Hana Nurjana : Lawan Popularitas Produk KW dengan Produk Trendi Berkualitas

Hana Nurjana, Co-founder & Direktur Yhana Wibisono (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Indonesia menyandang status sebagai “surga” bagi perdagangan barang palsu atau popular di sebut barang KW. Padahal produk ini selain merugikan para pelaku usaha juga para konsumen karena kualitas produk “KW” tentu tidak terjamin. Untuk melawan hal itu, produsen sepatu lokal ini berani menampilkan karya berkualitas dan trendi.

Umumnya, salah satu alasan orang memilih membeli barang KW adalah harga. Mereka menilai bahwa harga barang ori terlalu mahal jika dibandingkan dengan barang KW. Sesungguhnya, produsen dari barang orisinil tentu tidak asal dalam mematok harga. Di balik harga yang dinilai mahal tersebut, terdapat proses panjang yang harus mereka lalui demi bisa menghasilkan produk dengan kualitas terbaik.

Mulai dari brainstorming, riset, produksi, quality control, hingga distribusi, semua tahapan dilakukan agar barang orisinil yang dihasilkan memiliki ketahanan tinggi. Dengan begitu, konsumen bisa menggunakannya dalam jangka waktu lama. Sebaliknya, meskipun berharga barang KW lebih terjangkau, biasanya hanya dapat digunakan sebentar karena kualitas barang yang kurang maksimal. Anda pun harus kembali membeli barang serupa sebagai pengganti. Pada akhirnya, menggunakan barang ori justru bisa membantu Anda menghemat pengeluaran karena tak perlu bolak-balik membeli produk yang sama

Yakin akan hal ini mendorong Hana Nurjana menjajaki bisnis fesyen yang diberi label, Yhana Wibisono. Ini adalah produk fesyen lokal berupa sepatu, jaket, dompet, tas hingga aksesori berbahan dasar kulit.

Bisnis ini dikembangkan Hana sejak 2015 lalu ketika dia masih kuliah sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

“Saya ketika itu sering melihat teman-teman yang memakai barang KW. Kalau dipikir sayang banget, hanya demi ikut tren mereka membeli produk yang kualitasnya kurang hanya dengan alasan harga. Dari situ terpikir untuk membuat produk lokal yang berkualitas dan bisa mengalahkan produk-produk KW itu,” ungkap perempuan yang akrab disapa Yhana saat dihubungi youngster.id.

Keinginan itu membuat Yhana terpicu untuk membangun produk lokal yang bisa mengalahkan produk KW. “Saya memang tidak memiliki latar pendidikan dalam hal desain dan bisnis, tetapi saya punya keyakinan kalau usaha ini berhasil dan dapat membuka mata banyak orang bahwa produk lokal tak kalah bersaing dengan produk luar, apalagi dengan barang KW,” ucapnya penuh semangat.

 

Trendi dan Costumize

Yhana mengaku membangun usaha ini bermodal tekad dan nekad. Pasalnya, dia mempelajari bisnis dan produk secara otodidak. Namun peluang ini tidak ingin dia lewatkan. Apalagi ketika itu melihat kondisi industri kerajinan di Yogyakarta yang terpuruk usai peristiwa gempa bumi.

“Ketika itu industri kerajinan di Yogya lagi terpuruk akibat peristiwa gempa. Banyak usaha yang tutup dan mengakibatkan banyak pengangguran. Kami ingin membangkitkan kembali usaha serta membuka lapangan pekerjaan,” ucap Yhana.

Keinginan Yhana juga mendapat dukungan dari sang kekasih, Bambang Wibisono. Mereka pun memutuskan untuk membuat produk sepatu kulit dengan label kombinasi dari nama mereka. Pilihan usaha ini dinilai cocok karena bahan baku banyak tersedia, demikian juga dengan tenaga kerja.

“Waktu itu modal kami hanya sekitar Rp 500 ribu yang kami pakai untuk membeli bahan kulit mentah. Selanjutnya bahan itu kami olah sendiri, dengan desain yang mengikuti tren yang ada di pasar. Sedang untuk tukang, kami menggandeng kenalan yang memang punya keahlian di bidang membuat sepatu,” kisah Yhana.

Sebagai pengusaha pemula, perempuan kelahiran Solo 12 Desember 1988 ini mengaku banyak belajar. Mulai dari mengikuti pelatihan di Balai Kulit yang ada di Yogya, kemudian belajar dari internet hingga menggali pengalaman dari para pengusaha senior dijalani dengan tekun. Yhana akhirnya memutuskan untuk membuat produk yang sesuai tren dan bisa customize.

Menurut Yhana, produk pertama dari brand Yhana Wibisono adalah sepatu flatshoes. Produk yang modelnya dia lihat di internet itu kemudian dikenakan sendiri, yang menarik perhatian rekan-rekannya di kampus. “Saya sengaja pakai sendiri dan pamer ke teman-teman kampus. Ternyata banyak dari mereka yang tertarik, dan kemudian memesan. Dari satu pasang sepatu, pesanan pun mulai banyak hingga sekarang jadi ratusan setiap bulan,” ujar Hana.

Semenjak itu produk sepatu dari Yhana Wibisono pun beragam mulai dari flatshoes, flatform, boots hingga sneakers. Menariknya, produk Yhana Wibisono semua dibuat handmade dan bisa customize. Hal ini yang membedakan Yhana Wibisono dengan brand sejenis.

