youngster.id - Sebenarnya, banyak perayaan di sekitar Anda yang bisa jadi ladang dan peluang usaha, termasuk untuk usaha souvenir dan cendera mata. Bahkan di tengah pandemi, souvenir pernikahan masih merupakan salah satu pengeluaran wajib yang pasti dianggarkan oleh semua calon mempelai pengantin.
Industri kreatif memiliki potensi besar sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia ke depan. Indonesia menaruh harapan lebih terhadap generasi muda untuk ikut memajukan ekonomi melalui bidang Industri kreatif. Dengan generasi yang sering disebut-sebut sebagai generasi kreatif, Indonesia akan diprediksi kemajuan ekonomi yang pesat.
Memasuki tahun 2021, berbagai sektor kreatif seperti desain, maupun hiburan lainnya harus bersiap untuk terus meningkatkan kinerja dalam setiap aktivitas dan karyanya. Apalagi kini ditunjang dengan layanan digital menyeluruh dan terintegrasi.
Salah satu industri kreatif yang menggeliat adalah bisnis souvenir dan cendera mata. Salah satunya adalah Sovlo, yang dididirikan Lidya Valensia Lyanto dan dua koleganya sejak tahun 2010 di bawah bendera PT Sahabat Promosi Anda. Perusahaan ini bergerak dalam manufaktur barang promosi perusahaan dan souvenir pernikahan.
Menariknya, meski sempat mengalami penurunan omzet di masa awal pandemi hingga 70%, kini bisnis Sovlo kembali on the track. “Selama pandemi omset drop hampir 70%. Event pernikahan di-cancel, event offline dan online perusahaan dibatalkan. Tidak ada membutuhkan gimmick perusahaan ataupun souvenir pernikahan di masa tersebut. Kami sampai harus merumahkan karyawan. Tetapi kini kondisi sudah membaik,” ungkap Lidya, kepada youngster.id belum lama ini.
Menurut Lidya, di awal masa pandemi di Indonesia berlangsung kondisi ini cukup merepotkan bagi kelangsungan usaha rintisannya ini. Ketika omzet menurun, dia terpaksa melakukan banyak manuver. Bahkan melihat sulitnya perjalanan bisnis di masa pandemi berlangsung saat itu, pengurangan karyawan pun sempat dilakukan dengan tujuan agar bisnis tetap berjalan.
Dan, akhirnya Lidya pun memutuskan untuk shifting bisnis dari project based menjadi brand retail, dimana customer bisa membeli secara satuan. Dari sinilah lahir brand Sovlo yang berasal dari singkatan souvenir lokal. Ternyata ini langkah yang tepat. “Dalam tiga bulan karyawan yang sudah sempat kami rumahkan dapat kami pekerjakan kembali dan membantu tim Sovlo,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 14 Februari 1989 ini dengan bangga.
Lapangan Pekerjaan
Lidya mengaku, keinginannya terjun ke bisnis cendera mata ini karena terdorong untuk membuka lapangan pekerjaan.
“Hal yang mendorong saya membuka usaha ini, karena saya ingin membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi untuk masyarakat. Khususnya penjahit lokal, dan menjadikan produk lokal pemenang di negeri ini. Sovlo juga ingin dikenal sebagai souvenir lokal khas Indonesia,” kata Lidya.
Sebenarnya, lanjut Lidya, keinginan untuk memiliki brand retail sudah dinisiasi sejak 2015, namun baru terwujud di 2020. “Bersyukurnya bisnis custom souvenir ini masih ada sampai sekarang,” ucapnya.
Diakui Lidya, jatuh bangun dalam mengembangkan usaha pernah dialaminya. Mulai dari susahnya mencari bahan baku utama produk hingga mengepak dilakukan dengan tekun. “Selain itu, saya harus menghadapi produksi yang banyak reject sehingga mengalami kerugian,” kenangnya.
Di sisi lain, sebagai pelaku UMKM, Lidya mengakui, salah satu tantangan terberat adalah mendapatkan bahan baku seperti kanvas, resleting, dan lain-lain. “Apalagi di awal kami produksi, kebutuhan semua itu tidak bisa kami dapatkan dalam jumlah yang kecil atau sedikit. Biasanya para penjual baru mau jual dalam jumlah yang besar atau banyak,” ungkap Lidya.
