youngster.id - Kemajuan suatu negara dapat terlihat juga dalam perkembangan industri kreatifnya. Industri kreatif mencakup banyak bidang salah satunya yaitu bidang animasi. Melihat perkembangan animasi yang kian maju di dunia tidak ada salahnya bagi Indonesia untuk ikut terjun dalam bidang ini.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar dalam bidang animasi. Banyak juga para animator handal di Indonesia, namun dengan dengan banyaknya kendala serta hambatan yang akhirnya menjegal kemajuan industri animasi Indonesia.
Animasi adalah salah satu industri kreatif yang perkembangannya sangat menjanjikan baik dari segi budaya ataupun ekonomi. Pemerintah Indonesia bisa mengambil contoh pada Korea Selatan yang menerapkan harus adanya animasi lokal yang tayang di televisi. Atau, mencontoh Jepang yang melindungi negaranya dari animasi-animasi luar.
Data BPS dan Bekraf, pertumbuhan industri animasi lokal sekitar 10%. Meskipun kontribusinya masih kecil industri animasi memiliki potensi. Saat ini, terdapat banyak studio animasi atau gim lokal di Indonesia yang memiliki kapasitas tenaga kerja berkisar antara 100-300 orang. Beberapa studio ini sukses mengerjakan proyek sendiri, sedangkan studio-studio lainnya menyokong produksi film dari dalam dan luar negeri.
Hal ini mendorong mulai banyak anak muda yang terjun ke industri ini. Salah satunya adalah Fajar Ramayel, yang mendirikan Dawn Imagion Studio. Studio ini mulai dikenal dengan animasi film pendek Lukisan Nafas yang meraih Piala Citra untuk kategori film pendek animasi terbaik tahun 2017.
“Kami berusaha membuat animasi untuk semua umur dengan menyelipkan pesan-pesan yang dalam untuk membuat dunia ini lebih baik. Baik dalam sisi kemanusiaannya maupun dari sisi atau menjaga lingkungan,” kata Fajar kepada youngster.id saat ditemui Rabu (29/1/2020) di kantor E-Motion Jakarta.
Fajar merupakan salah satu dari studio animasi anggota AINAKI yang bekerjasama dengan E-Motion Entertainment untuk remake video musik dengan lagu-lagu hits yang kalatog di bawah E-Motion Entertainment. Sebut saja, Armada – Mau Dibawa Kemana (Temotion – Tempo Animation). Seluruh video animasi lagu-lagu tersebut kini sudah bisa dinikmati di kanal Youtube E-Motion Entertainment.
Fajar berharap melalui kolaborasi itu membuka kesempatan lebih banyak lagi untuk bisa memajukan industri kreatif Indonesia, dan bisa bersaing di level nasional bahkan internasional. Apalagi banyak dari studio animasi Indonesia berkiprah dalam level nasional atau internasional dengan menjadi bagian produksi dari studio di luar negeri, baik dalam pembuatan serial TV, film layar lebar dan juga advertising.
Jalan Hidup
Ternyata Fajar sejak kecil sudah jatuh hati pada dunia animasi. “Jujur bidang ini sudah saya sukai sejak dari kecil dan saya kepingin sekali sejak kecil itu bisa menjadi animator. Ketika kuliah saya ambil bidang design grafis sehingga nyambung dengan impian itu,” ucapnya.
Fajar pun mewujudkan cita-cita masa kecilnya itu dengan membangun studio animasi. Hal ini terinspirasi dari tiga rumah animasi yaitu Pixar, Disney dan Ghibli.
“Saya sangat menyukai animasi dari Disney, Pixar dan Ghibli. Nah ketiga rumah animasi inilah yang menginsiprasi untuk membangun studio animasi ini,” ucapnya.
Fajar mengungkapkan Dawn Imagion Studio memiliki target anak-anak dan keluarga untuk dapat menikmati karya animasi yang disuguhkan. Tak kalah penting, pesan moral disetiap film animasi yang diluncurkan oleh Dawn Imagion selalu menempel, dengan tujuan agar pesan yang diberikan dapat memberikan sisi kebaikan, baik bagi manusia itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Diklaim Fajar, kekuatan dari produk animasi yang dihasilkan Dawn Imagion adalah pada warna yang unik. Ditambah dengan tema keragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Hal ini menjadi pembeda dan keunggulan Dawn Imagion dari animator anak negeri lainnya. Bahkan cara ini juga menjadi edukasi yang efektif untuk mengenalkan karya animasi Dawn Imagion untuk dapat lebih dikenal secara mudah bagi penontonnya.
