youngster.id - Di masa Pandemi Covid-19, banyak aktifitas bisnis yang terhambat dikarenakan perekonomian terasa lesu. Di sisi lain, tak sedikit orang yang baru memulai bisnis. Bahkan bisnis mereka justru berkembang pesat. Kejelian melihat peluang pasar jadi kuncinya.
Jantung dari perekonomian Indonesia ada pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UMKM mencapai 99% dari seluruh usaha di Indonesia pada 2018.
Namun di masa kondisi ekonomi tak menentu akibat wabah Covid-19, kini posisi UMKM sangat rentan. Terpukul oleh pembatasan sosial, rata-rata omzet harian UMKM di masa pandemi hanya tinggal 15-10% dari kondisi normal.
Toh, masa pandemi yang telah berlangsung cukup lama ini tidak melunturkan semangat pengusaha mikro untuk berusaha. Data BKPM menunjukkan bahwa selama bulan September berhasil memecahkan rekor pencapaian sepanjang 2020. Jumlah pengajuan Nomor Induk Berusaha (NIB) untuk usaha mikro tercatat 170.152 atau setara 86% dari 197.322 NIB yang diterbitkan melalui sistem Online Single Submission (OSS).
Sebelumnya, di bulan Agustus lalu juga terjadi lonjakan pengajuan NIB usaha mikro yang mencapai 104.240 NIB, meningkat 114% dibandingkan bulan sebelumnya. Jumlah NIB tersebut mencapai 82% dari total seluruh pengajuan sebesar 126.878 NIB di bulan Agustus 2020.
Salah satu bisnis yang mengalami kenaikan di masa ini adalah bisnis makanan sehat, terutama buah-buahan. Peluang ini ditangkap oleh Karlina Kurniawati untuk mendirikan usaha bernama Avocadron. Ini adalah toko online yang menyediakan buah alpukat. Berkat bisnis ini Karlina sudah meraup omzet hingga ratusan juta Rupiah.
“Pada awalnya saya tidak ada rencana untuk membuka usaha alpukat ya. Ini berawal dari pengalaman saya sendiri mencari alpukat ketika mengandung anak pertama,” tutur Karlina kepada youngster.id.
Rupanya ketika itu Karlina membutuhkan asupan sehat untuk anaknya yang lahir dengan kondisi premature sehingga berat badannya sulit untuk naik. Setelah berkonsultasi ke dokter, dia mendapati cara untuk meningkatkan berat badan adalah dengan mengonsumi makanan yang berkalori tinggi. Salah satunya alpukat. Buah ini pun menjadi kebutuhan Karlina setiap hari.
“Solusi kesehatan sudah saya dapat, tetapi kendala yang saya alami ketika itu adalah saya kesulitan menemukan alpukat yang bagus di Jakarta. Kami sudah cari di pasar, supermarket, hingga toko buah, tetapi ada saja yang gagal matang atau busuk,” ungkapnya.
Namun kemudian dia mendapatkan buah alpukat yang berkualitas ketika mudik ke Yogyakarta tahun 2016. “Dari situ saya berpikir, bagaimana caranya saya membawa alpukat ini ke Jakarta. Ide untuk bisnis ini pun muncul,” ujarnya.
Awalnya, Karlina membuka pre-order alpukat untuk teman-temannya di sosial media. “Saya ingat banget penjualan pertama saya dimulai dengan 9 kg. Akhirnya saya jadi rutin mengambil PO karena anak saya juga konsumsi alpukat rutin. Jadi, setiap saya ambil, saya selalu buka PO untuk teman-teman saya. Lama-lama yang beli alpukat jadi berkembang,” ungkapnya.
Peluang dan Tantangan
Peluang bisnis ini akhirnya diseriusi Karlina. Pada 4 Februari 2017 dia memutuskan untuk membuka usaha produk alpukat dengan brand Avocadron yang merupakan gabungan nama buah dan nama putranya, Ron.
Menurut Karlina, modal awal untuk Avocadron sangat minim. Karena sistemnya pre order. Jadi pembeli transfer dulu, termasuk ongkos kirim. “Yang perlu disiapkan adalah niat, smartphone dan media sosial. Untuk timbangan, bahkan saya pakai timbangan bayi yang ada di rumah,” ujarnya sambil tertawa.
Sarjana Psikolog ini terjun langsung ke bisnis ini. Dia menyortir jenis alpukat yang dijual berdasarkan beratnya. Antara lain alpukat super lebih dari 500 gram, alpukat jumbo 331-500 gram, alpukat regular 201-330 gram per buah dan alpukat mini kurang dari 200 gram per buah.
“Pernah ada orang order 100 kg, saya packing sendiri, tiba-tiba buahnya berhamburan padahal saya lagi gendong anak. Itu saya pungut sendiri, sampai akhirnya buahnya berhasil dikirim. Ternyata kemudian orderan tersebut tidak dibayar. Ada banyak kejadian yang tidak mengenakkan lainnya, tapi saya percaya itu merupakan pembelajaran bagi kami untuk bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya,” kenangnya.
Karlina memutuskan untuk memanfaatkan media sosial agar bisa menjangkau pasar. Ternyata pelanggan terus bertambah, hingga akhirnya dia masuk ke platform e-commerce.”Kami akhirnya mengarahkan follower dari media sosial ke platform e-commerce agar transaksi dapat dilakukan di e-commerce,” terang Karlina.
