youngster.id - Kini, Esports tak lagi sekadar game. Tapi telah menjadi bisnis yang menarik. Tak heran jika banyak anak muda terjun ke dunia ini secara serius. Tak hanya sebagai pemain, tetapi mereka membangun bisnis dan ekosistem dari esports ini di Tanah Air. Salah satunya adalah Presley Martono yang mengembangkan startup yang menangani sim racing esports di Indonesia.
Sedikit mundur, istilah esports atau olahraga elektronik muncul pada akhir 1990-an. Esports didefinisikan sebagai “area kegiatan olahraga di mana orang mengembangkan dan melatih kemampuan mental atau fisik dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.”
Sejarah mencatat, kompetisi video-game pertama (Intergalactic Spacewar Olympics) diadakan pada 19 Oktober 1972 di Stanford University dengan hadiah berlangganan majalah Rolling Stone selama satu tahun.
Kini, menurut statista.com, tahun 2020 lalu pasar esports global bernilai lebih dari US$950 juta atau sekitar Rp14 triliun, dan akan terus bertumbuh. Bahkan dalam hal pendapatan, media riset digital Newszoo, menyampaikan bahwa Asia dan Amerika Utara mewakili dua pasar esports terbesar, dimana Amerika Utara menguasai 37% pasar, diikuti China yang menguasai seperlima pasar, dan Korea Selatan 6%.
Esports tidak lagi hanya sebuah bentuk hiburan, tetapi telah menjadi profesi bagi banyak pemain. Bagaimana dengan Indonesia ? Memasuki tahun 2023, berbagai tim esports Tanah Air tengah bersiap untuk mengikuti kompetisi maupun turnamen esports. Salah satu cabang esports yang tengah naik daun adalah Simulated Auto Racing atau lebih dikenal dengan sim racing.
Ini bukanlah game balap seperti yang umum. Namun balapan virtual ini mengikuti aturan arena balap professional. Bahkan kini para pembalap profesional dunia turut serta di arena ini. Terdapat beberapa tim yang bertanding dalam kejuaraan esports F1 ini. Semua tim yang terlibat merupakan tim yang ada di F1 sebenarnya yakni HAAS F1, AMG Petronas, Sauber Alfa Romeo, Red Bull Racing, Toro Rosso, Mclaren, Renault, Williams, dan Force India.
Kini Indonesia juga punya time sport Sim Racing yaitu JMX Phantom Corp yang didirikan oleh Presley Martono. Meski terbilang baru tim ini telah memenangkan SRO GT World Challenge Asia Endurance Series 2021 dan Pemenang Pro Class eRacing GP (ERGP) Endurance Edtion 2022.
“Saya membangun startup company ini untuk mengembangkan tim esports profesional Sim Racing di Indonesia. JMX Phantom memadukan keahlian dalam dunia balap fisik dan virtual, dengan target untuk bisa menjadi industry leader di Indonesia,” papar Presley, CEO dan Founder JMX Phantom Corp saat ditemui youngster.id di Headquarter tim JMX Phantom di bilangan Cipete, Jakarta.
Startup ini tidak saja membentuk tim pembalap untuk mengikuti berbagai arena esports, tetapi juga coaching clinic, pelatihan kepada calon/pembalap pemula, pelatihan fisik dan rencananya juga akan membentuk tim balap di ajang gokart.
Pembalap Sungguhan
Sesungguhnya bagi Presley arena balap bukanlah dunia baru. Dia telah mengenal olahraga yang memacu adrenalin ini sejak berusia 8 tahun. Maklum, sang ayah Perry Martono adalah seorang pembalap gokart.
Presley pernah menoreh banyak prestasi termasuk menjadi pegokart Asia pertama yang memenangi World Series Karting (WSK) pada 2014. Lalu menjadi runner-up European Championship, di Kejuaraan FIA European Karting pada 2015. Bahkan, Presley mengguncang dunia balap Indonesia setelah berhasil menjadi juara Formula 4 South East Asia musim 2016/17. Namun karier itu terpaksa kandas.
