youngster.id - Memiliki ide usaha yang kreatif dan unik adalah modal dalam memulai sebuah bisnis. Ide usaha itu bisa muncul dari banyak hal. Bahkan, kondisi yang kurang nyaman sekalipun, bisa melahirkan ide usaha yang menarik.
Seperti yang dialami Herpia Nati Sadin. Dia merasakan kesulitan menjadi ibu bekerja yang sekaligus memiliki anak bayi yang membutuhkan ASI eksklusif. Pasalnya, dalam kondisi ini dia harus bisa menyesuaikan antara waktu bekerja dengan saatnya memompa ASI.
Maklum, di Indonesia masih belum banyak kantor dan tempat umum yang menyediakan ruang nursery. Belum lagi ada perasaan tidak nyaman muncul dalam hal busana yang dikenakan sang ibu. Padahal, seperti diketahui umumnya dalam kondisi stres, produksi ASI dari sang ibu bisa terhambat.
Nah, dari kondisi itulah, perempuan yang akrab disapa Pia ini membuat produk busana khsusus bagi ibu menyusui dengan merek Mamapia. Dia mengatakan busana rancangannya ini didesain sengaja memiliki akses untuk menyusui bagi penggunanya agar dengan mudah ketika memberikan ASI bagi buah hatinya.
Jadi, melalui usaha fesyennya itu, sang empunya bisnis ingin mengampanyekan akan pentingnya ASI eksklusif untuk sang buah hati kepada kaum hawa.
“Jadi ketika si ibu memberikan ASI kepada anaknya, tanpa harus terekspos kemana-mana. Visi dan misi aku ingin mengampanyekan pentingnya pemberian ASI bagi bayi selama 2 tahun. Jadi tidak ada alasan lagi bagi ibu-ibu untuk malu menyusui, bahkan sekalipun di tempat umum,” ungkap Pia pada Youngsters.id.
Sejatinya, usaha ini sudah ditekuninya sejak 2013. Namun baru benar-benar berjalan sebagai bisnis utama pada awal tahun 2016. Dengan produk fesyen khusus ini, Pia mengaku ingin memudahkan kegiatan sebagai ibu yang menyusui, dengan pakaian yang praktis dan tetap fashionable. Ada berbagai busana ibu menyusui yang ditawarkan Mamapia, mulai dari baju dalam, baju atasan, long dress, atau dress yang dibanderol berkisar Rp 100.000-Rp 400.000 per potong. Bahkan, produknya menjadi salah satu UKM Binaan yang bekerjasama dengan e-commerce Mataharimall.com.
Menurut Pia, pasar fesyen baju ibu menyusui ini cukup bersaing. Untuk memberi nilai beda, Pia banyak menggunakan bahan-bahan etnik dari berbagai daerah di Indonesia. Ia juga melibatkan para pengrajin kain, terutama dari wilayah Indonesia tengah.
“Selama ini bahan yang aku dapat kebanyakan dari pulau Jawa. Rencana ke depan, aku juga ingin melibatkan pengrajin tenun dari daerah NTB, atau dari dari daerah lain. Aku mau menghidupkan kembali industri tenun di Tanah Air. Dengan begitu, aku bisa membuka lapangan pekerjaan nantinya buat mereka dan lebih bersemangat ketika berkarya,” tuturnya.
Maju Mundur
Pia mengaku usaha fesyen untuk busana khusus bagi ibu hamil dan menyusui ini telah ditekuni sejak 2013 . Usaha ini lahir dari pengalaman dia usai melahirkan putra pertama. Ketika itu perempuan kelahiran Jakarta ini mendapati bahwa sulit untuk mendapatkan busana ibu menyusui bagi dirinya. Kalaupun ada, modelnya sangat terbatas.
Setelah dia menyusul suami yang sedang tugas belajar di Jepang, kesulitan itu teratasi. “Di Jepang saya mudah sekali mendapatkan baju menyusui, walaupun dengan desain dan model yang terbatas,” ungkapnya.
Dari situlah terbersit ide untuk mulai berjualan baju-baju ibu menyusui di Indonesia. Apalagi permintaan pasar cukup besar. Penjualan itu dilakukan secara online. Melihat peluang usaha ini, Pia memutuskan untuk punya brand sendiri. Dia belajar secara otodidak untuk mendesain busana. Bahkan dia pun memberanikan diri membuat label Mamapia.
“Saya langsung mendaftarkan merek dan logonya. Saya juga mulai ikut komunitas-komunitas bisnis dan banyak belajar bisnis secara online untuk lebih memantapkan Mamapia Nursing Wear,” ungkapnya.
Namun usaha ini terpaksa mundur. Pasalnya, Pia harus ikut sang suami yang bertugas ke Mesir. Dia mengaku sempat gundah meninggalkan Mamapia. Apalagi saat itu belum ada tim dan sistem yang solid. “Apa daya, baru mulai belajar, ternyata suami dapat panggilan tugas untuk ditempatkan di Kairo, Mesir. Aku harus ke Mesir selama 3 tahun ikut suami tugas di sana. Oleh karena bisnis belum stabil, jadi ketika aku tinggal itu maju-mundur, maju-mundur,” cerita Pia sambil tertawa.
