiliki arti tersendiri. Kami ingin baju kami juga bisa berarti bagi orang yang mengenakannya,” ungkapnya.
Langkah awal yang Della lakukan adalah dengan memproduksi produk ready to wear. Untuk itu dia harus mencari bahan dan pekerja. “Modalnya lumayan besarlah,” ujarnya sambil tertawa tanpa mau menyebutkan angka.
Ciri khas dari gaun KilauArti ada pada taburan payet dan mutiara yang detil. “Kami benar-benar memperhatikan detil. It’s all about detail,” klaimnya.
Della bekerja keras untuk membangun merek KilauArti ini. Termasuk mengandeng desainer yang dapat menerjemahkan ide-ide kreatifnya. Dia juga mempekerjakan lima orang penjahit dan pemasang payet. Alhasil pada peluncuran koleksi perdana Agustus lalu, mereka berhasil menampilkan 30 model dengan masing-masing tujuh stok gaun.
Dan dengan semakin banyaknya peminat akan produk KilauArti, maka Della mengajak adiknya Dellia Pramesty Anantara sebagai co-founder, sekaligus marketing dari KilauArti. Gadis yang tengah menekuni ilmu kedokteran di kampus Trisakti ini mengaku sangat senang ikut dilibatkan dalam bisnis sang kakak. “Saya banyak belajar mengenai bisnis ini. Ini sekaligus bisa menjadi selingan di tengah berbagai buku dan materi kuliah yang saya dapatkan selama ini,” ucap Dellia.
Selain memproduksi baju ready to wear, KilauArti juga membuat gaun custom berdasarkan pesanan. Mulai dari gaun malam, pesta pernikahan hingga gaun fesyen muslim.
Kompetisi Brand
Dengan konsep yang detil itu maka produksi KilauArti untuk ready to wear terbilang terbatas, hanya sekitar 30 model dengan masing-masing tujuh stok. Pasalnya, pengerjaannya yang detil, termasuk memasang payet dan mutiara memakan waktu 7-15 hari. Tak heran jika harganya pun bervariasi mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 12 juta.
Pemesanan untuk KilauArti terbilang cukup tinggi. Setiap bulan mereka mendapatkan pemesanan baju custom sekitar 2-4 piece. Belum lagi produksi untuk ready to wear yang koleksinya dijadwalkan akan berganti setiap tiga bulan. Bahkan, Della mengaku nyaris kelabakan menghadapi pemesanan yang terus meningkat.
“Kami berusaha melayani semua orang. Tetapi untuk waktu pengerjaan kami benar-benar harus menyesuaikan dengan proses pengerjaan. Karena kami sangat ingin detilnya benar-benar sempurna,” ungkapnya.
Della mengaku tantangan yang dihadapi saat ini adalah ketersediaan bahan baku. “Kami menggunakan bahan baku dalam negeri, dan kadang bahan yang tersedia itu stoknya habis. Untuk itu kami harus mencari pengganti yang sesuai atau paling tidak sama dengan produk yang akan diproduksi. Dan untuk itu berarti butuh waktu lagi. Untung sejauh ini para pelanggan kami bisa memahaminya,” ungkap Della.
Selain itu, proses pengiriman juga menjadi kendala yang cukup berarti. Karena pemesanan mulai datang dari luar Jabodetabek. “Kami kadang khawatir karena pengiriman itu tidak dapat memastikan dengan tepat waktu barang akan tiba di tangan konsumen,” ujarnya. Oleh karena itu, dia selalu berkomunikasi dengan para pelanggannya agar memantau proses pengiriman barang mereka.
Di sisi lain, bisnis ini dikerjakan berbarengan dengan kariernya sebagai seorang akuntan. “Untuk mewujudkan ini saya mengerahkan seluruh tenaga. Capek tapi memuaskan,” ujar Della lagi.
Dia juga ingin menambah kemampuan dengan mengambil sekolah fesyen desainer pada tahun depan. Untuk koleksi selanjutnya Della telah menyiapkan rancangan untuk busana wedding dan muslim. “Hal ini karena melihat tingginya permintaan akan kedua mode ini. Semoga rencana ini dapat segera terwujud tahun depan,” pungkasnya.
==================================
Della Mertha Ananta
- Tempat Tanggal Lahir : Pontianak 13 Maaret 1994
- Pendidikan Terakhir : Akuntansi Universitas Trisakti
- Mulai Usaha : Awal 2018
- Nama Usaha : KilauArti
- Jabatan : CEO & Founder
- Produksi : sekitar 70 piece per bulan
- Omzet : Rp 12 – 50 juta/bulan
=================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post