youngster.id - Kondisi pandemi Covid-19 menjadi tantangan utama yang dihadapi semua sektor, termasuk pariwisata dan ekonomi kreatif. Namun di tengah tantangan itu banyak pelaku industri kreatif, terutama anak-anak muda malah tumbuh dan berkembang. Mereka menghadirkan berbagai produk kreatif yang menjangkau kalangan muda.
Merujuk perkiraan Opus, kontribusi sektor ekonomi kreatif sendiri diperkirakan bakal mencapai Rp1.100 triliun pada 2020. Indonesia pun menjadi negara terbesar ketiga di dunia jika melihat pada kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Sementara Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut ekonomi kreatif memiliki kontribusi devisa yang tinggi bagi produk domestik bruto (PDB). Bahkan, tiga produk ekraf menjadi penyumbang terbesar struktur PDB dan ekspor, yakni fesyen US$11,9 miliar, kriya US$6,4 miliar, dan kuliner US$1,3 miliar.
Bertumbuhnya industri kreatif ini tentu tidak terlepas dari peran anak muda dengan produk kreatif dan inovasinya. Bahkan, banyak dari mereka memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 untuk berkreasi dan berbisnis. Seperti yang dilakukan oleh Nabila Aulia Gunanti, yang mengembangkan bisnis unik, yaitu membuat buku catatan custom atau customized notebook, bernama Hayzabooks.
Menurut Nabila, usaha rintisan Hayzabooks ini berawal dari ide untuk membuat buku catatan atau notebook personal, yang muncul sejak dia SMA. “Saya terinspirasi dari teman ketika masih SMA dulu. Dia punya notebook dengan sampul bertuliskan namanya. Saya lalu mencoba membuat sendiri, dulu masih kurang bagus,” ungkap Nabila kepada youngster.id.
Rupanya, melalui sebuah pelatihan ide customized notebook ini bisa terealisasikan. “Setelah saya mengikuti pelatihan Program Skilled Youth dari Citi Indonesia dan Indonesia Business Links (IBL), ide customized notebook ini bisa terealisasikan. Tepatnya pada Juni 2020, Hayzabooks berdiri,” ungkapnya.
Awalnya, lanjut Nabila, bisnis itu hanya untuk mengisi waktu luang mengingat aktifitas kesehariannya terutama kuliah tidak padat di tengah situasi yang serba terbatas ini.
“Lahirnya usaha rintisan dengan nama Hayzabooks sebenarnya hanya untuk mengisi waktu luang karena jadwal kuliah saya sedang tidak padat. Di samping itu, saya ingin punya penghasilan sendiri. Sebab, uang jajan dari orang tua masih kurang,” ungkap mahasiswi Teknik Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang.
Lalu, Nabila menggabungkan skill desain grafis yang dimiliki untuk membuat buku catatan dengan desain dan pilihan kertas yang menarik. “Ternyata saya jadi tertantang untuk bisa menjalankan bisnis ini dengan lebih baik lagi,” ujarnya.
Selain sebagai buku catatan bagi pelajar dan mahasiswa, Hayzabooks juga bisa dijadikan sebagai kado spesial, dimana desainnya bisa di-custom ada nama atau foto orang yang diberikan hadiah di cover bukunya.
Percaya Diri
Berbekal ide lama dan menggabungkan skill desain grafis yang dimilikinya sekarang, akhirnya Nabila percaya diri membangun bisnis ini. Dia pun menamakan bisnis ini Hayzabooks, yang berarti buku keberuntungan.
“Motivasi saya bikin Hayzabooks karena saya suka desain grafis. Saya ada passion-nya di sana. Saya lalu melihat ini juga sebagai peluang bisnis,” ujarnya.