“Agar karya animasi lokal buatan anak-anak negeri bisa disukai khalayak harus dibuat yang ngejreng, menarik perhatian dengan bentuk-bentuk yang sederhana. Kalau bentuk yang terlalu rumit anak-anak nggak terlalu suka. Jadi kami memainkan perpaduan warna yang unik, enak dilihat dengan cerita simple. Hal itu yang menjadi kekuatan dan pembeda karya kami dari animasi lainnya,” ungkapnya.
Menurut Fajar, kekayaan budaya Indonesia yang beragam serta kekayaan alam seperti satwa-satwa juga menjadi bahan yang layak untuk diangkat ke dalam animasi.
“Misal film kami yaitu Lukisan Nafas, saya memasukkan hewan Elang Jawa ke dalam film animasi tersebut. Elang Jawa itu sebenarnya simbolisasi dari Garuda Pancasila. Saya mencoba mengangkat itu sebagai budaya Indonesia yang terlihat kental,” kata Fajar lagi.
Menurut Fajar, dunia animasi tak sekadar profesi sampingan. “Terjun ke bidang ini jangan hanya dilihat dari produk animasi. Itu hanya salah satu etalase. Contohnya bisnis lisensi seperti yang dilakukan sama Disney. Jadi nggak hanya menjual animasi, tetapi juga menjual karakternya dengan berbagai pattern,” ungkap Fajar.
Oleh karena itu, Fajar yakin bidang ini dapat berkembang lebih besar menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Saat ini terdapat banyak studio animasi atau gim lokal di Indonesia yang memiliki kapasitas tenaga kerja besar. Beberapa studio ini sukses mengerjakan proyek sendiri, sedangkan studio-studio lainnya menyokong produksi film dari dalam dan luar negeri.
Kolaborasi
Fajar yakin bahwa industri animasi terus berkembang di Indonesia. Bahkan dia menilai saat ini belum ada kompetisi yang berarti di antara sesama pelaku. Persaingan ini hanya terasa jika ada studio animasi berskala besar dan bermodal besar. Justru, yang menjadi kendala besar adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM), yaitu animator.
“Industri animasi dan Computer Graphics (CG) di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang signifikan. Tetapi, terus terang, bagi saya sebagai pelaku agak cukup sulit mendapatkan talenta-talenta baru untuk di bidang ini ketika saya mendapatkan projek dan sedang memerlukan SDM, terutama khusus untuk motion animasi. Apalagi SDM yang bagus-bagus itu, malah mencari projek di luar negeri,” keluhnya.
Padahal dengan pesatnya perkembangan, Indonesia itu sekarang lagi butuh banyak SDM di bidang animasi. “Itu kadang menjadi kendala kami selama berkecimpung di industri ini. Selain itu, bermain di bidang animasi pembayaran kadang menjadi kendala juga. Kalau boleh saya bilang bisnis di bidang animasi di Indonesia belum menemukan pattern bisnis yang tepat,” cerita Fajar.
Untuk memecahkan masalah itu, maka para animator perlu berkolaborasi. Salah satunya lewat asosiasi AINAKI. “Misalnya, saya kurang bisa tentang 3D. Tetapi kalau di motion graphics, saya cukup mengusai dan sering mendapat projek itu. Jadi misalkan mereka butuh motion graphics mereka bisa ke saya. Dan, sebaliknya, ketika saya membutuhkan tehnik 3D, saya juga bisa datang ke mereka. Itu enaknya berkolaborasi, ketimbang selalu berpikir sebagai persaingan. Dengan ekosistem di industri ini terus berjalan dan berkembang,” terangnya.
Menurut Fajar, di era digital tantangan ini tak hanya berlaku di lokal tetapi juga global. Oleh karena itu, banyak animator yang mulai dilirik oleh “pemain” luar. Misalnya, animator Bandung yang “laris” digandeng oleh para pemain global.
Dengan kondisi ini, Fajar yakin industri animasi merupakan bidang yang menjanjikan. Oleh karena itu, dia berharap wadah asosiasi seperti AINAKI terus berkembang. “Paling tidak dengan adanya wadah semacam ini, para pelaku animasi bisa sharing, bahkan berbagi projek satu dengan yang lainnya. Saya juga bisa bertemu dengan animator dari Semarang, Jogja, bahkan sampai Kalimantan. Kalau ekosistemnya sudah berjalan dengan baik, bidang ini akan lebih sangat menjanjikan hasilnya,” pungkas Fajar.
======================
Fajar Ramayel
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1987
- Pendidikan : Sarjana Desain Komunikasi Visual, Binus University, Jakarta
- Usaha yang dikembangkan : Membuat studio animasi
- Mulai Usaha : Tahun 2017
- Jabatan : Founder & CEO
- Merek usaha : Dawn Imagion Studio
- Modal Awal : Rp 20 juta
- Prestasi : Pemenang Piala Citra 2017, Kategori Peraih Film Animasi Pendek Terbaik Berjudul “Lukisan Nafas”
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post