youngster.id - Komoditas ikan hias menjadi salah satu andalan Indonesia dalam menopang perekonomian masyarakat. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir produksi ikan hias nasional terus mengalami peningkatan. Budidaya ikan hias ini pun menjadi lahan meraup keuntungan di tengah pandemi.
Komoditas ikan hias menjadi salah satu andalan Indonesia dalam menopang perekonomian masyarakat. Bahkan, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat dalam beberapa tahun terakhir produksi ikan hias nasional terus mengalami peningkatan dari 1,19 milyar ekor pada tahun 2017 menjadi 1,22 milyar ekor di tahun 2018 hingga tumbuh menjadi 1,28 milyar ekor dengan nilai mencapai Rp 19.81 milyar pada tahun 2019.
Untuk itu, KKP terus mendorong sektor usaha produktif seperti budidaya ikan hias karena telah terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya. Sejak tahun 2012-2019 ekspor ikan hias mengalami peningkatan signifikan dari US$ 21 juta menjadi US$ 33 juta. Negara-negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia di antaranya menuju ke China, Amerika, Jepang, UK, Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea, Australia dan berbagai negara lain.
Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang menekan berbagai sektor usaha, peluang budidaya ikan hias malah meningkat. Kemajuan internet dan teknologi digital turut mempermudah pemasaran produk perikanan seperti ikan hias. Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk belanja online di tengah kondisi pandemi karena lebih mudah dan banyak pilihan sehingga turut memperluas pasar.
Peluang ini ditangkap Wahyudin, dengan menjalankan bisnis ikan hias bernama Ding-Ding Aquatic di kawasan Cimpaeun Tapos, Cibinong. Usaha ikan hias ini ditekuni Wahyudin sejak tahun 2016.
“Usaha ini berangkat dari hobi merawat dan memelihara ikan hias. Seiring waktu saya pun belajar dan kemudian mewujudkan ini sebagai usaha menjual aneka ragam ikan hias,” ujar Wahyudin kepada youngster.id.
Adapun beberapa ikan hias yang ditawarkan Ding-ding Aquatic terdiri mulai dari ikan berjenis neon, gappy, mas koki, koi, arwana hingga ikan predator dengan harga eceran paling murah mulai dari Rp 1000 hingga bernilai jutaan yang paling mahal. “Kami menyediakan berbagai jenis ikan hias sesuai permintaan customer. Mulai dari yang harga Rp 1000 per ekor hingga jutaan seperti arwana,” ungkap Wahyudin dengan bangga.
Usaha ini juga menyediakan berbagai jenis produk penunjang hobi ikan hias, seperti akuarium yang bisa di-custom, filter, rumput laut buatan, karang dan masih banyak lagi. “Kami menyediakan berbagai kebutuhan pelanggan dalam menunjang hobi mereka. Ikan hias yang kami sediakan berasal dari peternak ikan hias budidaya lokal dari wilayah sekitar Depok dan Bogor,” katanya.
Minimal Resiko
Wahyudin mulai tertarik dengan ikan hias pada tahun 2014. Bagi dia, memelihara ikan hias dapat membantu memberikan ketenangan ditengah aktivitas yang melelahkan. Selain itu, memiliki ikan hias tidaklah merepotkan, karena tidak membutuhkan lahan yang luas ataupun perlakukan khusus.
Melihat tingginya peminat akan hewan peliharaan ini, Wahyudin memutuskan untuk menjadikan ini sebagai usaha yang serius pada Mei 2016. “Kebetulan saya sudah punya lahan dan tempat untuk memulai bisnis ini. Saya juga merasa sudah punya cukup ilmu dalam menjalankan bisnis ini,” katanya. Dengan modal sekitar Rp 10 juta dia mendirikan toko Ding-Ding Aquatic.
Menurut Wahyudin, menjadi pedagang ikan hias jauh lebih mudah ketimbang budidaya. Pasalnya, untuk budidaya butuh lahan yang lebih luas dan sumber daya yang cukup banyak. “Saya hanya fokus untuk penjualan. Saya tidak sanggup melakukan budidaya sendiri, karena butuh lahan, SDM dan lainnya. Semua produk ikan hias yang ada di toko ini semuanya beli dari peternak ikan hias yang ada di kawasan Depok, Sukabumi, Subang, Cianjur dan Bogor,” ungkapnya.
Selain tidak memerlukan lahan yang luas, juga nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan konsumsi. Bahkan perputaran uangnya lebih cepat, sehingga pelaku usaha dapat lebih cepat dalam pengembalian modal.
“Saat ini omset yang bisa saya peroleh mencapai di atas Rp 10 juta setiap bulannya. Selain itu, kebahagiaan saya adalah sudah bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain,” ujarnya.
Produk ikan hias yang paling laku, biasanya ikan mas koki, ikan komet, ikan neon, ikan gappy, ikan golden balck dan ikan zebra. Karena harganya sangat terjangkau mulai dari Rp 1000 sampai Rp 7.000 per ekornya.
Untuk menjaga loyalitas pelanggannya, Wahyudin kerap memberikan tips merawat dan memelihara ikan hias agar tetap dalam kondisi baik. Misalnya, ada ikan yang terlihat tidak nafsu makan, itu pertanda ikan sakit. Cara penyembuhannya biasanya ikan tersebut harus dipisah di tempat lain dan diberi obat. Menurut Wahyudin, jika tidak segera ditangani, maka ikan tersebut bisa mati dan menular ke ikan lain. Biasanya ikan hias rentan akan jamur (white spot) atau kutu. Dia juga memberi ilmu cara membersihkan akuarium yang benar sehingga ikan tetap bisa hidup.
“Komunikasi dengan pelanggan itu penting. Oleh karena itu saya berusaha untuk selalu meladeni mereka, termasuk berbagi tips bagaimana menjaga agar ikan hias tetap terpelihara,” ujarnya.
Dengan demikian bisnis yang ditekuni tetap berjalan lancar nyaris tanpa kendala berarti. “Paling resiko pedagang seperti saya ketika memelihara kurang baik, ikan bisa mati,” kata Wahyudin lagi.
Wahyudin juga tidak terlalu mengkhawatirkan ketatnya persaingan usaha. Bahkan dia menilai antara sesama pedagang ikan hias malah dapat bekerjasama dan saling mengisi.
“Kalau persaingan usaha, itu sih biasa. Saya nggak terlalu mau memikirkan. Apalagi soal harga, asalkan masih wajar, semua nggak ada masalah. Justru dengan adanya persaingan usaha di antara pedagang hias ini malah akan mengisi kekosongan dan saling melengkapi antara pedagang ikan yang satu dengan pedagang hias lainnya,” tutur lelaki lulusan STM Tridaya Bogor.

Pemasaran Online
Tak sekadar menjual ikan hias, Wahyudin juga menyediakan hampir semua kebutuhan para pehobi ikan hias. Mulai dari obat-obatan dan vitamin untuk ikan, mesin sirkulasi, hingga membuatkan akuarium custom. Menurut dia, akuarium custom ini tersedia dalam berbagai ukuran, sesuai permintaan pelanggan dan dikerjakan selama tiga hari. Untuk produk ini dia menetapkan harga jual sekitar Rp 2 juta.
Untuk memperluas pemasaran Ding-Ding Aquatic, Wahyudin juga menerapkan pemasaran digital yaitu memperkenalkan produk lewat media sosial seperti melalui Youtube, Facebook dan Instagram. “Selain berjualan lewat toko, kami juga memperkenalkan Ding-Ding Aquatic di media sosial seperti Facebook, Youtube dan Instagram. Dan cara ini juga sangat membantu buat pedagang kecil seperti saya memperluas pemasaran sampai sekarang,” jelas Wahyudin.
Cara pemasaran online ini mendongkrak jumlah pelanggan. Diklaim Wahyudin, setidaknya 10 hingga 20 pembeli datangan ke toko Ding-Ding Aquatic setiap harinya. Bahkan, di masa pandemi sekarang ini pelanggan yang datang bertambah dengan mereka yang baru memulai hobi ikan hias. “Di masa pandemi banyak pelanggan baru dan pelanggan lama datang ke tempat saya. Berkah pandemi saya merasakan omset meningkat,” ujarnya sambil tersenyum.
Wahyudin optimis bisnis ikan hias akan bertahan meski di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu akibat pandemi. Bahkan, Wahyudin berusaha untuk menghadirkan varian-varian ikan hias baru yang sedang diminati oleh masyarakat.
“Saya tetap optimis, meski ada saja orang yang bilang bisnis ikan hias ini ada musimnya. Bagi saya tidak demikian adanya. Buktinya selama 5 tahun usaha ini berlangsung, peminat ikan hias tetap selalu ada dan usaha saya masih tetap ada. Untuk itu saya akan terus menghadirkan variasi ikan-ikan hias baru biar peminatnya nggak bosan dan bisnis terus berjalan,” pungkasnya.
==================
Wahyudin
- Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 5 Agustus 1992
- Pendidikan Terakhir : STM Tridaya, Bogor
- Usaha yang dikembangkan : Bisnis ikan hias
- Mulai Usaha : Mei 2016
- Nama Usaha : Ding – Ding Aquatic
- Jabatan : Pengelola dan Founder
=================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post