youngster.id - Bisnis kuliner memang tak ada habisnya. Hampir setiap daerah di Indonesia punya beragam kuliner khas masing-masing. Hal ini yang membuat bisnis kuliner tidak akan pernah mati. Selalu ada saja produk baru yang menjadi tren di masyarakat. Bahkan usaha makanan ringan punya peluang untuk sukses.
Mayoritas orang menganggap sepele omset usaha snack dan menganggapnya sebagai bisnis di bidang makanan yang mempunyai laba terlalu sedikit dan tidak menjanjikan. Opini semacam itu salah besar, sebab usaha omset snack merupakan peluang bisnis rumahan yang sungguh berpotensi apabila dijalankan dengan baik dan benar.
Usaha snack merupakan peluang bisnis yang potensial, sebab bisnis di bidang ini amat bagus. Ketertarikan masyarakat akan snack sangat besar sehingga banyak pengusaha yang menjalankan bisnis ini. Salah satunya adalah Galih Santoso dengan produk cheese stick atau keripik keju berlabel Tokezi. Sesungguhnya cheese stick bukanlah penganan baru bagi masyarkat Indonesia. Namun Galih berhasil melakukan inovasi dalam hal ragam varian rasa dan kemasan yang kekinian sehingga produk ini tampil menjadi cemilan premium kekinian.
“Bagi saya snack itukan untuk rekreasi, untuk santai dan buat nambah mood. Makanya kami buat snack dengan penampilan semenarik mungkin dari kemasannya, dan itu memberi value bagi Tokezi. Tentu penampilan yang pertama tapi bukan yang utama,” ucap Galih kepada youngster.id saat ditemui di Telkom Hub kawasan Gatot Subroto Jakarta baru-baru ini.
Produk cheese stick dari Tokezi ini memang memiliki beragam rasa, mulai dari orisinil, keju cokelat hingga keju kornet. Selain itu kemasannya juga dibuat menarik sesuai dengan tren masa kini. Menurut Galih, produk dengan nama brand Tokezi merupakan kependekan atau akronim dari ‘Toko Keju Bergizi’.
Dia mengungkapkan modifikasi yang dilakukan ini sedikit banyak terinspirasi dan datang dari penganan yang ada selama ini dan beredar di pasaran yang disuguhkan melalui berbagai rasa.
“Saya ambil contoh di sini, keripik pisang yang punya banyak varian rasa. Nah dari situ akhirnya ada keinginan saya untuk mencoba dan melakukan hal seperti itu dari penganan atau cemilan stik keju ini,” ungkap Galih lagi.
Dengan konsep kekinian ini maka produk Tokezi dengan cepat diterima masyarakat. Selain melakukan branding, desain menarik dan nama brand yang mudah diingat menjadi salah satu kekuatan produk Tokezi ketika menghadapi persaingan usaha dibisnis yang sama. Galih yakin, cara inilah yang dirasa mampu menarik perhatian masyarakat menikmati produk-produk yang disuguhkannya.
“Makanya kami beranikan diri untuk melakukan branding karena semua itu memang tujuan kami. Karena di sini yang kami lakukan ingin memperkenalkan cemilan keripik keju ini dengan sensasi baru, yaitu untuk lifestyle,” tegasnya.
Rebranding
Sejatinya, Galih menekuni bisnis ini berangkat dari usaha sang ibu. Namun dia tak ingin sekadar asal membantu. Ia juga mengklaim turut mengucurkan modal sekitar Rp 30 juta sampai Rp 50 juta. Selain itu, Galih juga mengubah konsep cemilan yang konvensiolan menjadi lebih modern. “Saya nggak mau bisnis hanya sekadar bantu ibu saya saja. Saya memutuskan fokus dan saya nggak kerja kantoran. Jadi kalau sekarang ini, bisa dibilang ibu saya jadi sebagai pengawas dan penasehat saja,” ungkap Galih.
Menurut Galih, awalnya tidak mudah untuk melakukan rebranding dari produk snack tradisional yang sudah ada sebelumnya. Galih mengaku melakukan riset pasar selama tiga tahun untuk tahu apa yang diinginkan konsumen. “Terus terang ada banyak produk yang sama. Tak hanya itu chesee stick yang ada belum disambut secara baik oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami melakukan pencarian untuk bisa mendapatkan produk yang revolusioner. Jadi dari segi value its about fun. Akhirnya, kami bikin merek yang lucu Tokezi, dengan desain kemasan yang menarik,” ungkapnya.
Menurut Galih, kendala awal dari usaha ini adalah bagaimana mengedukasi pasar dengan baik. Apalagi dengan rebranding maka ini terhitung produk yang baru yang butuh pengenalan. “Kami selalu berjuang untuk selalu mengenalkan produk ini dengan banyak cara. Misalnya, kami menjadi sponsor yang sesuai dengan segmen kami, kemudian coba ikut bazaar. Kemudian kami beranikan diri untuk endorse, artis-artis atau foodgram dan segala macamnya untuk bisa kami memperkenalkan produk ke masyarakat,” jelas Galih.
