youngster.id - Pemanfaatan mesin cetak tiga dimensi atau 3D Printer di Indonesia dianggap masih sangat minim. Bahkan, dibandingkan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Padahal, pemanfaatannya bisa dalam banyak hal. Termasuk untuk menghasilkan karya seni rupa yang dapat meraup omzet hingga ratusan juta Rupiah.
Apakah Anda ingin punya patung action figure dengang wajah Anda sendiri? Dengan teknik patung dan teknologi 3D printer, Anda kini bisa memiliki patung figure berkarakter sendiri. Produk action figure yang disebut customized 3D printed figurines ini adalah karya Harry Liong, Founder dan CEO Sugacube.
“Melalui teknologi ini, saya kepingin mengembalikan kebiasaan lama banyak orang untuk memajang kembali memori mereka dalam bentuk tiga dimensi. Sekarang serba digital orang biasanya menyimpan kenangan fotonya hanya di handphone, tetapi dengan teknologi ini, Anda dapat mengabadikan moment seseorang malalui patung figurine dengan teknlogi 3D printing dan 3D scanning,” ungkap Harry kepada Youngsters.id ketika ditemui di studio Sugacube di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Menurut Harry, kecintaan pada dunia seni, khususnya seni rupa inilah yang mengantarkannya menjadi seorang wirausahawan. Lelaki kelahiran Bandung 01 Januari 1982 ini mengatakan, sebelum menekuni bisnis ini dia memang gemar mengoleksi action figure dan cosplay. Dari obrolan bersama komunitas kolektor mainanlah ide untuk membuat action figure khusus ini lahir. Apalagi teknologi 3D printing dan 3D scanning mulai berkembang di tahun 2013.
Lalu, lulusan Ohio University, Amerika Serikat ini belajar dengan ahli 3D printing di Spanyol. Dia juga belajar teknik fotografi. “Dari sana saya berpikir untuk menggabungkan dua tehnik 3D printing dan 3D scanning untuk menjadikan sebuah produk. Dan kemudian ada teman sesama kolektor mainan, dia minta dibuatkan kepala dalam bentuk patung dengan badan salah satu superhero kesayangannya. Dari sinilah bisnis ini lahir,” ungkap Harry sambil tersenyum.
Harry melakukan riset dan trial and error selama setahun sebelum menjalankan usaha ini, April 2014 di Jakarta. Terlebih, bisnis patung figur 3D ini masih jarang ditemukan di sini. Maklum, kemampuan dan teknologi 3D printing masih baru. Bahkan, sebagian besar proses produksinya dilakukan di luar negeri.
Harry melihat potensi bisnis ini bagus. Apalagi 3D printing ini dapat menjadi bagian untuk semua industri kreatif seperti design house, rumah produksi dan animator. “Kalau di luar negeri, ada Madame Tussaud, di Indonesia juga ada tapi kita baru bisa buat miniaturnya saja,” ujarnya.
Proses
Dengan keyakinan itulah maka lelaki kelahiran Bandung 01 Januari 1982 ini memulai bisnis ini. “Tepatnya kami buka bisnis ini pada April 2014 di Bandung. Tetapi karena 90% kliennya banyak dari Jakarta, makanya kami akhirnya membuka di sini (Jakarta, red.),” ungkap Harry.
Proses membuat action figure ini menarik. Dengan teknlogi ini semua orang dapat mengabadikan momen terindahnya dalam sebuah patung figurine yang sangat mirip dengan objek aslinya. Harry menjelaskan, proses pembuatannya terbilang mudah hanya tinggal kirim foto wajahnya atau bisa datang langsung ke studio.
Untuk proses di studio khusus di Sugacube, pelanggan akan diambil foto di ruang deteksi sebesar 120 cm x 120 cm x 230 cm. Pengunjung dapat berekpresi bebas dan berposes selama dalam lingkung yang disediakan. Ada 75 buah kamera DSLR yang sudah diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan data akurat dari objek yang akan dicetak dan dijadikan patung. Lalu dengan bahan sand stone atau disebut juga 3D powder berkualitas tinggi, foto-foto itu diproses menjadi patung. “Butuh waktu dua minggu hingga selesai,” ujar Harry.
Dibantu lima orang karyawan, Harry bisa memproduksi sekitar 7 – 12 unit patung figur berkarakter dalam sebulan berukuran 7 cmx 20 cm. Membuat patung 3D membutuhkan tenaga fotografer, desainer grafis, dan 3D artist.
Disebutkan Harry, harga jual patung 3D kreasinya berkisar Rp 700.000 hingga Rp 4,3 juta per unit, sesuai dengan tingkat kerumitan detail patung dan ukurannya. “Omzet bisa mencapai hingga ratusan juta rupiah per bulan jika pemesanan sedang banyak,” ucap Harry.
