youngster.id - Bisnis fesyen muslim menjadi kekuatan baru dalam industri kreatif. Sesungguhnya bisnis ini digerakkan oleh para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Lantaran semakin banyaknya wanita berhijab, secara perlahan tren busana muslim semakin berkembang. Terlebih di Indonesia, sebagai negara dengan jumlah umat Islam sebagai mayoritas. Fesyen muslim menjelma menjadi industri yang menggiurkan. Sejumlah merek kelas dunia pun turut merambah bisnis ini.
Data Kemendag menunjukkan pada 2011-2015 ekspor produk busana muslim menunjukkan kenaikan sebesar 8,15%, dengan nilai ekspor mencapai US$ 4,57 miliar. Hingga Mei 2016, nilai ekspor fesyen mencapai US$ 1,7 miliar, dengan negara tujuan ekspor terutama ke AS, Jepang, Jerman, Korsel, Inggris, Australia, Kanada, Uni Emirat Arab (UEA), Belgia dan China.
Meski semakin banyak produk fesyen muslim, namun peluang bisnis fesyen muslim masih terbuka bagi para pemain baru. Indonesia tercatat berada di urutan kelima dunia untuk bisnis fesyen muslim.
Salah seorang yang turut menikmati kue bisnis busana muslim ini adalah Evy Nurmawati. Dia sukses berbisnis busana muslim di bawah bendera Momy Aisha Olshop. Usaha ini dia mulai dengan modal nekad. Bahkan, Evy berani melepaskan kariernya sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta.
“Aku sempat kerja, tapi setelah punya anak aku ingin fokus urus keluarga aja dan memutuskan diri mencari tambahan keuangan melalui jalan usaha dan menentukan jalanku untuk berusaha di fesyen muslim,” ungkap Evy kepada Youngsters.id.
Menurut Evy, usaha busana muslimnya ini dimulai pada Februari 2016. Dukungan dari usaha konveksi keluarga mempercepat bisnisnya berkembang. Dia mulai dari membuat baju gamis polos dengan harga berkisar Rp 60 ribu hingga Rp 200 ribu per potong. Harga yang menarik dan busana berbahan berkualitas serta jahitan yang rapi membuat produk berlabel Momy Aisha ini pun segera menarik perhatian para pecinta fesyen muslim.
Apalagi, kemudian Evy memanfaatkan pertumbuhan industri e-commerce untuk memasarkan produk dan menjaring konsumen. “Kami telah masuk ke e-commerce melalui Shopee,” ujar Evy. Dengan demikian produk busana muslimnya dengan cepat meraih pasar yang lebih luas. Bahkan kini dia telah memproduksi gamis hingga 6.000 potong per bulan.
“Aku merasa besar banget manfaatnya pemasaran di e-commerce. Mungkin karena trennya orang lebih suka belanja online, penjualan sekarang online pegang 70%, offline 30%,” katanya.
Modifikasi Produk
Diakui Evy, usaha busana muslim ini dimulai dengan merogoh tabungannya sebesar Rp 9,5 juta. Langkah yang paling awal dilakukan adalah dengan melihat tren pasar. Dia melihat bahwa pasar busana muslim syar’i tengah naik daun. Pilihan pun jatuh pada gamis polos berbahan jersey.
“Aku pertama melihat tren pasar, apa yang diinginkan pasar sebenarnya lalu membuat modifikasi pada produk fesyen busana muslimku ini. Karena yang jual dalam bentuk busana gamis polos, nah di sini biasanya aku coba tambahkan dengan himar satu set. Apalagi gamis polos itu bisa dipakai anak muda maupun orang tua. Jadi aku coba menyesuaikan sesuai keinginan,” jelasnya.
Produk fesyen ini dimulai dari pemesanan di sekitar kediamannya saja. “Aku pesan gamis polos dari pabrik dan sudah dalam bentuk jadi. Tetapi, aku ikuti tren mode, dengan karyawan yang aku miliki, melalui konveksi baju gamis dari pabrik tadi coba aku modifikasi lagi, biar tetap bisa mengikuti tren sekarang yang diinginkan masyarakat, khususnya penikmat busana muslim,” ungkapnya.
Ternyata banyak yang menyukai produk yang dia dagangkan. Puncaknya, ketika memasuki bulan Ramadan dan Lebaran, pemesanan akan produk Momy Aisha pun meningkat. Bahkan, Evy mengaku kebanjiran pesanan.