Menurut Yhana, konsep custumize ini membuat dia punya banyak pelanggan tetap. Seperti ada pelanggannya yang meminta dibuatkan ukuran sepatu boots yang tidak biasa. Pelanggan ini sebelumnya harus membeli sepatu di luar negeri, tetapi setelah kenal Yhana Wibisono dia menjadi pelanggan tetap. Ada juga pelanggan yang meminta sepatu berbeda ukuran kiri dan kanan, karena memang kondisi kakinya demikian.

Ada juga pelanggan selebriti seperti Benigno, Ira Swara dan Iis Dahlia yang memesan sepatu dengan model sesuai kebutuhan mereka.

“Kami bersedia membuatkan sepatu berdasarkan model, ukuran dan warna sesuai dengan keinginan pelanggan. Kami menjamin kenyamanan dari produk ini 100%. Bahkan kami memberi garansi dan gratis ongkos kirim jika produk yang mereka pesan harus diperbaiki,” janji Yhana.

 

Hana Nurjana
Melawan popularitas produk KW, Hana Nurjana dan Bambang Wibisono mengenmabngkan produk fesyen berbahan dasar kulit yang trendi dan berkualitas (Foto: Dok. Pribadi)

 

Pengembangan Produk

Meski Yhana Wibisono awalnya memproduksi sepatu untuk wanita, tetapi kini lini produk telah berkembang pesat. Menurut Yhana, sekarang mereka telah memiliki produk berbahan kulit lain seperti dompet, jaket, tas, koper travel hingga aksesori. Semua tetap diproduksi secara handmade yang mengedepankan detail dan warna yang didominasi cokelat Havana yang bernuasan vintage.

“Semua produk ini berawal dari pesanan dari para pelanggan. Pertama ada yang minta dibuatkan tas, kami coba aja meski sempat ketar ketir juga, ternyata berhasil. Begitu juga ketika ada yang minta dibuatkan jaket, hingga tas koper semua bisa kami wujudkan,” ucap perempuan yang gemar olahraga dan wisata kuliner ini.

Sejak awal Yhana memutuskan untuk memasarkan produk lewat jaringan internet, yaitu toko di Instagram. Hal itu mengingat kesibukannya ketika itu sebagai mahasiswa yang juga menyita waktu. Selain itu, toko online jauh lebih mudah untuk diawasi dan pemasarannya lebih luas. “Paling sesekali kami ikut pameran, tetapi itupun sekarang terbatas karena pandemi,” ujarnya.

Produk Yhana Wibisono terbilang cukup ekslusif dengan range harga berkisar dari dari Rp 150 ribu untuk produk aksesori hingga Rp 2,5 juta untuk produk travel bag. “Produk kami sudah pernah dipesan oleh pelanggan di Australia, Dubai dan Korea Selatan,” klaim Yhana bangga.

Usaha ini juga kini sudah bisa mempekerjakan 8 orang karyawan. Bahkan, selama situasi pandemi, dimana penjualan mengalami penurunan hingga 30%, Yhana masih bisa mempertahankan kesejahteraan para karyawannya.

“Sebenarnya kami ingin menambah karyawan agar produksi juga bisa meningkat. Tetapi untuk mendapatkan karyawan yang memiliki keahlian khusus masih sulit. Kebanyakan karyawan kami adalah generasi tua yang tidak mewariskan ilmu mereka ke anak muda. Jadi sampai sekarang kami belum bisa memenuhi permintaan dalam jumlah yang besar,” ungkapnya.

Alasan itu juga yang membuat Yhana Wibisono belum masuk ke ranah e-commerce. Padahal tawaran sudah datang dari para pemain besar. “Kami belum memiliki SDM yang memadai untuk bisa memproduksi dalam waktu singkat dan banyak. Takut nanti pelanggan terutama milenial yang ingin produk dalam waktu singkat kecewa,” katanya.

Dia juga menyadari bahwa produk Yhana Wibisono yang punya workshop di Bantul Yogya ini punya segmen terbatas. Karena itu, kepada para pelanggannya Yhana selalu memberikan edukasi berupa tips cara merawat produk berbahan kulit.

“Karena kulit itu berasal dari makhluk hidup maka cara memakai dan menyimpannya juga khusus. Karena itu saya selalu mengingatkan para pelanggan untuk melakukan perawatan yang sesuai. Seperti jika sepatu tidak dipakai di bagian dalam diberi kaos kaki bersih biar tidak menciut. Atau tas yang tidak dipakai sering diangin-anginkan dan diberi isi agar tidak kempis,” paparnya.

Peduli akan hal itu, Yhana juga berencana akan  meluncurkan produk perawatan bagi bahan kulit agar terhindar dari jamur. Dia juga ingin bisa membuka toko offline sebagai display bagi para pelanggan yang datang ke showroomnya.

“Saya ingin orang semakin bangga dengan brand lokal. Karena selain kualitas juga memiliki histori di dalamnya. Saya juga ingin orang lebih mengenal brand Yhana Wibisono sehingga produk saya semakin diminati. Dengan begitu, usaha kami bisa berkembang dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi,” pungkas Yhana.

 

====================

Hana Nurjana

==================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version