Telkom CSR Days : Rafi Ridwan, Desainer Muda Indonesia Perancangan Busana Selebriti Dunia

Suasana talkshow 'Untuk Indonesia' dalam acara CSR Days dengan narasumber Keenan Pearce, Ernanda Putra, Arief Muhammad, dan grup musik GAC

Rafi Abdurrahman Ridwan atau Rafi Ridwan, anak laki-laki berusia 14 tahun ini kini menjadi perbincangan masyarakat dunia. Rafi Ridwan adalah seorang penyandang tunarungu, perancang busana termuda di Indonesia juga dunia. Karyanya dipakai oleh Tyra Banks pada kompetisi America’s Next Top Model hingga Michelle Obama.

Pada ulang tahunnya yang ke-9 Rafi berhasil menggelar mini show-nya berkolaborasi dengan Barli Asmara, salah seorang perancang busana ternama Indonesia. Koleksinya bahkan sempat hadir di pagelaran fashion paling bergengsi di Tanah Air, Jakarta Fashion Week (JFW) 2012.

Prestasi Rafi yang luar biasa tersebut menarik perhatian PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom). BUMN yang baru saja memperingati HUT-nya ke 52 pada 6 Juli lalu secara khusus memberikan penghargaan berupa bantuan agar Rafi terus berkarya.  Pada event Telkom CSR Days  yang digelar di Jakarta pada 12-13 Juli 2017 di Jakarta, Rafi Ridwan menjadi salah seorang tokoh muda yang menerima penghargaan.

Rafi layak menerima bantuan karena  dinilai sebagai tokoh muda berprestasi dan menginspirasi kaum muda. Melalui pemberian penghargaan ini Telkom berharap dapat mendorong masyarakat, khususnya anak mudah untuk melahirkan kreasi-kreasi baru yang bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga bermanfaat bagi lingkungannya.

Rafi Ridwan memang layak memperoleh penghargaan tersebut, Ia adalah seorang pejuang sejati. Lahir sebagai penyandang tunarungu tak membuat cita-citanya menjadi desainer kelas dunia pupus. Rafi tidak membatasi diri untuk bermimpi. Mimpinya selalu tinggi, kadang terlalu tinggi dan terkesan mustahil. Nyatanya, di usianya yang masih belia, 14 tahun, mimpi-mimpi Rafi satu demi satu terwujud.

Debut Rafi sebagai desainer dimulai pada 2011 melalui kolaborasi dengan desainer Barli Asmara. Kemudian, Ia memulai pameran solonya dalam Jakarta Fashion Week 2012 bersama Nonita Respati dan Ariani Pradjasaputra lewat label PAR. Sejak saat itu nama Rafi menjadi perhatian pegiat fashion dalam dan luar negeri.

Baca juga :   Kunjungi Posko Telkom Cirebon, Menkominfo: Jadilah Tulang Punggung Digital Indonesia

Dunia fashion bukanlah hal yang baru bagi Rafi, di usia yang masih 9 tahun, Rafi sudah bercita-cita ingin menggelar fashion show sendiri. Meskipun memiliki kekurangan, namun hal tersebut tidaklah membuat Rafi menjadi anak yang murung.

Rafi yang lahir di Jakarta pada Juli 2002 ini tetap mendapatkan pendidikan yang tepat Rafi bersekolah di  Santi Rama, sekolah untuk anak-anak tuna rungu. Di Santi Rama lah Rafi mulai menggambar. Menariknya, Rafi mengamati karakter Ariel dalam serial “Little Mermaid” yang pernah ia tonton di televisi. Ia lagi-lagi bertanya pada ibunya mengapa putri duyung itu tidak berpakaian seperti perempuan lainnya. Ibunya kembali bingung dan lalu menyuruh Rafi membuatkan pakaian yang bagus untuk karakter Ariel itu.

Berawal dari sebuah sketsa baju untuk Ariel itulah, bakat menggambar Rafi mulai tampak. Gambar yang dibuatnya sungguh berbeda dengan gambaran anak-anak seusianya. Dibuatnya sebuah sketsa rompi dan jaket untuk Ariel dan saat ia melihat Ariel di TV sebagai seorang manusia, ia juga membuatkan gaun untuk Ariel. Semua yang dibuatnya hanya sebatas sketsA dengan spidol warna yang ia miliki.

