Delly Fitriansyah Darusman : Bisnis Clothing Line Tak Ada Matinya

Delly Fitriansyah Darusman, Founder & CEO Dobu Jack Invasion (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

youngster.id - Clothing line adalah salah satu bagian dari industri kreatif di bidang fesyen yang terus berkembang. Bisnis ini diminati oleh generasi muda karena mewakili eksistensi mereka, sekaligus menampilkan hasil karya sendiri.

Berbeda dengan produk fesyen lainnya, clothing line memang memiliki pasar tersendiri. Model busana yang umumnya berupa T-shirt, memiliki keunikan pada desain gambar. Pada lini fesyen ini, desain tampil dengan ciri khas tersendiri. Jarang ada desain yang sama, sehingga dianggap mewakili karakter dari masing-masing pemakainya.

Berkat karakteristiknya itu, hingga saat ini bisnis clothing line terus berkembang. Salah satu “pemain” lama yang masih bertahan di bisnis ini adalah Dobu Jack Invasion, sebuah brand clothing line yang diinisiasi Delly Fitiransyah Darusman. Usaha yang dirintisnya sejak 2004 ini telah berkembang pesat. Bahkan, mengantarkan Delly menjadi jutawan.

“Makanya aku pilih bisnis clothing ini, karena regenerasi untuk anak muda nggak akan ada matinya. Pasti ada terus, dari mulai SMP dan SMA. Apalagi pasar kami ini anak muda banget. Dan kalau dibilang, prospek di bisnis ini sangat menjanjikan dan menggiurkan hasilnya,” ungkap Delly saat ditemui Youngsters.id di ajang JackCloth Ramadan 2017 lalu.

Keyakinan itu yang membuat Delly berani memutuskan untuk berwirausaha. Sebelum memiliki brand sendiri, pria kelahiran Bandung, 17 Juni 1986 ini membantu rekannya memasarkan produk clothing secara door to door.

Rupanya, di sinilah Delly mendapati prospek bisnis clothing line. Dia pun memutuskan untuk  meninggalkan bangku kuliah tahun pertama untuk berkonsentrasi pada bisnis ini. “Dalam waktu 2 tahun, usahaku mulai tumbuh besar. Sampai aku berani buka toko offline di Bandung. Cuma karena sibuknya, kuliahku yang pertama di UPI sempat berhenti, karena aku lebih memilih berwirausaha membesarkan bisnis clothing ini,” ungkapnya sambil tersenyum.

Kini, Delly telah memiliki dua toko offline di Bandung dan Bekasi. Selain itu, produk Dobu Jack Invasion telah disalurkan di 20 kota di Indonesia seperti Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar serta beberapa reseller di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

“Aku ingat selalu, keberhasilan aku sekarang ini tentu tak lepas dari doa dan peran ibu atas dukungannya yang diberikan sama aku. Makanya Dobu Jack yang aku ambil ini, kependekan dari Doa Ibu Jack. Karena itulah arti yang sebenarnya dari Dobu Jack,” ucapnya sambil tersenyum.

 

Ke depan Delly dan timnya akan lebih menggiatkan pemasaran produk Dobu Jack secara online (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

 

Otodidak

Delly mengaku, dirinya berhasil membesarkan nama brand Dobu Jack tanpa ada bimbingan yang diberikan orang lain, maupun orang yang ahli dalam dunia kewirausahaan.

“Aku ini lebih otodidak dalam berwirausaha,” ujarnya. Sebelum ini, dia sempat menjajal karier sebagai pemain bola dan sempat bergabung dengan Persib Junior U15 (2002-2003). Namun nasib berkata lain. Setelah keluar dari lingkungan dunia sepakbola, ia coba beradaptasi dengan lingkungan baru.

“Jujur aku memilih wirausaha saat keluar SMA karena memang tuntutan ekonomi. Orang tua cuma PNS (pegawai negeri sipil), berapa sih penghasilan mereka, untuk membiayai aku kuliah aja mereka sudah berat,” ungkapnya.

Oleh karena itu, ketika ada tawaran dari temannya untuk jualan t-shirt tanpa ragu dia mengambilnya. “Sebelum punya clothing-an sendiri aku cuma bantu jualan t-shirt punya teman di Bandung. Kalau laku satu, aku dapat komisi sebesar Rp 5000. Biar bisa bayar kuliah tanpa membebankan orang tua dan itu setelah aku keluar SMA sekitar di usia 19 tahun,” kenangnya.

Berawal dari pengalaman itulah, Delly pun memberanikan diri memiliki bisnis clothing-an sendiri. Awalnya dia hanya bermodalkan uang sebesar Rp 2,5 juta dari kartu kredit. Namun kemudian, ia menyadari modal itu terlalu kecil untuk pengembangan usaha.

“Karena usaha clothingan ini aku lihat berkembang, akhirnya dengan ijin orang tua aku sempat gadai sertifikat rumah orang tua ke salah satu bank di Bandung,” ungkapnya.

Dengan uang gadai sebesar Rp 40 juta, pemuda yang pernah jadi juara Pop Wil Persib Junior ini mulai berani mengembangkan bisnisnya. Dia tak lagi mengambil produk dari orang lain, tetapi mencoba buat sendiri. Dia mulai mencari bahan baku di Cipendawa, membuka konveksi sendiri dan menggandeng dua desainer. Sementara itu, dia pun mulai penjualan dengan cara door to door ke teman-teman.

