youngster.id - Peduli akan kesehatan telah membuat orang mulai beralih ke gaya hidup sehat. Berolahraga dan makan makanan sehat pun semakin digemari banyak orang. Hal ini membuka banyak peluang bisnis baru, termasuk cemilan sehat.
Sebuah laporan dari Blue Cross Blue Shield (BCBS) memperkirakan bahwa generasi milenial memiliki kemungkinan besar meninggal lebih cepat daripada generasi lain. Hal itu karena masalah kesehatan yang meningkat.
Meningkatnya angka kematian di era milenial ini disebabkan oleh penyakit degeneratif yang tak menular. Penyakit jenis ini timbul akibat dari gaya hidup modern yang tidak sehat seperti malas bergerak dan berolahraga, merokok, serta pola makan yang buruk. WHO menyebutkan penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke merupakan penyakit yang membunuh hingga 15,2 juta juta jiwa pada 2016. Penyakit ini pun bertahan hingga 15 tahun sebagai penyebab kematian terbanyak bagi penduduk di dunia.
Salah satu faktor penyebab penyakit degeneratif adalah pola makan masyarakat yang salah. Apalagi konsumsi serat buah dan sayur orang Indonesia termasuk rendah. WHO menyebutkan rata-rata konsumsi sayur dan buah orang Indonesia berkisar 34,55 kg per tahun. Padahal, menurut FAO tubuh yang sehat merupakan tubuh yang mengonsumsi sayur dan buah setidaknya 73 kg per tahun.
Penyakit-penyakit tidak menular ini sebenarnya bisa dicegah dengan pola hidup sehat seperti melakukan aktivitas fisik, makanan yang bergizi seimbang, dan tidak merokok. Peduli akan hal itu membuat Sandra Alfina merintis bisnis makanan kemasan dengan bahan baku sayuran bernama Sunkrisps.
“Kami melihat zaman sekarang banyak ibu di perkotaan yang sibuk bekerja atau berwirausaha, tetapi di sisi lain mereka ingin anak-anaknya mendapatkan nutrisi yang terbaik. Untuk itu, Sunkrisps ini hadir sebagai solusi untuk memberikan cemilan sehat bagi keluarga setiap hari,” kata Sandra, Founder dan CEO Sunkrisps saat ditemui youngster.id di ajang Sun Picth Competition belum lama ini di Jakarta.
Usaha ini telah dimulai sejak tahun 2015. Menurut Sandra, usaha ini berangkat dari pengalaman pribadi yang sebelum memulai usaha ini bekerja di sebuah perusahaan kilang minyak. Rupanya, pekerjaan di bidang itu membuat Sandra menjalani pola hidup yang tidak sehat.
“Saat itu saya bekerja di lapangan di tempat pengilangan minyak. Kalau sudah bekerja saya bisa dua sampai tiga hari tidak tidur. Selain itu, saya juga jarang mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengakibatkan kesehatan terganggu hingga akhirnya saya memutuskan untuk resign,” kisahnya.
Di saat rehat dan mulai memperbaiki kesehatan tubuh, dia mendapati bahwa menjalani pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi, olahraga teratur dan istirahat yang cukup akan memberi efek baik bagi tubuh.
“Setelah saya mendapat manfaat dari pola hidup sehat saya ingin mengajak orang-orang. Pola hidup sehat ternyata bisa dilakukan siapa saja dengan cara yang enak dan mudah,” ucapnya.
Suka Ngemil
Dalam penelitian ‘Snacking Habit Report: Indonesia’, disebutkan, rata-rata satu dari tiga orang Indonesia mengonsumsi lebih dari 3 camilan per hari. Survey ini diikuti oleh 1.500 konsumen dewasa dan 500 ibu rumah tangga yang memiliki anak berusia tiga sampai 12 tahun.
Kondisi ini yang menimbulkan ide pada Sandra untuk membuat snack sehat yang berbasis sayuran. “Ternyata kalau melihat orang Indonesia memang suka ngemil, dalam artian 1 dari 3 orang Indonesia hobi ngemilnya berat dan sering. Dari situ saya terpikir untuk membuat snack yang berbasis sayuran. Karena sayuran sumber vitamin dan mineral,” ungkapnya.
Langkah ini dimulai di tahun 2015. Bermodal Rp 5 juta dia mulai terjun berwirausaha dengan memperkenalkan aneka produk olahan sayur kepada banyak orang. Tak hanya itu, Sandra kerap bereksperimen, termasuk membuat kue-kue dari bahan sayuran organik.
Alumnus Teknik Kimia Insitut Teknologi Bandung ini awalnya menggunakan Hello Sunshine untuk merek produknya. Hal ini, selain mudah masuk ke pasar, juga memberi kesan positif dari produk-produk olahan sayuran yang dia tawarkan.
Tak sekadar membuat produk, dia juga terjun langsung bertani. “Jadi kami tahu cara bertanam organik, hidroponik seperti apa. Dari situ saya dapat channel dan kebetulan produksi di Bogor,” kisahnya.
Ternyata, bisnis produksi makanan sehat ini berkembang. Dari sekedar kue organik merambah memproduksi susu kacang almond hingga akhirnya kudapan olahan dari sayuran. “Kalau snack sayuran ini baru saya lakukan di pertengahan tahun 2017 dengan nama Sunkrisps,” ujarnya.