Pada tahun 2016, Pia kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk membangun Mamapia kembali. Kini dengan inspirasi dan bekal energi yang baru, ketika dirinya kembali memulai usaha yang sama tetap mendapat tempat dan respon yang baik bagi pecinta fesyen, khsususnya kalangan ibu hamil dan ibu menyusui sebagai target pasarnya.
“Sebenarnya aku nggak ada latar belakang untuk merancang. Cuma karena sering mix and macth dan baca literatur fesyen aku harus berani mencoba,” ujarnya.
Pia mengaku modal awalnya untuk membangun bisnisnya itu hanya sekitar Rp 1 juta. Awalnya dia memproduksi satu model dengan 5 potong busana untuk meraba pasar. Ternyata responnya sangat baik. Apalagi kemudian Pia mengaku sempat ikut inkubator bisnis. Hal itu membuat dia semakin percaya diri meluncurkan label Mamapia ke pasar yang lebih luas dengan target pasar usia 22-35 tahun.
Semua tetap dikerjakan dengan standar kualitas yang terseleksi. Pia mengaku tidak hanya dalam merancang, dia juga turun tangan hingga akhir pengerjaan busana tersebut. Termasuk dalam memilih bahan. “Hal ini harus saya lakukan karena ini busana yang memiliki kontak langsung dengan bayi. Jadi aku selektif dalam memilih bahan untuk memproduksi busana Mamapia,” tegasnya.
Diferensiasi Produk
Kini dalam satu tahun Pia bisa meluncurkan lima koleksi dengan jumlah berkisar 50-100 piece. “Sejak tahun 2016 itu aku sedang mencoba konsisten ke arah itu dan aku sedang membentuk tim lagi sekarang. Jadi untuk tim produksi aku sedang membentuk. Untuk tim produksi baru aku aja, sementara untuk tim pemasarannya sudah ada,” ungkapnya.
Untuk pemasaran, alumni Komunikasi Massa FISIP UI ini mengandalkan pemasaran lewat online. Oleh karena itu, produknya tidak saja memiliki pelanggan di Jabodetabek, tetapi juga sudah mulai merambah ke pasar Asia Tenggara. “Kemarin sudah ada tawaran exhibition ke Swiss, cuma aku belum siap karena masih kejar stok lebaran, jadi ditunda dulu. Insyaallah tahun depan,” ucap Pia.
Saat ini produk Mamapia baru bisa menyediakan busana atasan bagi wanita hamil dan menyusui. Pia berharap akan dapat meningkatkan produksi terutama untuk pelengkap busana yang telah dipruksinya.
“Karena ini berkaitan dengan wanita, kepinginnya ke depan membuat busana bawahan dan nggak hanya busana bagi wanita hamil dan menyusi saja,” imbuhnya.
Ibu tiga orang anak ini juga tengah memperluas usaha dengan bekerjasama dengan e-commerce. Dia juga mendapat akses sebagai UKM binaan Kementerian Perdagangan. “Sekarang era digital, bukan saatnya lagi buka toko atau vendor. Aku juga sedang kerjasama dengan MatahariMall.com dan Orami. Hanya kalau ditanya jumlah omset sepenuhnya memang belum kelihatan,” ujarnya sambil tertawa.
Namun akhirnya dia mengaku cukup bangga, karena usaha ini sudah memberi hasil sekitar Rp 10 – 20 juta setiap bulan. “Memang banyak kendalanya, dengan bermunculan produk baru yang sama. Mereka berani kasih harga yang lebih jauh di bawah aku, misalnya. Tetapi aku lihat lagi secara kualitas dan design pasti beda. Yang meyakinkan aku di sini, kami punya pasar sendiri dan kami tidak mau kecebur dengan ikut-ikutan banting harga,” ungkapnya.
Di sisi lain, dengan usaha ini Pia ingin turut menyukseskan kampanye ASI. “Jadi ibu-ibu lebih aware bahwa ASI itu penting, sehingga tidak alasan untuk malu menyusui di tempat umum,” ujarnya.
Pia punya keyakinan usahanya ini akan terus berkembang ditengah ketatnya persaingan produk sejenis. “Untuk bertahan aku punya diferensiasi produk. Aku cukup yakin untuk bisa survive, produk aku ini memiliki diferensiasi sendiri. Model kami ini smart casul dan menggunakan kain-kain etnik dari Indonesia. Jadi kami yakin usahaku ini bisa berkembang,” pungkasnya sambil tersenyum.
==========================================
Herpia Nati Sadin
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 27 Oktober 1982
- Pendidikan Terakhir : S1, Komunikasi Massa (FISIP UI), Universitas Indonesia
- Nama Usaha : Mamapia
- Mulai Usaha : Agustus 2013
- Modal Awal : Rp 1 juta
- Omset : Rp. 10 – 20 juta/Bulan
Prestasi : 15 Besar Inspairing Woman Pehare Competition 2016 (IWPC)
==========================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post