“Nah berawal dari situ, busana muslim yang aku jual banyak dipesan orang. Malah sampai-sampai aku ini sempat kewalahan menghadapi pesanan yang datang,” cerita Evy.
Meski dengan cepat meraih untung dan kembali modal, namun bukan berarti usaha ini tanpa hambatan. Tetapi bagi Evy ini dijadikan semangat untuk terus mengembangkan usaha.
“Jadi ketika hambatan itu datang, dan kerugian besar itu dating, aku anggap nanti akan mendapat ganti dengan keuntungan yang lebih besar lagi atau keuntungan lainnya. Itu yang aku rasakan,” ujarnya.
Semangat ini dia peroleh dari pengalaman dalam keluarga yang memang berlatar belakang pedagang. “Aku sering dapat masukan dan nasehat ketika aku lagi jatuh: ayo bangkit. Dengan apa yang aku alami ini, artinya belum seberapa, karena masih banyak orang lain yang telah mengalami kerugian lebih besar dibanding aku. Biasanya aku umpamakan diri aku seperti itu, biar tetap selalu bersemangat ketika berusaha dan mencoba lebih keras dan mencari apa yang aku lakukan,” imbuhnya.
Menurut Evy, hambatan terbesar adalah pada pengiriman pesanan bahan dari pihak konveksi. Namun, akhirnya masalah itu dapat diatasi berkat pendekatan kekeluargaan yang ia lakukan. Kini setelah berjalan dua tahun, dia bisa memesan 3000 – 4000 potong setiap bulan. Tapi kalau untuk lebaran hampir 6000 potong. Selain itu, dia juga bisa mengeluarkan model baru setiap minggu untuk beberapa artikel busana. Alhasil, omzet dari bisnis ini bisa mencapai Rp 20 juta – Rp 30 juta per bulan. Tetapi, di masa bulan Ramadhan, omzetnya bisa meningkat tiga kali lipat, yakni hingga Rp 70 juta.
Meningkat Drastis
Perempuan kelahiran Pemalang, 15 September 1991 ini melihat bahwa bisnis fesyen muslim ini akan berkembang dengan konsep perdagangan online. Oleh karena itu, dia tidak melewatkan kesempatan untuk bermitra dengan e-commerce. Bahkan, turut menjadi UKM binaan dari Shopee Indonesia.
“Dengan menggunakan jalur online aku sudah bisa memenuhi keinginan para pelanggannya untuk mendapatkan produk dan koleksi dari Momy Aisha Olshop,” ujarnya.
Kini, istri dari Dedi Katamso itu mempekerjakan empat orang karyawan, dengan 1 orang sebagai admin untuk menangani pesanan yang datang dari Shoppe. Satu orang lagi untuk meng-handle pesanan yang datang langsung ke gudang atau took, baik barang keluar dan masuk. Sedangkan 2 orang lainnya untuk packing.
“Saat bergabung dan bisa berjualan dengan Shopee, aku jadi punya gudang sendiri dan properti di gudang. Bahkan bisa mengganti motor suami sama beli mobil. Setahun bergabung meningkatnya drastis. Yang nggak kalah penting ketika bergabung dengan Shopee, sistemnya nggak rumit, pelayanan gratis ongkirnya itu salah satu yang membuat penjualan produk aku bisa melonjak,” paparnya bersemangat.
Alumni SMK Perwira Jakarta ini berharap bisnis busana muslim yang dikembangkannya ini bisa berkelanjutan dan membawa manfaat bagi banyak orang.
“Alhadulillah, kata mereka apa yang aku lakukan ini bisa menginsipirasi tetangga-tetangga sekitar, teman-teman yang mencoba mulai usaha melalui cara online. Mereka ingin belajar. Dan, di sini aku berbagi ilmunya, karena aku nggak kepingin sukses sendiri tetapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain dengan apa yang aku lakukan,” pungkasnya.
==========================================
Evy Nurmawati
- Tempat Tanggal Lahir : Pemalang 15 September 1991
- Pendidikan : SMK Perwira Jakarta
- Nama Usaha : Momy Aisha Olshop
- Mulai Usaha : Februari 2016
- Modal Awal : Rp 9,5 juta
- Omset : Rp 20 juta – Rp 70 juta
- Jumlah karyawan : 4 orang
========================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post