Farah Dini Novita : Edukasi Perencanaan Keuangan Lewat Dongeng

Farah Dini Novita, Co-Founder dan Vice CEO Jouska (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Perencanaan keuangan penting untuk mempersiapkan masa depan. Dengan adanya perencanaan, masyarakat bisa memperhitungkan kebutuhan keuangannya di masa mendatang sejak dini. Dengan demikian, masyarakat bisa menghindari risiko pembengkakan pengeluaran yang tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan.

Namun ternyata kesadaran masyarakat di Indonesia akan perencanaan keuangan masih minim. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan baru 12,6% masyarakat Indonesia yang telah melakukan perencanaan keuangan.

Kurangnya kesadaran akan hal itu terutama terkait dengan kurangnya tingkat literasi keuangan. Prihatin atas kondisi inilah Farah Dini Novita mendirikan Jouska. Ini adalah perusahaan perencanaan keuangan independen yang mulai beroperasi sejak tahun 2015.

“Saya menyadari kurangnya literasi keuangan membuat masyarakat membutuhkan pihak ketiga yang memberikan saran terkait pengelolaan dan perencanaan yang lebih baik. Jouska memiliki visi untuk menjadi bagian dalam peningkatan literasi ekonomi masyarakat, terutama pendapatan level menengah yang ingin naik kelas,” ungkap perempuan yang akrab disapa Dini kepada youngster.id saat ditemui belum lama ini di Jakarta.

Menurut Dini, sebagai orang muda, dia sadar bahwa literasi keuangan itu penting. “Saya berangkat dari pengalaman diri sendiri yang ketika pulang ke Indonesia mendapati tidak banyak orang yang paham tentang produk keuangan. Dari situ saya sadar bahwa profesi sebagai pengelola keuangan itu penting,” ujarnya.

Belum lama ini sempat viral di media sosial tentang seseorang yang menghabiskan uang sekitar Rp 47 juta hanya untuk membeli kopi. Kasus ini menimpa klien Jouska, sebuah layanan finansial keuangan personal. Sang klien seorang lajang berusia 30 tahun dengan gaji Rp 27 juta per bulan, ternyata tidak punya tabungan sama sekali. Setelah diaudit tagihan kartu kreditnya selama 2017, ternyata ada empat kartu yang digesek di sejumlah kedai kopi dengan total pengeluaran sekitar Rp 47 juta.

Ternyata kondisi ini banyak menimpa anak muda di Indonesia, terutama generasi milenial. Hal ini membuat Dini, selaku Co-Chief Executive Officer (CEO) Jouska  memutuskan untuk meningkatkan literasi keuangan melalui media sosial Instagram sejak 2017.

“Semua orang harusnya bisa mengelola keuangan. Tetapi kalau sudah bicara tentang perencanaan keuangan, orang sudah merasa terintimidasi. Merasa bahwa pusing, apa yang mau diatur, duit aja nggak ada. Sudah skeptis duluan. Padahal seharusnya yang namanya financial planning itu harus dilakukan sejak kita sudah punya penghasilan. Kendalanya adalah mereka sudah skeptis duluan. Oleh karena itu, kami masuk melalui Instagram. Kami masuk ke story telling dan itu lebih relate ke mereka. Itu usaha kami untuk berkontribusi menambah ilmu tentang literasi finansial,” ungkapnya.

Libatkan Emosi

Dengan gaya penyampaian yang bebas, seperti berdongeng, maka Jouska mulai mendapat perhatian masyarkat. Sejak diluncurkan tahun 2017 jumlah pengikut akun ofisial @jouska_id mencapai 361 ribu orang. “Pertumbuhan  kami paling terasa sejak kami fokus dalam Instagram. Ternyata masyarakat lebih mudah menerima. Mereka menyukai gaya penceritaan bebas yang lebih santai daripada definisi tentang produk finansial yang kaku,” ungkapnya.

Menurut Dini, langkah ini cukup tepat, mengingat uang merupakan masalah yang melibatkan emosi. “Uang itu masalah emosional. Jadi kita butuh pihak ketiga yang kasih tahu. Kadang dikasih tahu pasangan atau orang tua belum tentu didengarkan,” ujarnya.

Dini sendiri mengaku, pernah mengalami kesulitan untuk melakukan perencanaan keuangan. Ketika itu dia baru lulus kuliah dan ingin melakukan investasi dalam produk keuangan. Namun ketika itu tidak ada yang dapat membantunya. “Saat itu saya ingin belajar berinvestasi, tapi tak ada keluarga atau teman yang paham akan hal itu. Kondisi ini berbeda dengan ketika saya kuliah di Malaysia. Kondisi ini membuat saya jadi sadar pentingnya perencana keuangan,” ungkapnya.

Profesi layanan keuangan masih belum dikenal banyak orang. Namun Dini yakin bahwa profesi ini penting bagi masyarakat. Oleh karena itu, Dini memutuskan untuk serius menekuni profesi ini. “Independent financial adviser di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya. Padahal mereka berperan penting bagi literasi keuangan di masyarakat,” ujarnya.