“Karena masalah finansial waktu itu, saya akhirnya memutuskan untuk berhenti dari dunia balap dan fokus pada pendidikan. Saya juga sempat bekerja di beberapa perusahaan termasuk startup. Walau saya suka balap, tapi saya juga memiliki gairah di dunia bisnis, makanya sekarang saya gabungkan balap dan bisnis,” ungkapnya.
Menurut Presley, dia membangun startup ini di tengah pandemi Covid-19. “Saat itu semua dilakukan secara online termasuk balapan. Saat itu ajang balap digital yaitu sim racing ini booming terutama di kalangan pembalap. Akhirnya jadilah komunitas DTrace yang awalnya terdiri dari tim gokart. Dari sini saya memutuskan untuk serius membangun startup untuk mengembangkan tim sport sim racing di Indonesia,” ucapnya.
Presley bermitra dengan pembalap wanita Clio Clarissa Tjonnadi lalu mendirikan JMX Phantom. Startup ini pun resmi diluncurkan pada 13 Januari 2021 dengan disokong sejumlah investor, baik dari Indonesia maupun Singapura.
“Sebenarnya JMX itu moto racing plus gaming untuk improve racing di Indonesia. Kami menaikkan standar untuk tim sport sim racing,” ujarnya.
Untuk itu, Presley memposisikan skuad pembalap JMX Phantom sebagai aset dan digaji secara profesional. “Mereka mendapat bulanan di atas UMR (Upah Minimum Regional),” sebut Presley.
Selain itu, layaknya tim balap, maka tim JMX Phantom juga menjalani latihan fisik. Menurut Presley, karena arena sim racing adalah “perfect world”. Sehingga dalam sebuah balapan, fokus dari sang pembalap akan berpengaruh besar. Kehilangan fokus saja akan membuat pembalap lebih mudah disalip oleh lawan. Dan pada akhirnya akan meraih hasil yang tidak maksimal. Karena itu balapan simulator butuh kebugaran juga, para pembalap juga melakukan olahraga dan istirahat yang cukup.
Mereka juga berlatih 8 – 100 jam, terutama untuk menghadapi arena balap ketahanan yang bisa sampai 24 jam.
“JMX Phantom beroperasi dengan perpaduan unik antara pengemudi mobil balap sungguhan dan pengemudi sim racer, serta menjadi salah satu dari sedikit tim Asia yang mengoperasikan tim sim racing dengan fasilitas yang sangat memadai. JMX Phantom melengkapi markas dengan peralatan kelas profesional yang memungkinkan anggotanya mendapatkan kesan balapan senyata dan sebaik mungkin,” papar Presley.
Ini yang memicu para pembalap JMX Phantom menjadi antusias dan berusaha yang terbaik. Tercatat, para pembalap itu diantaranya Fadhli Rachmat, Avila Bahar, Daffa AB dan Presley sendiri. Selain itu ada skuad junior yakni Sergio Noor, M Qurthubi dan Mirza Utama.
Prestasi
JMX Phantom memiliki target untuk bisa menjadi industry leader di Indonesia. Karena itu, menurut Presley, JMX Phantom beroperasi dengan perpaduan unik antara pengemudi mobil balap sungguhan dan pengemudi sim racer, serta menjadi salah satu dari sedikit tim Asia yang mengoperasikan tim sim racing dengan fasilitas yang sangat memadai. JMX Phantom melengkapi markas dengan peralatan kelas profesional yang memungkinkan anggotanya mendapatkan kesan balapan senyata dan sebaik mungkin.
“Tim JMX Phantom sejauh ini telah memberikan kontribusi di ajang Sim Racing dengan menempatkan para pembalap di level juara,” ujar Presley dengan bangga.
Baru-baru ini Presley tergabung dalam tim LOR JMX Phantom akan bertanding di ajang Le Mans Virtual 2023 dan berhadapan dengan banyak pembalap terkenal, seperti juara dunia F1, Max Verstappen, bintang F1 dan Indycar, Romain Grosjean, serta Juara F2 Felipe Drugovich.
