youngster.id - Momen kenangan kerap diabadikan dalam berbagai cara. Kalau lewat foto atau lukisan itu sudah biasa. Ada pilihan yang unik, yakni mengabadikan dalam bentuk buket bunga kering yang ditata dalam bingkai tiga dimensi.
Bunga merupakan simbol keindahan yang dipakai orang untuk mengungkapkan perasaannya. Selain itu, bunga juga menjadi pelengkap dekorasi ruangan. Sayang, bunga segar itu tidak bertahan lama, pasti akan layu dan mati. Namun berkat kreativitas, bunga-bunga itu dapat diawetkan menjadi bunga kering yang tetap cantik dan bisa bertahan lama hingga bertahun-tahun.
Menariknya lagi, merangkai bunga kering ini menjadi ladang bisnis baru yang menjanjikan. Ini seperti yang dilakukan Kartika Puspasari Kusnadi lewat usaha Magnolia Dried Flower. Beraneka rangkaian bunga kering lahir dari tangan lembutnya.
“Kami menghadirkan rangkaian bunga kering untuk menyimpan kenangan special, terutama untuk hari paling bersejarah dalam hidup seperti pernikahan. Kerena bagi saya setiap bunga menyimpan kisah tersendiri yang akan dikenang seumur hidup,” ungkap perempuan yang akrab disapa Tika itu kepada Youngsters.id.
Sesungguhnya produk bunga kering dari Magnolia ini memang berbeda dari rangkaian bunga kering lainnya. Pasalnya, rangkaian bunga kering ini adalah dari bunga asli yang mengalami teknik botanical yang rumit. Dengan begitu, hasilnya tetap mempertahankan kecantikan bunga aslinya, seperti bunga segar yang baru dipetik. Misalnya bunga mawar, peony, hingga magnolia semua terlihat masih dengan bentuk asli meskipun telah diawetkan.
Tika juga memberikan sentuhan seni, sehingga bunga-bunga itu menjelma menjadi buket bunga yang indah untuk pengantin wanita atau korsase yakni bunga kecil yang disematkan di jas pengantin pria. Selain itu, perempuan kelahiran Jakarta 6 Februari 1985 ini juga membuat berbagai pernak pernik seperti souvenir, undangan, foto hingga aneka kartu ucapan.
Keunikan dari usaha yang dirintis Tika sejak tahun 2013 itu kini semakin berkembang. Awalnya hanya berdasarkan pesanan yang diterima hasil rekomendasi teman-temannya. Kini produk Magnolia semakin dikenal luas. Apalagi sejumlah selebriti seperti Tyas Mirasih, Fita Angraini, dan Ryana Dea, mengenakan buket dari Magnolia di hari pernikahan mereka.
Selain buket bunga, kreativitas Tika juga hadir dalam berbagai bentuk dekorasi. Antara lain bunga dalam tabung, bunga yang dibingkai atau kartu special untuk ulang tahun, ucapan selamat ataupun undangan. “Kalau disimpan di ruangan dengan sirkulasi yang baik, tidak lembab dan tidak terkena cahaya matahari langsung, maka akan tahan lama. Dulu saya pernah membuatkan teman saya saat masih belajar, dan sampai 15 tahun bunganya masih awet tidak ada yang berubah,” ungkapnya.
Belajar Sampai Ke Belanda
Tika mengakui terjun ke bisnis merangkai bunga kering ini secara tidak sengaja. “Waktu itu saya menikah dan dapat hadiah bunga peony. Bentuknya sangat cantik waktu segar, jadi saya coba cari akal gimana caranya supaya bunga ini tetap terlihat seperti ini (segar). Kemudian saya temukan caranya pakai teknik botanical yang bisa bertahan sampai puluhan tahun,” ungkapnya.
Hal ini menimbulkan ide untuk mulai mengabadikan berbagai bunga yang digunakan saat acara pernikahan. Perempuan lulusan public relation London School ini akhirnya memutuskan mendalami teknik botanical. Bahkan, ia sampai belajar ke Jepang, Belanda hingga ke Amerika untuk bisa mendapatkan keterampilan mengeringkan bunga dengan baik.
Setelah merasa mantap, Tika pun memutuskan untuk memulai bisnis bunga kering di tahun 2013. Nama Magnolia pun dipilih. “Karena bunga Magnolia adalah bunga yang paling sulit untuk dikeringkan,” ujarnya sambil tertawa.
Kartika tidak setengah-setengah dengan bisnis ini. Dia berinvestasi alat pengeringan yang harganya mencapai Rp 500 juta. “Untung keinginan saya ini mendapat dukungan dari keluarga, terutama suami,” ujarnya sambil tersenyum.
