youngster.id - Sneakers berasal dari kata ‘sneak’ yang berarti mengendap-endap. Tidak seperti high heels atau boots, karena terbuat dari sol karet maka saat memakai sepatu ini tidak akan terdengar langkah kaki ketika berjalan. Jadi karena sepatu ini tak menimbulkan suara, maka orang mengasosiasikan bahwa orang yang memakai sneakers bisa menyelinap, mengendap-endap atau mengikuti orang secara diam-diam.
Produk yang diperkenalkan sekitar abad 18 ini telah berinovasi. Mulai dari teknologi pembuatan hingga aneka model sneakers. Demikian juga bahan semakin beragam dan digunakan untuk berbagai aktivitas dari olahraga, skateboard atau jalan ke mall.
Popularitas sepatu sneakers sudah tak diragukan lagi. Sepatu berbahan kanvas dengan sol karet ini sudah digunakan berbagai generasi, termasuk milenial. Bahkan tak sekadar jadi alas kaki, sneakers telah menjadi simbol gaya hidup.
Sneakers mulai populer sebagai fashion item pada era 70-an dan menjadi bagian penting dalam budaya hip hop dan rock ‘n roll. Beberapa musisi pernah menandatangani kontrak jutaan dollar dengan brand sneakers raksasa seperti Nike, Adidas dan Puma untuk mempromosikan sepatu mereka. Hingga sekarang sejumlah brand sneakers pun masih mengandalkan selebriti ternama sebagai bagian dari strategi pemasaran. Sebut saja Lil’ Wayne, Kanye West sampai Rihanna.
Kalau sudah mengoleksi sepatu, hal lain yang harus dipikirkan adalah perawatannya. Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya bisnis laundry sepatu. Salah satunya adalah Sneakers Clean Club, yang didirikan oleh Muhammad Farhan Zakey sejak tahun 2018. Pria yang akrab disapa Zakey ini melihat peluang bisnis yang belum banyak digarap orang.
“Saya melihat banyak orang yang ingin merawat sepatu kesayangan agar selalu bersih, terjaga orisinalitas dan tetap nyaman saat dikenakan. Ini yang mendorong saya untuk membuka usaha ini. Apalagi saya juga hobi koleksi sepatu,” kata Zakey saat ditemui youngster.id di tempat usahanya di kawasan Cilangkap Tapos Depok, Jawa Barat.
Bagi Zakey, bisnis ini terbilang menarik, Terutama jika melihat banyak kalangan anak muda yang menggemari sneakers alias sneakerhead. Mereka umumnya memakai sneakers untuk kebutuhan fesyen. Menyadari alas kaki kesayangan dibeli dengan harga yang cukup mahal, mereka juga ingin merawat dan membersihkan dengan perlakuan khusus.
“Peluang inilah yang saya ambil dengan menawarkan solusi praktis untuk membersihkan sneakers kesayangan,” ujar Zakey.
Kebanyakan pelanggannya adalah mereka yang kurang punya banyak waktu untuk merawat sepatu. Sementara membersihkna sepatu tidaklah semudah mencuci baju, karena sabun dan peralatannya khusus sesuai dengan jenis bahan sepatu yang akan dibersihkan. Di sinilah peran jasa laundry sepatu seperti Sneakers Clean Club.
“Kami bersedia menjemput sepatu yang akan dibersihkan dari konsumen dan memperlakukannya dengan sebaik-baiknya,” tegas Zakey.
![](https://youngster.id/storage/2020/07/Sneakers-Clean-Club.jpg)
Modal Nekad
Pemuda kelahiran Sukoharjo , 11 Februari 1997 ini mulai usaha dengan modal nekad. Mengandalkan belajar sambil bekerja, dia nekad buka usaha sendiri.
“Saya tahu usaha ini dari teman, lalu sempat juga belajar dari ikut seminar tentang wirausaha. Saya melihat potensi dari bisnis laundry sepatu masih bagus. Dan itu menjadi modal saya untuk berani buka usaha sendiri. Saya optimis akan hal itu, karena bisnis di bidang industri kreatif ini akan terus berkembang dari tahun ke tahun. Mengingat apa yang saya lakukan ini adalah bisnis atau usaha jasa yang orang lain pasti akan membutuhkannya,” ungkap Zakey.
Setelah 6 bulan “magang” di usaha teman, dia memutuskan untuk membuka bisnis sendiri dengan nama Sneakers Clean Clup pada 25 April 2018. Zakey mengaku, selain modal nekad, dia juga membeli bahan-bahan untuk memulai bisnis ini seharga Rp 200 ribu.
“Saat itu saya baru berani beli bahan eceran. Kini seiring berkembangnya usaha, saya bisa meningkatkan alat-alat dan memiliki bahan yang lengkap,” ujarnya.