Tanggapan positif dituai Delly. Bahkan, setelah 8 bulan berjalan ia  mulai berani memasukan produk Dobu Jack Invasion ini ke toko-toko. “Aku pakai cara titip jual dan konsinyasi. Aku juga mulai berani tampil di sejumlah event pameran,” ujarnya.

Langkah berani ini membuat nama Dobu Jack Invasion ini cepat dikenal. Apalagi Delly ikut dalam pameran KickFest 2006, salah satu ajang pameran clothing line terbesar di Indonesia. Sejak itu, permintaan akan Dobu Jack di pasar meningkat pesat.

“Pelan-pelan keuntungan yang aku dapat dari bisnis clothing ini dapat aku sisihkan untuk membayar kembali sertifikat rumah orangtuaku. Selain itu, aku juga bisa kembali melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri hingga selesai,” paparnya bangga.

 

Delly konsisten mengembangkan bisnis clothing line yang dirintisnya, karena bisnis ini tidak ada matinya (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

 

Fondasi Bisnis

Lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran itu terus menekuni bisnis clothing line. Bahkan pada tahun 2007, ia bisa membuka toko offline pertama di Bandung. Menyusul toko kedua di Bekasi.

Penetrasi produk Dobu Jack juga sudah menjangkau 20 kota besar di Indonesia. Termasuk beberapa reseller yang membantu pendistribusian Dobu Jack di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera.

Lewat usaha ini, Delly kini dapat membawahi 36 orang karyawan termasuk dua desainer. Dia juga punya konveksi sendiri. Semua itu mampu membawa Dobu Jack meraih omzeet Rp 300 juta per bulan untuk low event. “Tapi kalau lagi high event keseluruhannya aku bisa mendapat omset sebesar Rp 2 – 3 milyar,” ujar Delly.

Setelah 12 tahun menjalani bisnis clothing line, ayah dua anak ini menyadari  persaingan bisnis ini cukup ketat. Sejumlah brand baru bermunculan, sementara banyak juga brand lama tidak bertahan. Namun dia tidak khawatir hal itu akan mempengaruhi perkembangan Dobu Jack. Dia yakin punya fondasi yang kuat.

“Persaingan dalam bisnis pasti ada aja. Di bisnis ini ada brand baru bermuculan dan booming, dan ada yang jatuh juga. Tapi kami tidak menjadi takut. Justru dengan berhasil atau tidaknya mereka menekuni bisnis ini kami ini jadi bisa mempelajari segala sesuatunya, kenapa mereka bisa maju bisnisnya dan kenapa mereka bisa jatuh bisnisnya. Jadi kami bisa belajar,” tuturnya.

Menurut bapak dua anak yang gemar main bola ini, fondasi dari bisnis Dobu Jack ada pada harga dan kualitas produk. “Aku menempatkan produk Dobu Jack ini untuk segmen kalangan menengah. Oleh karena itu, produk ini memiliki harga yang terjangkau tetapi dengan kualitas produk yang terjaga. Produk kami ini nggak mahal tapi nggak murahan juga. Ini jadi salah satu pondasi kami memenangkan pasar,” ungkapnya.

Bahkan, suami dari Anisah Fitriani itu mengaku, dia tetap turun tangan sendiri dalam hal pemilihan bahan baku.

Selain t-shirt, Dobu Jack juga punya produk jeans, kemeja, jacket dan tas. Menurut Delly, hal itu juga yang membedakan produk Dobu Jack dengan clothing line lain. “Kalau produk-produk yang ada pada Dobu Jack, selalu kami sesuaikan dengan kultur fesyen kami sendiri disesuaikan dengan tren fesyen anak muda,” ujarnya.

Selain itu, Delly juga mengaku tetap merangkul komunitas. “Tanpa komunitas, Dobu Jack nggak bisa seperti sekarang ini. Karena bisnis clothingan ini adalah bisnis komunitas, jadi jangan malu bergaul dan banyak nanya karena mulai dari mereka desain, buyer, reseller akan berguna sekali bagi kelangsungan bisnis kita ke depannya,” katanya.

Oleh karena itu, meski ikut masuk ke pemasaran online, Delly lebih mengutamakan toko offline. Menurut dia, sejauh ini pendapatan dari penjualan toko oflline lebih besar daripada via online.

“Kami ada web sebenarnya. Cuma iya itu tadi, untuk saat ini aku lebih memilih pemasaran melalui offline dan cara online belum belum bisa mengalahkan penjualan kami lewat offline,” ujarnya.

Namun dia menyadari bahwa di era teknologi sekarang ini, pemasaran online perlu diperhatikan. “Aku ingin membesarkan via pemasaran via online. Tapi saat ini kami perlu berbenah lagi, mulai dari desain, yang mengurusi web dan membenahi manajemen. Kalau itu sudah benar, baru akan kami matangakan pemasaran via onlinenya. Makanya ke depan aku kepingin terus meningkatkan  produk dan kualitas Dobu Jack ini, dan meningkatkan manajemen,” pungkasnya.

 

=======================================

Delly Fitriansyah Darusman

Prestasi                       :

========================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version