Saat ini Avocadron memiliki dua model bisnis. Yaitu melalui sistem ritel yang dijalankan secara online dan offline. “Jadi model bisnis yang dimiliki Avocadron disini adalah dengan cara sistem ritel yang dijalankan secara online. Sekitar 90% transaksi dilakukan online dan 10% offline. Transaksi offline bisa langsung datang ke toko,” katanya.
Untuk menjaga kualitas agar produk Avocadron tetap baik, maka Karlina juga selektif memilih supplier. Bahkan, dia bekerjasama dengan petani lokal untuk mendapatkan buah yang berkualitas baik. “Kendala dan tantangan dalam bentuk menemukan chemistry dengan para supplier susah didapatnya,” ungkapnya.
Karlina memberi contoh peristiwa terjadi gagal panen. Sehingga kualitas buah tidak terlalu bagus, banyak yang tidak lolos sortir. Atau ada ketika “petani nakal” yang mengirim buah masih muda.
“Dari luar tidak kasat mata, tapi ketika sampai ke customer jadi gagal matang, sehingga customer komplen. Untuk mengatasi kejadian ini kami memberikan garansi apabila alpukat gagal matang dalam 10 hari,” ungkap Karlina.
Dia juga mengaku melakukan pendekatan persuasif dan selalu memberikan edukasi. Termasuk bagi para petani alpukat agar kedua pihak tersebut selalu memberikan extra care pada buah-buahan yang siap dipanen sehingga hasilnya juga bisa baik.
Gaya Hidup
Di sisi lain, Karlina menegaskan, dalam usaha ini dia selalu berusaha untuk mengedepankan layanan terbaik. Mulai dari pelayanan, sortir, packing, sampai dengan after sale. Hal ini yang menjadi keunggulan Avocadron.
“Kami selalu menginformasikan kepada customer bahwa buah yang kami jual itu tidak bisa dijamin 100% bagus, karena biar bagaimana pun juga ini hasil alam. Tetapi yang bisa kami jamin adalah kami berusaha untuk mengedepankan excellent service. Mulai dari pelayanan, sortir, packing, sampai dengan after sale. Kami menyediakan garansi apabila buah yang diterima mengalami gagal mateng atau juga ada yang kurang bagus,” kata Karlina.
Karlina optimis bisnis yang ditekuninya ini dapat terus berkembang dan berkelanjutan. Apalagi melihat saat ini masyarakat sudah semakin mengutamakan gaya hidup sehat, termasuk dengan mengonsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah.
“Awalnya tujuan dari buka usaha ini adalah untuk memuhi kebutuhan alpukat rutin bagi anak saya. Sekarang, tujuan kami adalah untuk menyediakan buah-buahan kualitas premium khususnya alpukat, bagi masyarakat serta menginspirasi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat,” tutur perempuan kelahiran Jakarta, 4 April 1987.
Hal ini didukung dengan kemajuan teknologi dan sinergi dengan platform e-commerce. “Dengan kami membuka toko di ecommerce jadi lebih memudahkan untuk berjualan. Saya tidak lagi perlu mengurus titik lokasi pengiriman, mutase, transfer. Dengan saya membuka toko di ecommerce semua lebih simple dan lebih aman,” ujarnya.
Menurut Karlina, ekosistem marketplace lebih cocok dan aman untuk mewadahi pelaku usaha, terutama dengan transaksi online. “Selain membantu menjangkau pasar lebih luas, lewat e-commerce saya tidak perlu lagi melakukan pengecekan transaksi secara manual. Mulai dari menghitung ongkir dan pemilihan logistik, mengecek pembayaran dan lain-lain, semua sudah tersistem,” jelas Karlina.
Diseburkan Karlina, mayoritas pelanggan Avocadron atau sekitar 80% customer adalah dari Jakarta.
Karlina paham bisnis ini punya pesaing. Namun dia memutuskan tetap fokus untuk menjaga kualitas produk dan mengelola usahanya agar bisa terus berkembang dan berkelanjutan.
“Kami fokus pada apa yang bisa kami lakukan. Yaitu fokus untuk menjaga kualitas produk dan juga excellent service. Selain itu, kami juga fokus pada apa yang menjadi kebutuhan customer dan senantiasa meningkatkan pelayanan kami,” tuturnya.
Alhasil saat ini penjualan Avocadron mencapai 150-400 kilogram per hari. Harga alpukat di Avocadron yang paling murah adalah Frozen Avocadron Rp30.000 per 250gram, Alpukat reguler Rp 55.000/kg, alpukat jumbo Rp 60.000/kg sampai alpukat super seharga Rp 65.000/kg. Tak heran jika omzet yang dikantongi Karlina sudah mencapai ratusan juta per bulan.
Karlina menegaskan, saat ini mereka telah bekerjasama dengan petani alpukat untuk mengembangkan kualitas panen. Dengan demikian, dia berharap mereka dapat mengontrol kualitas mulai dari bibit sampai dengan buah tiba ke customer.
“Harapan ke depan tentunya bisa punya perkebunan Avocadron, dan juga buka beberapa offline store lagi di beberapa daerah,” pungkas Karlina.
======================
Karlina Kurniawati
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 4 April 1987
- Pendidikan Terakhir : Psikologi UGM Yogyakarta
- Usaha yang dikembangkan : jualan buah alpukat
- Nama Usaha : Avocadron
- Mulai usaha : Februari 2017
- Jabatan : Founder & CEO
- Omset : 150-400 kilogram per hari
- Jumlah Karyawan : 10 Orang
========================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post