Tantangan lain adalah desain produk miliknya ditiru oleh banyak pesaing. “Kalau sudah menemukan hal itu, di sini cara kami untuk mengatasinya yaitu dengan terus berinovasi,” ujarnya lagi.
Melalui tempaan berbagai kesulitan dan hasil kerja keras dan kerja cerdas membuat Lidya dan kedua rekannya menjadi kuat. Misalnya, Sovlo mampu bertahan ketika bisnis terdampak akibat diterpa badai “Corona”. Lebih dari itu, mereka pun mampu mengembangkan usahanya hingga seperti sekarang. Mereka berhasil membangun manufaktur dengan beragam produk mulai dari souvenir, hingga tas, dengan harga jual yang cukup terjangkau, mulai dari Rp 9.900 hingga Rp 299.900.
Saat ini, Lidya sudah berhasil membalikkan keadaan seperti semula, dimana dalam setiap bulannya selalu ada produk baru yang diluncurkan. Sejauh ini, lebih dari 200 produk telah diciptakan Lidya bersama timnya, dan bisa dinikmati masyarakat.
“Produk yang kami ciptakan sampai saat ini junlahnya sudah lebih dari 200 produk. Kami bersyukur, sejak Sovlo mulai diluncurkan hingga kini jumlah transaksi yang tercatat ada sebanyak lebih dari 2,500 transaksi yang sudah tercatat kami bukukan termasuk di era pandemi saat ini,” kata Lidya.

Beradaptasi
Lidya mengungkapkan di masa sulit seperti sekarang pengusaha harus bisa beradaptasi dan berinovasi. Untuk beradaptasi dia melakukan pendekatan dengan memanfaatkan media sosial.
“Jadi di sini kami terus berinovasi dari segi produk dan termasuk dalam cara memasarkan produk kami ke pasaran. Selain itu, kami harus bisa beradaptasi dengan keadaan perubahan zaman,” kata.
Lidya melakukan pendekatan melalui media sosial. Dengan demikian produk-produknya bisa semakin lebih dikenal masyarakat khususnya untuk kalangan milenial. “Kami selalu aktif di media sosial, khususnya Instagram. Juga, berkolaborasi dengan influencer untuk memperkenalkan Sovlo lebih jauh lagi agar dikenal masyarakat dalam negeri maupun luar negeri,” ungkapnya.
Di sisi lain, sebagai generasi milenial dia juga memperkenalkan produk Sovlo ke berbagai platform e-commerce nasional untuk mengembangkan bisnisnya.
“Yang membedakan produk kami dari yang lain ada pada ciri khas desain ilustrasi yang mengangkat kebudayaan lokal, namun tetap trendy dan nyaman untuk digunakan sehari-hari. Harga produk yang terjangkau dibanding kompetitor. Bahkan kualitas dan jahitan dari produk kami memiliki garansi layanan seumur hidup,” klaim Lidya.
Menurut Lidya, Sovlo terus melakukan pengembangan dan meluncurkan produk-produk baru. Dengan target menjadikan brand Sovlo sebagai produk yang top of mind customer. “Inspirasi dari seluruh ilustrasi produk Sovlo berasal dari kekayaan budaya Indonesia. Karena itu, kami ingin masyarakat dapat memiliki produk custom souvenir yang berkualitas dan bangga ketika mengenakan produk lokal buatan dalam negeri. Apalagi harga terjangkau dengan desain budaya Indonesia. Kami juga menargetkan agar Sovlo bisa menjadi top of mind customer yang mencari souvenir lokal, sekaligus juga menjadi wadah bagi para ilustrator lokal untuk mewujudkan kreasi mereka barang,” tutup Lidya.
=====================
Lidya Valensia Lyanto
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Februari 1989
- Pendidikan : Sarjana Design, Universitas Trisakti
- Usaha yang dikembangkan : Membuat usaha custom souvenir dan cendera mata
- Nama Usaha : PT Sahabat Promosi Anda
- Nama merek : Sovlo
- Mulai Usaha : 2010
- Jabatan : CEO & Co-founder
- Jumlah Karyawan : 77 orang
====================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post