Apalagi masyarakat Indonesia banyak yang berada pada posisi middle income trap. Kondisi itu adalah ketika kondisi penghasilan setiap tahun mengalami kenaikan tetapi tidak seproporsional dengan kenaikan aset. Jadi ketika income naik yang dilakukan pertama kali adalah menaikkan gengsi dulu, beli mobil baru, gadget baru.

“Ketika saya melakukan financial chech up dengan orang manapun, mereka selalu menghabiskan dana terbesar di cicilan yang tidak produktif, yaitu cicilan konsumtif seperti kartu kredit. Dan yang menyedihkan banyak milenial yang tagihan kartu kreditnya sudah gila-gilaan. Sisa utang cicilan bisa sampai ratusan juta, itu banyak loh. Untuk apa itu semua, untuk liburan, untuk beli tas. Memang tak ada yang salah dengan itu asal punya uangnya. Kalau tidak punya uang jangan gesek, itu hutang. Kami melihat hal itu harus diperbaiki,” ungkapnya.

Misi itu juga yang membuat Dini memilih nama Jouska. Menurut Dini, karena di dalam pikiran setiap orang terjadi “perang”, antara pikiran yang ingin menikmati hidup dengan pikiran sadar akan kondisi keuangan yang harus diperbaiki. “Jadi daripada berperang dalam pikiran sendiri, mending bicara dengan penasehat keuangan yang akan membantu memecahkan masalah,” ujar Dini.

Awalnya tidak mudah untuk memperkenalkan pengelola keuangan. Menurut Dini, banyak orang sudah merasa terintimidasi jika bicara tentang perencanan keuanga. “Mereka umumnya sudah skeptis duluan. Padahal, seharusnya yang namanya financial planning itu harus dilakukan sejak kamu sudah punya penghasilan. As soon punya income  harus segera mengelola keuangan. Jangan tunggu kaya dulu. Gimana bisa kaya kalau dari uang kecil aja Anda tidak bisa mengelola,” ucapnya sambil tersenyum.

Namun perlahan tapi pasti Jouska berhasil meyakinkan kliennya. Saat ini, diklain Dini, Jouska menangani pengelolaan keuangan personal untuk sekitar 2.000 klien yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, hingga ke mancanegara, seperti New Zealand dan Irak. Rata-rata kliennya memiliki kontrak Rp 12juta/tahun. Tetapi ada juga konsultasi dengan rate konsultasi sekitar Rp 1 juta per dua jam pertemuan.

Farah Dini Novita dalam sebuah acara kerja sama program Bengkel Belajar Mitra (BBM) Gojek (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

Ubah Habit

Menurut Dini, perencanaan keuangan itu dasarnya sama yaitu menyiapkan kondisi keuangan yang kokoh. Itu artinya punya dana cadangan likuid, yaitu tabungan atau deposito. Sehingga jika ada situasi mendadak atau darurat, dana itu ada dan cair.

“Kita hidup di kondisi yang dinamis. Tidak ada industri yang bisa dibilang 100% aman. Jadi tidak akan pernah tahu kapan butuh dana cadangan yang besar. Apalagi tren anak muda sekarang ingin punya bisnis sendiri, jangan cepat-cepat mengambil keputusan resign. Karena kita tidak pernah tahu berapa lama bisnis bertahan. Kalau keuangan kokoh maka kita bisa buat semua keputusan,” jelas Dini.

Menurut Dini, proses untuk membangun kebiasaan menabung ini yang tidak mudah. “Yang kami lakukan pertama kali bagi klien adalah create habit. Itu penting dan susah loh. Buat orang mau rutin menabung setiap bulan itu tidak mudah. Oleh karena itu, kami merasa puas ketika klien tiba-tiba hubungi dapat bonus langsung masukan ke investasi. Berarti ilmu yang kami berikan berhasil,” katanya lagi.

Dini juga terus mendorong orang untuk mengenal produk keuangan dan belajar. “Jangan malas untuk belajar dan mengikuti proses. Karena kalau ingin hasilnya cepat dan instan, maka anda akan terjebak investasi bodong,” ujar Dini.

Di sisi lain, tak hanya kepada klien saja Jouska berbagi ilmu. Dini menekankan dirinya ingin dapat berbagi literasi keuangan dan perencanaan keuangan kepada masyarakat luas. “Kami sadar belum memberi kontribusi banyak kepada masyarakat. Karena itu kami ingin berbagi pengetahuan keuangan agar masyarakat terutama anak muda juga dapat paham mengenai produk keuangan dan bagaimana mengelola keuangan dengan baik dan benar. Karena itu kami membuat akun Instagram,” ungkapnya.

Tak berhenti sampai di sana, Jouska juga menggandeng berbagai pihak dalam mengedukasi pengelolaan keuangan. Termasuk kepada para mitra ojek online bekerjasama dengan program Bengkel Belajar Mitra (BBM) Gojek. “Saya selalu menekankan pengelolaan keuangan itu penting bagi semua orang. Jangan minder dengan orang-orang yang bekerja di kantoran. Bisa jadi aset kamu sebagai ojek online lebih banyak dari mereka, ketika kamu bisa mengelola keuangan dengan baik,” pungkanya.

============================================

Farah Dini Novita

==========================================

STEVY WIDIA

Exit mobile version