youngster.id - Pandemi tidak menghalangi kreativitas anak bangsa untuk tetap berkarya di segala bidang, termasuk bidang industri kreatif dan fesyen. Mereka harus bangkit dan semakin ditantang untuk lebih kreatif serta mampu beradaptasi dengan perubahan baru yang terjadi akibat pandemi ini.
Kendati demikian, adanya pandemi sedikit banyak turut membawa perubahan pada tren fesyen sehari-hari. Banyaknya aktivitas yang mau tak mau dilakukan di rumah demi alasan kesehatan, ditambah dengan kebijakan work from home (WFH), membuat baju rumahan lantas menjadi tren.
Laman Business of Fashion dan data survei terbaru dari Nordstrom Trunk Club pun menunjukkan bahwa keyword pencarian “loungewear” atau “baju rumahan” mengalami peningkatan yang cukup tajam. Semenjak April 2020, posisinya telah mengungguli pencarian dengan kata kunci baju kerja.
Kondisi ini lalu dimanfaatkan oleh para pebisnis mode sebagai peluang baru. Bahkan tak sedikit brand lokal yang kemudian merilis baju rumahan atau home dress dengan style modern dan sangat nyaman untuk digunakan beraktivitas sehari-hari. Salah satunya adalah brand Kim & Kin milik Raisha Wirapersada.
Raisha menuturkan, di era kenormalan baru membuat dirinya harus mengubah strategi penjualan. Biasanya, Kim & Kin membuat daily outfit untuk baju pergi. Kini dia melirik pasar baju rumahan seperti piyama yang sedang digandrungi.
“Memang sih, awalnya merasakan jualan baju jadi turun banget peminatnya karena di masa pandemi ini banyak orang memilih untuk melakukan aktifitas di rumah aja. Nah dari situ, saya melihat banyak banget yang bikin piyama, termasuk untuk anak. Tapi masih jarang yang bikin dengan material nyaman. Peluang ini yang saya garap sekarang,” kata Raisha, Founder & CEO Kim & Kin kepada youngster.id.
Wanita yang akrab disapa Caca ini mengklaim, yang membedakan dan menjadi keunggulan dari usaha sejenis tak lain adalah Kim & Kin merupakan produk lokal asli Indonesia, yang memiliki design dan pattern yang khas untuk anak-anak.
“Kami produk lokal Indonesia. Yang memiliki design dan pattern yang khas anak-anak. Warna warni yang kami pergunakan juga eye-catching. Saat ini kami memperbanyak koleksi pakaian dengan material yang ramah alam atau sustainable fashion, organic cotton poplin,” klaim Caca.
Cita-Cita
Bagi Caca menggeluti dunia fesyen memang bukanlah sebuah hal yang baru. Pasalnya, lama menekuni profesi sebagai fashion stylist di sejumlah majalah ternama di Jakarta. Lalu sejak tiga tahun terakhir dia membangun merek fesyen lokal, terutama untuk segmen baju anak dengan merek Kim & Kin. “Alasan saya ingin memiliki brand sendiri karena memang cita-cita dari dulu,” tegas Caca.
Lebih jauh, Caca memaparkan untuk mewujudkan cita-citanya memiliki merek fesyen lokal sendiri dia melakukan riset selama hampir satu tahun. “Karena ini otodidak dan memang hobi, jadi butuh 1 tahun bagi kami untuk mempersiapkan semuanya,” ungkapnya.
Caca mulai dengan bisnis baju dewasa khusus perempuan, aksesoris. Namun ketika punya anak, dia menemui kesulitan mendapatkan produk lokal berkualitas. Dari situlah akhirnya dia berubah haluan dan memutuskan untuk menjalankan kids local apparel.
“Saya mengganti usaha dari pakaian perempuan ke baju anak karena ketika sudah jadi orangtua naluri untuk mengorbankan segalanya bagi anak jadi kuat. Sebagai orang tua, saya bisa tahan untuk tidak membeli barang untuk diri sendiri, tapi kalau untuk anak hal itu tentu enggak mungkin bisa ditahan. Dari pengalaman itu akhirnya saya memutuskan untuk pindah haluan,” ungkap Caca.
Sejak 2017 dia meluncurkan brand Kim & Kin. Perempuan kelahiran Bandung ini mengaku tak memerlukan modal yang besar untuk usaha ini. “Modal untuk usaha ini hanya sebesar Rp 5 juta saja tetapi bisa untung dan bertahan hingga sekarang,” ujarnya.
Caca terjun langsung mulai dari memilih bahan untuk baju anak, hingga membuat cutting. “Dari riset yang pernah saya lakukan sebelumnya, kalau cutting-an tidak benar bisa jadi risiko cepat robek dan kurang nyaman dipakai. Jadi sebelum pakaian piyama dibuat saya harus memilih, misalnya jika pakai motif ini pasti akan laris dan disenangi. Begitu juga jahitan dan cutting-an sebagai pendukungnya, tentu akan menjadi pembeda produk yang dibuat dengan produk piyama anak lainnya,” paparnya.