Salah satu keunikan dari produk Sunkrisps mencoba mengolah sayur Kale. Kale adalah tanaman asal dari Eropa yang dikenal sebagai super food atau disebut juga sebagai ‘Ratu Sayuran’. Menurut Sandra, manfaat semua sayuran ada di Kale ini, terutama kalsiumnya sangat tinggi.
Dia mengolah Kale dengan teknologi food drying, sehingga bebas minyak. Selain itu, dengan campuran bumbu dan bahan makanan organik lainnya, olahan sayur Kale ini menjadi kudapan sehat yang dapat dinikmati oleh keluarga.
Sandra juga mengklaim produk Sunkrisps sangat aman dikonsumsi oleh anak maupun ibu hamil. Hal itu diperkuat melalui riset selama 1 tahun. Dengan edukasi dan cara berbisnis yang tepat maka usaha yang dirintis Sandra telah berkembang dan menemukan model bisnis yang tepat pula.
“Intinya saya selalu menekankan inovasi pada produk karena memang produknya agak aneh dan kurang familiar. Banyak konsumen yang suka bertanya, kalau penganan atau cemilan ini terbuat dari bahan apa? Bersyukurnya sejauh ini konsumen menyukai produk olahan sayur Kale dan abon tabur dari kale atau wortel,” ungkap Sandra.
Standar Kualitas
Selain membuat produk makanan, Sandra juga bermitra dengan para petani Kale. Apalagi dia menginginkan bahan baku dengan standar berkualitas.
“Ketika saya terjun bertani di Bogor, saya jadi kenal banyak petani. Dan sampai sekarang kami telah bekerjasama dengan 6 sampai 8 petani di Bogor untuk bahan baku produk kami,” ujarnya.
Menurut Sandra, untuk produksi satu bulan dia memerlukan Kale sebanyak 300 kg untuk diolah jadi produk cemilan yang dibanderol dengan harga mulai Rp 18 ribu sampai Rp 29 ribu. Selama kurang lebih 5 tahun membangun bisnis ini produk Sunkrisps telah dipasarkan melalui 300 channel baik dari offline dan online yang tersebar di 34 kota di seluruh Indonesia.
Meski demikian Sandra mengaku ingin usahanya dapat lebih berkembang. Oleh karena itu, Sandra terus berinovasi pada pengembangan produk. Menurutnya, di 2015 mereka hanya membuat produk yang dasarnya sehat. “Jadi apa saja kami bikin, yang penting sehat. Dalam arti bebas gluten atau memang gulanya sedikit, dan lain-lain. Lalu di 2017 kami fokus di produk yang berbasis sayuran. Kami juga sempat mengubah model bisnis juga untuk bisa mencapai 8 kali revenue-nya tahun 2017. Kemudian tahun 2018 kami ganti brand jadi Sunkrisps ini,” tuturnya.
Untuk lebih mengembangkan bisnis, Sandra juga mengikuti berbagai program inkubasi. Termasuk Food Startup Indonesia dari Badan Ekonomi Kreatif pada 2017 dan program Sun Picth Competition 2019. “Kami ingin memperkuat lini bisnis hingga tetap berkelanjutan,” ujarnya.
Produk utama Sunkrisps adalah Kale Chips dan Gotasio (bubuk tabur) fungsinya seperti abon, yang terjual sekitar 10 ribu produk setiap bulan. “Alhamdulillah, sampai sekarang masukan dan tanggapan positif yang datang terutama dari para ibu yang memiliki anak yang sulit makan sayur. Hadirnya produk Sunkrisps ini ternyata atau produk olahan sayur Kale ini membantu para ibu memberikan asupan gizi dari sayuran kepada anak mereka,” imbuh Sandra.
Sebagai pendatang baru di bisnis cemilan, anak bungsu dari dua bersaudara ini mengaku persaingan cukup ketat. Namun dia yakin dengan selalu menciptakan produk yang lebih baik lagi, membuat usahanya tetap berkelanjutan sampai sekarang. “Revenue kami per bulan sekarang sekitar Rp 200 juta. Alhamdulillah dengan hasil ini saya harus bersemangat lagi berusaha,” ujarnya.
Sandra mengaku menerapkan model bisnis yang sederhana. Dimulai dari menerima sayuran segar dari petani setiap pagi, kemudian diolah menjadi snack atau cemilan dan kemudian didistribusikan oleh mitra-mitra sampai akhirnya ke pelanggan.
“Yang jelas, Sunkrisps dibuat tanpa pengawet, tanpa MSG. Bahkan dengan teknologi kemasan maka produk kami sudah uji manual bisa bertahan selama 1 tahun di dalam kemasan. Selain itu, kami juga sudah tersertifikasi PIRT, sertifikasi Halal dari MUI dan proses BPOM agar makanan tersebut menjadi lebih higenis lagi. Dengan semua ini kami terus mengembangkan produk-produk baru di waktu yang akan datang,” pungkas Sandra.
==================
Sandra Alfina
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 16 Juli 1991
- Pendidikan : Tehnik Kimia, Institut Teknologi Bandung
- Usaha yang dikembangkan : membuat produk makanan sehat berbahan sayur
- Nama brand : Sunkrisps
- Jabatan : Founder & CEO Sunkrisps
- Mulai Usaha : Tahun 2015
- Modal : sekitar Rp 5 juta
- Revenue : rata-rata Rp 200 juta/bulan
- Jumlah Tim : 15 Orang
Prestasi
- Pemenang Sun Picth Competition 2019
- Pemenang Food Startup Indonesia dari Bekraf, 2017
===================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post