Nabila beralasan, ia memiliki hobi menulis langsung di buku catatan untuk menuangkan ide yang membuatnya lebih fokus jika dibandingkan menggunakan gadget. “Saya memang suka menulis di buku, bisa lebih fokus. Kalau mencatat menggunakan tablet, handphone atau laptop, saya mudah terganggu notifikasi dari aplikasi lain,” ujarnya.
Awalnya, Nabila menyasar para mahasiswa, yang umumnya menggunakan binder untuk mencatat mata kuliah. Berdasarkan pengalaman, bagi Nabila binder lebih ribet dan ukurannya cenderung tergolong besar. Sedang, notebook lebih terkesan rapi dan desainnya lebih variatif.
Dia menjelaskan, notebook custom berbeda dengan yang umum ada di pasar yang selama ini dalam bentuk full planner dan sudah full design. Sehingga terpaku untuk penggunaan satu tahun kalender tertentu saja. Sedangkan Hayzabooks, bagian tanggal dan tahun tidak tercetak sehingga pengguna bisa mengisinya sendiri. Hal ini yang membedakan dan menjadi keunggulan usaha rintisan ini.
“Artinya, notebook dari Hayzabooks bisa mulai digunakan kapan saja, tidak harus di awal tahun. Selain itu, ciri khas utama Hayzbooks berupa desain cover yang bisa di-customize. Pengguna bisa memesan desain sampul Hayzabooks sesuai selera mereka, termasuk pilihan model isi notebook apakah kertas bergaris, polos atau dotted. Artinya, pengguna berkesempatan mempunyai notebook yang unik, personalized untuk mereka sendiri, berbeda dari yang lain,” ungkapnya.
Selain itu, dari segi desain Hayzabooks banyak menampilkan bunga-bunga atau dedaunan. Ini menjadi ciri khas sekaligus yang menjadi tren bagi para konsumennya.
Menurut Nabila, sebelum produk Hayzabooks diluncurkan dia juga melakukan survei kepada orang-orang terdekat untuk mencari kebutuhan konsumen seperti jenis kertas, model isi kertas yang disukai. Sedang untuk desain, dia mencari inspirasi dari berbagai situs gambar dan Pinterest: seperti apa desain yang sedang diminati atau banyak dicari. Termasuk meriset berbagai produk yang ada di pasar.
“Jadi sebelum Hayzabooks diluncurkan, yang pertama saya lakukan adalah menyusun katalog desain dan beberapa contoh produk notebook. Setelah itu, saya mempublikasikannya melalui Instagram mulai Juni 2020,” ungkapnya.
Menurut Nabila, dengan bekal pelatihan dia belajar mengoptimalkan digital marketing. Antara lain cara membuat caption yang menarik, serta teknik fotografi produk agar tampilan Instagram Hayzabooks profesional. “Saya juga konsisten meng-upload desain-desain baru notebook agar konten Instagram Hayzabooks selalu fresh,” ujarnya.
Dengan hashtag yang tepat dan unik, Hayzabooks pun cepat dikenal. Bahkan, Nabila mengklaim sudah mendapat pesanan dari luar negeri, terutama dari Malaysia.
Unik dan Konsisten
Bergabung di Program Skilled Youth membuat Nabila mendapatkan pendanaan untuk mewujudkan keinginannya mendirikan usaha rintisan. Selain itu, dia juga mendapat bekal dalam bentuk penerimaan materi pelatihan seperi pelatihan financial management, digital marketing, serta cara-cara berpromosi.
“Program Skilled Youth memberikan banyak materi pelatihan yang bisa langsung saya praktikkan. Saya belajar financial management dan digital marketing, seperti cara membuat caption yang menarik, serta teknik fotografi produk,” papar Nabila.
Menurut Nabila, untuk mengembangkan Hayzabooks ini butuh modal sebesar Rp 2 juta. Kini, setelah sekitar 7 bulan berjalan, Hayzabooks telah berhasil memproduksi lebih dari 850 notebook untuk konsumen dari berbagai daerah, baik individu maupun perusahaan.