“Merupakan suatu kehormatan bagi saya dan JMX Phantom dapat turut mewakili Indonesia dalam ajang internasional ini. Kami akan melakukan yang terbaik untuk dapat menempatkan Asia, khususnya Indonesia, di peta kompetisi dunia ini,” ungkap Presley lagi.
Di tahun pertamanya terjun ke dunia eSports, Presley sudah langsung dipromosikan mengikuti GT Pro (tingkat internasional), hingga ia berhasil menjuarai SRO GT World Challenge Asia Endurance Series pada tahun 2021.
Meski demikian, Presley mengaku, dia masih menemui kendala terutama dalam hal teknis terutama dalam hal jaringan internet, listrik dan perangkat komputer.
“Saya sudah pernah mengalami internet putus, komputer yang overheat, hingga mati lampu. Dari semua itu saya jadi belajar untuk bisa mengatasi agar saat bertanding dapat terus melaju hingga finis,” ucapnya.
Lalu dari mana sumber monetize startup ini? Menurut Presley, mereka mendapatkan penghasilan dari hadiah kompetisi yang berkisar US$10 ribu hingga US$50 ribu. Selain itu juga dari coaching, dan consulting untuk mode sirkuit sim raching di berbagai event motosport.
Saat ini, JMX Phantom tengah mengembangkan academy. Hal itu mengacu pada perkembangan Sim Racing yang semakin maju dan semakin maraknya event dunia maupun nasional diselenggarakan. Apalagi, menurut Presley, pembalap Asia itu bertalenta.
“Kalau pembalap Eropa itu balap benar-benar menjadi kehidupan mereka. Untuk latihan saja mereka melakukannya dua kali dalam sehari. Sedangkan di Asia itu balap seperti ekstra kulikuler. Jadi sangat penting untuk membangun mentalitas. Mungkin untuk menemukan bintang Indonesia di dunia motorsport bisa dari eSports,” katanya.
Karena itu Presley berharap, melalui JMX Phantom diharapkan bisa mengembangkan industri Sim Racing tetapi juga bisa sebagai alternatif regenerasi atlet balap pro di Indonesia
“Saya ingin berbagi ilmu dan pengalaman saya selama menekuni balap profesional, terutama ke generasi yang lebih muda. Dengan harapan mereka akan dapat turut memajukan dunia balap di Indonesia,” pungkasnya.
========================
PRESLEY MARTONO
- Tanggal Lahir : 15 Juni 2000
- Pendidikan : Bachelor Business Administration and Management General Hult International Business School
- Usaha yang dikembangkan : Membuat sim racing esports
- Nama usaha : JMX Phantom Corp
- Mulai usaha : 13 Januari 2021
- Jabatan : CEO & Cofounder
Prestasi :
2020 – 2022: ESPORTS
- Mendirikan Tim Sim-Racing Team terkemuka di Indonesia – JMX Phantom
- Pemenang SRO GT World Challenge Asia Endurance Series 2021
- Dipromosikan menjadi GT Pro (Kejuaraan Dunia) pada tahun pertama GT Challenge
- eRacing GP (ERGP) Endurance Edition 2022 – Pemenang Pro Class
- Mewakili Indonesia di FIA Motorsport Games 2022
2017 – 2018 WAKIL JUARA– MRF FORMULA 2000 (F3)
Bersaing melawan Pembalap F1, F2 & IndyCar saat ini
2017 TOP 20 – FORMULA RENAULT 2.0 EUROCUP
Competed against current F1 & F2 Drivers
2016 PEMENANG – FIA FORMULA 4 SEA
- Juara Umum dan Rookie
- Earned 12 FIA Super License Points
2015 WAKIL PEMENANG – FIA KARTING EUROPEAN CHAMPIONSHIP
- Pertama di Asia menjadi wakil juara di FIA European Karting Championship
- Pemenang Putaran 2 Juara Karting Eropa Pertama – PFI, Inggris
2014 PEMENANG – WORLD SERIES KARTING FINAL CUP
Pertama di Asia yang memenangkan Piala Final WSK
==============================
STEVY WIDIA
Discussion about this post