Selain itu, untuk Kim & Kin, Caca melibatkan beberapa ilustrator untuk berkolaborasi membuat motif, dengan ciri khas playful dan colorful. “Misalkan di momen ulang tahun ketiga, di sini kami bikin koleksi khusus untuk mendukung kebutuhan tersebut. Kami menggandeng ilustrator untuk bikin pattern yang sesuai dan nanti akan dicetak. Kami juga memilih bahan organik yang sustain untuk ikut serta membantu melestarikan alam,” katanya lagi.
Caca juga memasarkan produk melalui berbagai jalur. Mulai dari sosial media seperti Instagram dan Whatsapp, hingga ke stockist official di HGL House Bandung, kiddiposh.com dan oadkids.com. “Model bisnis yang saya terapkan di sini melalui online shop dan offline shop,” ujarnya.
Alhasil, bisnis yang dia tekuni dapat berjalan hingga sekarang ini. Meski tidak menyebut omzet, namun Caca cukup berbangga dengan followers IG yang mencapai 10.200 orang. Oleh karena itu, ia sangat optimis memandang peluang bisnis yang selama ini dijalankannya. “Tentunya, sangat optimis. Apalagi, ketika brand lokal asli Indonesia Kim & Kin bisa menjadi salah satu brand apparel anak pilihan bagi orangtua di Indonesia,” ucap Caca.
Mom Influencer
Caca mengaku cukup merasakan jatuh bangun dalam merintis usaha merek lokal Kim & Kin. Apalagi banyak pekerjaan yang harus dilakukan sendiri terkadang membuatnya kerepotan.
“Mungkin karena masih dikerjakan semuanya sendiri, terkadang stuck dan lelah sendiri. Sedikit banyak pernah saya temui ketika usaha ini berjalan. Namun karena ini cita-cita dari dulu dan memang hobi, semangat kembali dengan cepat untuk terus membuat Kim & Kin tumbuh berkembang dan berkelanjutan,” tutur Caca.
Caca mengungkapkan masuk di masa pandemi kendala dan tantangan yang ditemui tak lain datang dari sepinya peminat yang membuatnya harus mengalami penjualan yang menurun drastis. Namun, hal itu tak hanya berlaku bagi Kim & Kin. Buktinya persoalan menurun penjualan ini juga ditemui oleh pemilik produk fesyen lainnya.
“Selama pandemi semua penjualan menurun. Tak hanya kami, tapi semua brand juga merasakannya. Cara mengatasinya adalah kami mengikuti dan memproduksi produk yang related dengan keadaan pandemi ini. Seperti produksi masker dan piyama sebagai turunan produk lain dari Kim & Kin,” terangnya.
Caca mengakui, di awal pandemi pada bulan Maret lalu, ia lebih dulu menjajal berjualan masker. Baru pada April, ia mulai melebarkan pasar ke baju tidur (piyama) dan baju santai anak. Kala itu, produknya dilirik oleh akun Instagram yang mengkurasi brand lokal untuk dipromokan secara gratis ke influencer, secara tak sengaja produk masker Kim & Kin terpilih untuk tampil.
“Sebenarnya, orang jadi banyak tahu Kim & Kin itu produksi baju anak setelah jualan masker. Tapi dari promo itu Kim & Kin makin dikenal lagi dan sudah punya ciri di mata para pembeli di Instagram,” ungkap dia.
Salah satunya di saat aktris Jennifer Arnelita menghadiahi produk Kim & Kin pada Chelsea Olivia yang baru saja melahirkan anak keduanya. Moment tersebut mencuri perhatian masyarakat, khususnya para orang tua muda lebih kenal secara dekat dengan produk Kim & Kin.
“Tapi upaya lain yang saya lakukan di sini untuk mengenalkan Kim & Kin lebih luas. Di sini saya terus menambah daftar kolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti kolaborasi dengan ilustrator, brand lain, dengan mom influencer juga membuat banyak kegiatan giveaway dan discount. Dan, rencana pengembangan lain dalam waktu dekat saya juga mau buat website sendiri,” ungkapnya.
Ke depan, selain akan mengembangkan website resmi Kim & Kin, untuk lebih memperluas wilayah usahanya, Caca juga berharap bisa memiliki offline store untuk memajang dan menjual produk Kim & Kin.
“Bersyukurnya, produk Kim & Kin sekarang sudah menjangkau 34 provinsi di Indonesia dan juga sudah bisa dinikmati oleh masyarakat lain di Singapura. Selain itu, ketika menjalankan bisnis ini, sekarang saya juga sudah sudah punya partner konveksi yang khusus memproduksi hampir semua koleksi kami. Sedangkan untuk target ke depan, saya ingin punya website official dan offline store sendiri,” pungkasnya.
===================
Raisha Wirapersada
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 8 Juni 1988
- Pendidikan : Sarjana Seni Universitas Bina Nusantara Jakarta
- Usaha yang dikembangkan : Membuat beragam pakaian anak (bisnis fesyen)
- Mulai usaha : Desember 2017
- Nama Brand : Kim & Kin
- Jabatan : Founder & CEO
- Modal Awal : sekitar Rp 5 juta
=====================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia