youngster.id - Badai “Pandemi Covid-19” menghantam banyak pekerjaan dan usaha. Namun disisi lain, kondisi ini juga memicu orang memutar otak agar bisa bertahan hidup. Tekad yang kuat dan inovasi menjadi kunci untuk bangkit dan berhasil.
Hal itu dibuktikan oleh Sarila Danubrata, pemilik dari usaha makanan Bruule. Perempuan yang akrab disapa Ila ini berkisah, Bruule adalah buah manis dari keterpurukan mereka setelah usaha sang suami di bidang operator F&B perhotelan habis dilibas Pandemi.
“Bisnis Bruule ini hadir sebagai inisiatif kami untuk bertahan hidup,” kata Ila saat ditemui youngster.id di Jakarta.
Dia menuturkan, Pandemi Covid-19 telah membuat bisnis perhotelan tutup dan itu berdampak pada usaha mereka. Bisnis sang suami Reza Harisky saat itu jatuh bangkrut, bahkan menyisakan utang. Dalam kondisi yang berat ini terpikir untuk jualan makanan, yang berasal dari resep keluarga Ila berupa spaghetti panggang, dengan saus bolognaise dan keju.
“Walaupun bentuknya seperti makanan barat, tetapi rasa rumahan dan cita rasa Indonesia sangat kental di Bruule. Resep ini kebetulan sudah sering kami bagikan dan banyak yang suka dan minta untuk dijual. Akhirnya kami memutuskan untuk menjadikan ini sebagai bisnis baru dan menjualanya secara online di marketplace Tokopedia,” kata Ila.
Usaha yang didirikan bersama Chaka Ramadan ini awalnya hanya memberanikan diri menjual produk dengan sistem pre-order dan menargetkan 12 Loyang per minggu. Menurut Ila, semua itu dilakukan dengan segala keterbatasan, mengingat situasi juga masih pembatasan bepergian.
“Saat itu cuma pakai oven rumah. Bahkan modal itu kami dapat dari uang customer yang PO. Sampai akhirnya kami memberanikan diri mencicil oven di e-commerce,” kenangnya.
Ila mengaku semakin bersemangat karena usaha ini juga memberi dampak pada lingkungan sekitar. Mulai dari teman yang berjualan daging cincang, hingga pengemudi transportasi online yang mendapat rezeki setelah mengantarkan produk Bruule.
“Kami merasakan semangat tumbuh bersama itu saat menjalankan bisnis ini. Untuk marketing, kami percaya efek word of mouth. Jadi pertama-tama kami menawarkan ke keluarga dan teman dekat lalu minta feedback. Minta dipromosiin juga di sosmed kalau memang suka. Influencer dan pelanggan mengambil peran penting sebagai pemberi testimoni dan memperkenalkan produk Bruule kepada orang sekitar dengan efektif,” ungkap Ila.
Seiring berjalannya waktu, peminatnya terus bertumbuh. Ketekunan Ila dan Reza pun berbuah manis, kini Bruule ada di 11 gerai fisik di sejumlah pusat perbelanjaan mewah di Jakarta dan 12 titik pemesanan online, termasuk di Bandung dan Surabaya. Tak hanya itu, berkat Bruule, Ila kini bisa mempekerjakan lebih dari 160 karyawan.
Berhati-Hati
“Kami tidak menyangka Bruule akan tumbuh dengan cepat seperti ini. Bahkan growth average–nya 70% dalam tiga tahun ini,” ucap Ila.
Meski Bruule berkembang pesat, tetapi Ila mengaku dia dan tim selalu berhati-hati dalam membuat keputusan bisnis.
“Kami ini brand yang tidak cepat mengeluarkan produk. Buat kami mengeluarkan produk baru itu investasi, jadi kami berhati-hati,” katanya.
Hal yang utama yang menjadi perhatian Ila dan tim adalah pelanggan. Bahkan, Ila kerap menjadi admin di media social Bruule untuk mendengarkan masukan dari para pembeli dan membaca data perkembangan pasar.
“Untuk membuat pengembangan produk kami selalu memperhatikan masukan dari para customer. Bahkan untuk membuat size yang berbeda kami butuh waktu 6 bulan. Kuncinya kami membaca data dan melihat perubahan apa yang ada di pasar saat ini,” papar Ila.
Selain itu, Bruule juga mengedepankan relasi dengan customer. Ila sempat menjadi admin pemesanan, sehingga in touch dengan para customer. Dimarahin dan dijudesin sudah menjadi makanan sehari-hari. Tetapi menurut mereka customer service dan perhatian terhadap lingkungan merupakan hal yang penting. Tidak sedikit customer yang kembali membeli lagi karena ada sentuhan human touch yang ternyata membuat customer merasa nyaman.
Contohnya membantu ibu-ibu yang kurang paham menggunakan jasa ojek online, Bruule bantu pesankan dan di make sure sampai tempat dengan selamat. Juga penggunaan tas multipakai dan alat makan kayu untuk mengurangi sampah plastik, menjadi poin plus di mata customer.
Dari kedekatan dengan pelanggan itu maka Ila tahu bahwa banyak juga pelanggan yang mencari produk dessert lain. Dari itu Bruule yang awalnya hanya ada produk spaghetti panggang, mulai menghadirkan beragam produk lain. Mulai dari mac and cheese, lasagna hingga cruuff. Untuk semakin dekat dengan pelanggan juga, maka mereka membuka gerai fisik di Jabodetabek.
“Jadi kami benar-benar melihat perkembangan pasar. Jika awalnya Bruule berjualan di online, kini kami mulai ada gerai fisik dan ekspansi menjadi lebih luas lagi meski baru fokus untuk Jabodetabek dulu,” katanya.
Keistimewaan dari Bruule terutama adalah rasa spaghetti yang lebih menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Apalagi ada toping cabe kering sebagai pendamping. Bahkan menurut Ila, produk cabe ini menjadi salah satu produk yang diminati para pelanggan.
Untuk menjaga kualitas produksi, Bruule tetap punya dapur sentral yang berada di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Menurut Ila, dapur ini bisa memproduksi sekitar 3.000 produk setiap hari dan meraih transaksi sekitar 11 ribu setiap bulan. Produk Bruule dijual dengan harga mulai Rp65.000 hingga Rp275.000. “Akhirnya bisa sebesar ini karena kalau orang sudah suka produk, produknya sudah bicara sendiri,” ujarnya.
Kolaborasi dan Pengembangan Usaha
Menurut Ila, dengan berkah yang diterima oleh Bruule, Ila dan tim terus belajar dan berkembang. Termasuk memperbanyak berkolaborasi baik dengan supplier, mengajak kerjasama digital e-commerce, reseller (luar kota), coffee shop, serta pabrik untuk memperbesar produksi.
Menurut perempuan yang pernah berkuliah di Beijing ini, kolaborasi dengan brand kuliner yang sudah dikenal juga dapat membantu meningkatkan eksposur dan citra brand. Sebagai contoh, jika dirinya spesialisasi di spaghetti brulee, dia dapat melakukan kolaborasi dengan brand lain yang bergerak di bidang dessert untuk memperluas bisnisnya.
Selain itu, dengan konsep “tumbuh bersama”, Bruule kini berkolaborasi dengan AURS Cakery untuk produk dessert jar dan Lawless untuk produk burger.
Berdasar data pasar juga yang membuat Ila memutuskan untuk melakukan inovasi soal kemasan. Inovasi terbaru adalah jenis kemasan perforasi yang mampu menjaga mutu produk, tentu dengan tampilan sederhana namun elegan khas Bruule. Bahkan tidak jarang, untuk mewujudkan keinginan customer, tiap kemasan dilengkapi dengan hiasan pita atau pilihan warna tertentu berdasarkan permintaan.
Hasil dari inovasi ini pada akhir tahun 2022, Bruule menghadirkan gerai Kasih by Bruule dengan menonjolkan kemudahan kustomisasi gift di Sarinah Mall. “Lagi-lagi langkah pengembangan produk ini dari masukan para customer kami,” ujar Ila.
Kini Bruule tengah mengembangkan bisnis ke usaha restoran dengan menghadirkan Lokin, restoran dengan menu makanan Nusantara.
“Kami melihat pandemi telah mereda dan orang mulai beraktivitas di luar. Di sisi lain banyak juga para customer yang menanyakan apakah ada produk lain yang bisa dinikmati setiap hari. Dari sini kami pun mengembangkan restoran ini agar orang bisa terus mendapatkan produk kami,” kata Ila.
Dia juga mengungkapkan mereka tengah mempersiapkan satu restoran dengan konsep dine-in berupa Bruule House di Kawasan Jakarta Selatan.
“Kami berharap dapat terus berkembang dan bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Sehingga bisnis ini dapat berkesinambungan dan bermanfaat bagi banyak orang,” pungkasnya.
========================
Sarila Danubrata
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta,14 juni 1989
- Pendidikan Terakhir : University of International Business and Economics Beijing
- Usaha yang dikembangkan : Membuat produk makanan olahan spagheti
- Mulai Usaha : 28 Maret 2020
- Nama Usaha : Bruule
- Jumlah gerai : 11 gerai fisik di sejumlah pusat perbelanjaan mewah di Jakarta dan 12 titik pemesanan online, termasuk di Bandung dan Surabaya
- Jumlah Karyawan : 160
- Produksi : sekitar 3.000 produk /hari
========================
STEVY WIDIA