Perlengkapan yang dia persiapkan untuk menjalankan bisnis cuci sepatu adalah detergen dan pewangi. Menurut Zakey, dalam mencuci sepatu, ada tiga macam cara pengerjaan yaitu proses wet clean, dry clean, dan wet & dry. Dalam proses wet clean atau pencucian basah, dibutuhkan beberapa bahan kimia seperti anti bacterial, surfaktan, cleaner, neutralizer, solvent perfume, dan air.
Sementara pada proses dry clean atau pembersihan kering, bahan-bahan kimia yang diperlukan adalah shoes sceaner (kimia utama), anti bacterial, neutralizer, dan solvent perfume. Sedangkan untuk proses wet & dry membutuhkan peralatan berupa sikat halus, sikat kasar, kuas, kain microfiber, penghapus karet, suede sponge, serta botol semprot.
Sebelum itu, dia juga melakukan proses chemicals identification, untuk mengenali jenis media atau bagian bahan sepatu yang akan dibersihkan. Penggunaan bahan kimia yang kurang tepat justru akan membuat warna atau bahan sepatu menjadi rusak. Kemudian mengidentifikasi jenis peralatan apa saja yang paling cocok digunakan untuk membersihkan bahan sepatu. Langkah ini tentu tidak boleh keliru. Misalnya tidak boleh menggunakan sikat kasar pada permukaan sepatu yang berbulu, dan lain sebagainya.
Alumni SMK Mekanik Cibinong ini mematok biaya layanan grooming sepatu sebesar Rp 35 ribu untuk sepasang sepatu. “Kalau dihitung dalam sebulan saya bisa mendapatkan orderan 70-120 pasang,” ujarnya dengan bangga.
Rata-rata waktu pengerjaan untuk cuci sepatu 3-7 hari agar kembali bersih dan seperti baru. Termasuk bisa memperbaiki sepatu, bahkan mewarnai ulang sepatu yang sudah usang.
![](https://youngster.id/storage/2020/07/Customer-Sneakers-Clean-Club.jpg)
Pendekatan Humanis
Tentunya sebagai bisnis jasa layanan, ada saja kendala yang ditemui. Terutama dari permintaan pelanggan yang berubah-ubah. Untuk menghadapi hal itu, Zakey melakukan pendekatan humanis.
“Saya yakin, karena setiap usaha itu pasti ada kendala dan tantangannya, apalagi bidang usaha kami adalah jasa. Harus selalu memberikan yang terbaik untuk customer. Kendala biasanya datang di permintaan customer yang berubah-ubah. Untuk itu saya melakukan pendekatan humanis untuk menjaga kualitas dan kepercayaan customer,” kata Zakey.
Zakey juga kerap menghadirkan aneka konten menarik di sosial media untuk menarik masyarakat dan pelanggan. ”Ini adalah bentuk edukasi ke masyarakat akan layanan kami. Pendekatan sosial ini agar masyarakat mengerti tentang pentingnya merawat dan menjaga sepatu serta kebersihannya,” ujarnya menambahkan
Selain itu, tentu ada promo, packaging, kualitas, dan inovasi agar selalu ada yang baru setiap bulannya. “Jadi apa yang saya lakukan ini agar customer selalu senang dengan inovasi kita,” ujarnya.
Zakey optimis bisnis cuci sepatu ini termasuk salah satu bisnis yang long term. Artinya, bisnis ini tidak akan pernah mati selama kebutuhan orang terhadap sepatu semakin meningkat. Apalagi dia memanfaatkan media sosial untuk menarik pelanggan hingga pasarnya pun meluas hingga ke anak-anak sekolah.
Dengan hasil yang memuaskan maka pelanggan Zakey pun terus bertambah. Bahkan, diklaim Zakey, kini pelanggannya telah mencapai 100 customers. Usaha yang dikelola bersama sahabatnya itu kini berkembang. Mereka kini membuat premium treatmen, member ID, dan souvenir bagi pelanggannya.
“Rencana pengembagan sudah saya siapkan. Nantinya saya akan membuat premium treatment dan khusus mendapat souvenir serta member card untuk loyalitas customer Sneakers Clean Club yang selama ini jadi pelanggan lama maupun pelanggan baru,” janjinya.
========================
Muhammad Farhan Zakey
- Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo , 11 February 1997
- Pendidikan Terakhir : SMK Mekanik Cibinong
- Usaha yang dikembangkan : Membuat layanan laundy sepatu (sneakers)
- Jabatan : Founder & CEO
- Nama Usaha : Sneakers Clean Club
- Mulai usaha : 25 April 2018
- Modal awal : sekitar Rp 200 ribu
===========================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post