Di sisi lain, dia juga melakukan perubahan dalam hal pilihan rasa. Galih menambahkan dalam pembuatan dua varian rasa keju dari rasa original yang sebelumnya dibutuhkan waktu selama satu tahun mengembangkan uji coba produknya untuk menemukan rasa yang paling disukai banyak orang.
Dalam pembuatannya produk Tokezi menggunakan bahan-bahan seperti tepung terigu, telur, minyak kelapa sawit, penyedap rasa dan bahan utama keju lokal yang memiliki kualitas terbaik. Sementara untuk meciptakan varian rasa lain, ia menambahkan daging kornet sapi untk varian keju kornet dan bubuk cokelat untuk varian keju cokelat. Keunikan lain terlihat pada bentuk keripik kejunya. Jika produk lain pada umumnya memiliki bentuk yang panjang, namun keripik keju Tokezi sekilas seperti sayur kecipir.
“Untuk ukuran memang tak dibuat dalam ukuran besar di produk ini. Karena yang kami inginkan di sini begitu orang menikmatinya seperti sedang menikmati popcorn. Kemudian untuk tekstur keripiknya kami buat tidak terlalu keras tapi crunchy. Jadi semua kalangan, termasuk anak-anak dan orang lanjut usia, bisa menikmati cemilan ini,” kata Galih.
Akhirnya pada bulan Maret 2016 lalu dua varian ini diluncurkan sebagai produk keripik keju bertagline chesee stick revolusioner ke pasaran. Agar produk barunya bisa cepat dikenal, Galih melakukan pendekatan langsung kepada para konsumen. Bahkan, dia kerap membuat kuisioner. “Biasanya kalau kami mau ada produk baru, kami bikin kuisioner dan kami lempar ke pasar sehingga kami tahu pasar menginginkan rasa apa,” ucapnya.
Kini Tokezi telah berproduksi sebanyak 1 ton hingga 1,5 ton setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan pasar dan pelanggannya.
Value Yang Kuat
Galih bersyukur dalam rentang waktu yang belum lama menekuni bisnis, saat ini produk Tokezi sudah bisa diperoleh dengan mudah di beberapa supermarket di Jabodetabek, bahkan hingga ke Indoenesia wilayah Timur.
“Untuk harganya kami banderol Rp 20.000 di supermarket dan sekali mematok ke supermarket itu kami memasukan sebanyak 96 pack Tokezi. Produk kami ada di supermarket Jabodetabek dan di luar pulau Jawa. Kami ada di Food Hall & Daily, Ranch Market,Kem Chicks, Gelael dan Hypermart di Jayapura kebetulan kami ada distibutor disana sama kami sekarang sudah masuk ke Transmart tapi yang di Surabaya, Lampung, Semarang, Menado, dan Batam,” kata Galih.
Namun dia juga menyadari peta persaingan bisnis cemilan cukup ketat. “Ketika menghadapi persaingan, kalau saya di sini menyiasatinya harus dengan memiliki value yang kuat. Makanya cheese stick kami ini memang berbeda. Dari sisi rasa kami menjaga kualitas. Kami juga bermain di merek yang gampang diingat dan desain kemasan yang menarik dan membuat orang ingin mencoba,” paparnya.
Tak hanya itu, Galih juga telah melengkapi berbagai persayaratan seperti kepemilikan izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga), sertifikasi Halal MUI (Majelis Ulama Indonesia) serta barcode yang dapat dipindai pihak toko.
“Semua itu menjadi pendukung agar produk Tokezi bisa masuk ke supermarket. Sekarang kami nggak terbatas lewat online saja,” imbuhnya.
Kini Galih sedang mempersiapkan pengembangan varian baru yakni Tokezi rasa pedas dan barbeque. Menurutnya kedua varian rasa tersebut selain sudah cukup familiar di tengah masyarakat Indonesia, varian rasa ini juga paling banyak disukai khalayak.
“Pastinya pengembangan lain ada, dan kami sudah menyiapkannya. Tentu saja dengan pengembangan yang dilakukan ini, kami bertujuan ingin memuaskan pelanggan,” ujarnya.
======================================
Galih Santoso Octaviansyah
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 9 Oktober 1992
- Pendidikan : S1 Ekonomi Universitas Indonesia
- Pekerjaan : Cofounder & CEO Tokezi Factory
- Mulai Usaha : 2016
- Jumlah Tim : 15 orang
- Modal : Rp 30 – Rp 50 juta (Dari usaha pertama orangtua)
- Omset : Rp 100 juta per bulan
- Prestasi : Pemenang Wakil Jakarta (Masuk 3 Besar), UMKM Halal Award dari MUI 2017
=======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post