Menurut Tika, alat itu dibutuhkan karena setiap produk bunga itu harus melalui proses pengerjaan khusus. Dimulai dari pemilihan jenis bunga, bentuk dan warna. Setelah proses itu lengkap, baru dilakukan proses pengeringan satu per satu sesuai dengan jenis bunga dan tingkat kelembabannya. Sesudah itu diakhiri dengan proses yang membuat tampilan bunga terlihat cantik seperti aslinya. “Jadi perlakuan dari setiap jenis bunga itu berbeda-beda untuk mendapatkan hasil yang terbaik,” ujarnya lagi.
Tika mengakui dia bukan yang pertama membuat produk bunga kering. “Sesungguhnya bisnis seperti ini sudah banyak di Jepang, Korea, Amerika dan Belanda. Belakangan ini juga mulai banyak di Indonesia namun kami terbilang yang pertama menggunakan mesin khusus untuk menghasilkan bunga kering,” klaim Tika.
Tika juga menjaga kualitas dari produk-produk Magnolia. Bahkan, dia berani menjamin produknya itu awet. “Kalau disimpan di ruangan dengan sirkulasi yang baik, tidak lembab dan tidak terkena cahaya matahari langsung, maka akan tahan lama. Dulu saya pernah membuatkan teman saya saat masih belajar, dan sampai 15 tahun bunganya masih awet tidak ada yang berubah,” ungkapnya.
Tak sekadar dikeringkan, rangkaian bunga itu dipajang dalam bingkai berukuran 40×50 cm hingga 100×100, tergantung besar kecil hand bouquet. Tika mengakui mulanya tidak semua orang tertarik untuk mengabadikan bunga yang digunakan saat momen pernikahan menjadi hiasan berupa frame. Namun ia terus menjelaskan arti dan makna indahnya mengenang momen pernikahan lewat sebingkai frame yang berisi pernak-pernik pernikahan.
“Saya merasa sayang kalau bunga-bunga ini setelah dipakai hanya dibuang. Kenapa tidak disimpan dan jadi kenangan. Apalagi bunga adalah simbol keindahan pernikahan. Dengan melihat bunga ini tiap pasangan bisa kembali mengenang momen kemeriahan sebuah pernikahan,” ungkapnya.
Perluas Usaha dan Workshop
Berkat ketekunan, usaha yang dimulai dari garasi rumahnya di Alam Sutera itu sekarang mulai terlihat hasilnya. Produk Magnolia semakin menarik banyak peminat. Kini, setiap hari Magnolia menerima pesanan minimal 5 produk mulai dari harga Rp 100 ribu hingga Rp 6,5 juta.
Harga juga disesuaikan dengan besar bingkai yang diinginkan. Selain bunga pernikahan, Magnolia juga menerima pemesanan pengeringan bunga yang didapat saat valentin atau bunga berkabung.
Tika pun melatih lima orang pekerjanya agar bisa membuat rangkaian bunga yang indah. Selain itu, dia juga menggelar workshop untuk mempopulerkan kreasi rangkaian bunga kering ini. “Sekarang banyak pengantin wanita yang mendesain gaun pernikahannya sendiri atau bahkan memesan buket bunganya sendiri. Jadi, kami terinspirasi untuk mengeringkan buket bunga mereka agar bisa mereka kenang sampai kapan pun,” ungkapnya.
Berkat semua itu, popularitas produk bunga kering ini mulai naik, terutama di kalangan para sosialita ibukota. Mereka melihat sisi romantis dari kenangan dalam bentuk bunga kering. Alhasil, produk yang awalnya hanya dipasarkan melalui media sosial seperti Instagram, Facebook dan toko online Magnoliadriedflower.com pun semakin diminta.
Melonjaknya permintaan akan produk bunga keringnya membuat Tika memutuskan untuk membuka toko offline di kawasan Gading Serpong, Tangerang.
“Saat ini garasi saya sudah tidak mampu menampung produk Magnolia, rencananya bulan Oktober mendatang kami akan buka toko offline, sekaligus galeri. Sehingga orang bisa datang dan melihat langsung produk-produk kami di sana,” ucapnya dengan gembira.
Selain itu, Tika juga berharap kreativitasnya ini dapat menjadi alternatif pilhan bagi masyarakat untuk menyimpan kenangan terbaik mereka. “Kami memberikan pilihan baru dalam mendokumentasikan kenangan dengan mengeringkan atau mengawetkan bunga dan menyimpannya di dalam bingkai tiga dimensi,” pungkasnya.
========================================
Kartika Puspasari Kusnadi
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Februari 1985
- Pendidikan Terakhir : Public Relation London School
- Nama Usaha : Magnolia Dried Flower
- Jabatan : Founder & CEO
- Mulai Usaha : 2013
- Modal Awal : Rp 500 juta
- Karyawan : 5 orang
==========================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post