“Rata-rata omzet yang Hayzabooks peroleh sebesar Rp 3-5 juta rupiah per bulan. Namun, pernah juga mencapai Rp 10 juta, bahkan Rp 25 juta dalam sebulan,” ungkap Nabila dengan bangga.
Diklaim Nabila, sejauh ini konsep custom Hayzabooks diterima baik oleh pasar. Hal itu terutama disampaikan melalui review dari para pelanggan yang puas akan desain dan produksi. “Selain itu, Hayzabooks juga bersedia meladeni request desain dari konsumen. Ini yang tidak dimiliki kompetitor. Tidak hanya itu, konsumen juga puas terhadap pelayanan Hayzabooks yang ramah, mau menanggapi setiap pertanyaan dan permintaan mereka,” klaimnya.
Di sisi lain, disebutkan Nabila, strategi harga yang kompetitif menjadi kunci baginya untuk menghadapi persaingan usaha sejenis. “Strategi harga yang kompetitif menjadi kunci saya menghadapi persaingan. Saat ini, Hayzabooks menawarkan harga yang lebih terjangkau. Selain itu, saya juga menerima permintaan desain khusus dari konsumen. Artinya, pilihan mereka tidak terpaku pada katalog saja. Hayzabooks pun telah memperluas jangkauan platform digital, tidak hanya lewat Instagram,” katanya.
Dengan harga jual yang dibanderol sebesar Rp 69.000 per eksmplarnya, Hayzabooks masih bisa bersaing dengan kompetitor lainnya. “Ke depan saya ingin menambahkan desain pocket sama karetnya supaya makin disukai konsumen. Saya juga ingin tetap bisa mengakomodir permintaan desain khusus dari konsumen, karena ini merupakan salah satu kekuatan Hayzabooks,” ucapnya.
Gadis kelahiran Jakarta, 23 Desember 1998 ini yakin usahanya dapat terus berjalan. Tentu tidak selalu berjalan mulus. Dia mengaku menemui tantangan terutama ketika mendapat pesanan dari perusahaan, karena biasanya dalam jumlah besar. Itu membuatnya kelelahan. Nabila mengakui, minimnya sumber daya yang dimiliki saat ini belum bisa mendukung kebutuhan tersebut.
“Salah satu tantangan Hayzabooks ketika ada pesanan hingga 400 notebook dari sebuah perusahaan. Dari estimasi waktu produksi seharusnya 50 hari, tetapi perusahaan tersebut meminta pengerjaan hanya dalam 3 minggu. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Hayzabooks yang masih tergolong baru. Produksi harus molor tidak sesuai permintaan. Dari sini, saya belajar bagaimana mengatur waktu produksi jika menerima pesanan dalam jumlah besar,” tuturnya.
Kesulitan itu tidak membuat Nabila patah semangat. Bahkan ia ingin bisa terus maju. Nabila menargetkan dari segi ragam produk, akan menghadirkan notebook kategori full planner. Sementara itu, untuk target penjualan, dia berharap bisa mencapai peningkatan 20% dari bulan sebelumnya.
“Saya ingin semakin memperkuat digital marketing Hayzabooks dengan memiliki website sendiri. Selain itu, Hayzabooks akan terus memperkaya varian desain sehingga konsumen mendapatkan opsi yang lebih beraneka ragam. Dengan begitu, bisnis yang saya rintis ini dapat berkembang lebih maju lagi,” pungkasnya penuh harap.
=======================
Nabila Aulia Gunanti
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Desember 1998
- Pendidikan : Mahasiswa Teknik Industri, Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Karawang
- Usaha yang dikembangkan : Membuat buku catatan custom
- Nama Brand : Hayzabooks
- Mulai usaha : Juni 2020
- Jabatan : Founder & CEO
- Prestasi : Startup Terpilih di Program Skilled Youth dari Citi Indonesia dan Indonesia Business Links (IBL) 2020
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post