Toh, untuk mengembangkan usaha patung 3D ini modalnya tidak sedikit. Diperkirakan, jumlahnya mencapai sekitar Rp 5 miliar, mulai dari kamera hingga pengadaan mesin cetak. “Printer yang saya gunakan di sini sama dengan printer yang digunakan oleh banyak museum untuk replica dari karya seni yang mereka miliki,” ungkapnya.
Diklaim lulusan Universitas Ohio jurusan Textile & Design ini, usaha yang dikembangkannya ini merupakan yang pertama di Indonesia. Di Asia Tenggara, bisnis printing 3D ini baru ada di Singapura dan Thailand. “Kami yang pertama kali berbisnis 3D Printing di sini. Jadi, peluangnya masih sangat bagus,” ungkapnya.
Brand Awareness
Diakui Harry, mengingat produk action figure 3D ini masih terbilang baru di Indonesia, maka brand awareness masyarakat akan produk ini masih rendah. Bahkan, sebagian khalayak masih menganggap hal ini sebagai hal yang tabu, karena menganggap patung figurine karya Harry Liong dinilai sebagian hal yang bertentangan dengan seni trimata.
“Yang saya buat ini apa termasuk berhala? Ini yang aku katakan. Banyak orang yang bilang, aduh saya nggak mau dikenang seperti ini (dijadikan sebuah patung, red). Tapi kami ubah cara pandang mereka bahwa ini hanya suatu media yang baru untuk mengabadikan momen. Apa bedanya dengan foto. Ini hanya media yang baru. Jangan disalah tafsirkan,” jelas Harry.
Bahkan, menurut Harry, ayahnya sendiri sempat takut ketika dibuatkan patung. “Dia bilang umur saya nggak panjang. Lalu saya jawab, saya menghargai papa, dan saya menjadikan patung papa. Di luar banyak patung yang dibuat orangnya masih hidup. Berarti patung itu adalah nilai legacy seseorang, cerita dan semangatnya,” ungkap Harry mengenai awal bisnisnya ini.
Selama tiga tahun menjalani bisnis ini, Harry juga pernah mendapat klien sejumlah rumah sakit di Jakarta. Mereka memesan figurine untuk pasien disabilitas. “Saya diminta membuatkan kuping manusia untuk di-subsitusi anak yang baru lahir karena organ tubuhnya tak berfungsi,” kisahnya. Produknya itu berhasil.
Demikian juga ketika dia diminta membuatkan sepatu khusus untuk korban kecelakaan. Dengan begitu, Harry mengakui bisnis ini punya potensi juga di bidang industri kesehatan. Oleh karena itu, ia terus berupaya memperbaiki setiap produk ciptaannya itu. “Di luar negeri sudah ada 3D Steamcell yang membuat cetakan sesuai dengan DNA. Impian saya, bisa bisa seperit itu juga,” ucapnya.
Hingga hari ini, Harry terus gencar berpromosi dan menjelaskan tentang produk ini yang terbilang baru di Indonesia. “Masyarakat masih butuh waktu untuk mengetahui bahwa saat ini produk kenang-kenangan tidak hanya lewat foto atau lukisan saja,” ujarnya.
Pesanan datang berdasarkan rekomendasi konsumennya dari mulut ke mulut. Termasuk sejumlah artis pernah memesan padanya, seperti grup band Noah, The Sigit dan pemain film Ringgo Agus Rahman.
Harry juga mengandalkan pemasaran melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Namun dia berharap dapat memperluas bisnisnya ke daerah lain di Indonesia.
“Banyak orang dari luar Jakarta datang khusus ke Sugacube untuk dibuatkan momen terindah mereka dijadikan dalam bentuk patung figurine ini. Bersyukur melalui pendekatan media sosial yang kami lakukan bisa diterima sama masyarakat, bagi mereka salah satunya bisnis ini sesuatu yang baru. Karena itu saya berharap dapat buka cabang mungkin di Surabaya, Bali atau Makassar. Apalagi banyak pelanggan yang minta kami untuk membuka cabang di daerah mereka. Semoga itu bisa tercapai,” pungkasnya.
============================================
Harry Liong
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung 01 Januari 1982
- Pendidikan : Textile & Design Ohio State University, Amerika Serikat
- Nama Usaha : Sugacube
- Mulai Usaha : April 2014
- Jabatan : Founder & CEO Sugacube
- Modal Awal : +/- Rp 5 Miliar
- Omzet : –
- Harga jual Produk : Rp 700 ribu – Rp 4 juta
- Karyawan : 5 orang
========================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post