Hingga suatu saat, bocah berkacamata yang gemar menghadiri fashion show dan membaca buku-buku fashion ini menuliskan 2 permintaan melalui surat untuk Tuhan. Dalam surat itu, ia menuliskan bahwa ia ingin bisa mendengar. Permintaan yang kedua yakni ia ingin membuat pagelaran busana miliknya di hari ulang tahunnya.

Baca juga :   Telkom Selenggarakan CSR Days Dunia Digital Menyediakan Ruang Tak Terbatas untuk Berekspresi dan Berkreativitas

Tuhan mendengar permintaan Rafi hingga pada saatnya, di ulang tahunnya yang ke-9 ia menggelar mini show nya dengan berkolaborasi bersama desainer ternama Indonesia, Barli Asmara. Tujuh rancangan miliknya dipamerkan di acara tersebut dan mendapat pujian luar biasa dari komunitas fashion Indonesia.

Fashion telah menjadi bagian hidupnya. Meski demikian, bagi Rafi, fashion bukanlah bisnis. Lebih dari itu, fashion merupakan cara Rafi untuk berbicara pada dunia dan fashion juga merupakan semangat hidup bagi Rafi, semangat inilah yang Ia ingin tularkan kepada anak-anak muda Indonesia.

Rafi telah mengajarkan bahwa keterbatasan yang ada dalam diri sesotang bukan menjadi alasan untuk tetap bisa bermanfaat bagi sesama dan tentunya berkarya.

 

 

Telkom CSR Dayas :

Erix Soekamti & DOES University

Wujudkan Universitas Gratis, Cetak Insan Kreatif dan Inovatif

Dalam rangka menyemarakkan Hari Ulang Tahun ke-52, Telkom menyelenggarakan Telkom CSR Days yang dilaksanakan pada Rabu dan Kamis, 12 – 13 Juli 2017 pukul 09.00 – 17.00 WIB di Area Telkom Landmark Tower, Jakarta.  CSR Days merupakan perwujudan tema ulang tahun ke-52 Telkom, yaitu “Telkom Indonesia, Untuk Indonesia”.  Salah satu acara dalam CSR Days tersebut adalah pemberian bantuan kepada individu dan komunitas yang dinilai berhasil mengembangkan dirinya sendiri dan menginsipirasi lingkungannya.

Salah satu penerima bantuan adalah Erix Soekamti, yang dikenal sebagai personel band Endank Soekamti asal Yogyakarta. Erix Soekamti saat ini dikenal sebagai anak muda Yogyakarta yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pengembangan anak pendidikan  melalui pendirian DOES University. DOES University  sendiri merupakan sekolah gratis untuk mencetak individu-individu yang  inovatif, kreatif serta mandiri.

Baca juga :   Gerakan Indonesia Bersih DWP Kementerian BUMN - IIP BUMN, Ajak Masyarakat Peduli Sungai dan Ikut Kelola Sampah

Fokus DOES University pada pelatihan animasi, compositor, dan 3D modeller. Proses belajar di DOES University menggunakan sistem karantina selama 6 bulan, seluruh keperluan parasiswa (tempat tinggal, alat dan media belajar, serta kebutuhan sehari-hari seperti, makan dan minum selama menempuh pelajaran) ditanggung  DOES University.

Pendanaan DOES University diusahakan sendiri oleh Erix yang antara lain diperoleh dari penjualan merchandise yang merupakan hasil kolaborasi dengan banyak perajin di sekitar Yogyakarta, seperti cincin perak, tas, topi, dan lain-lain. Dengan demikian ekonomi sekitar pun turut bergerak.

Selain gratis, DOES University juga akan menyediakan guru-guru yang memang sudah kompeten di bidangnya. Beberapa public figure menjadi pengajar di DOES University. DOES University angkatan pertama pada tahun 2015 diikuti oleh 10 siswa yang berlatar belakang berbeda dan berasal dari berbagai daerah, seperti Jogja, Bandung, Surabaya, Balikpapan, Bali, dan lain-lain.

Kedepannya, Erix berkomitmen ingin menghasilkan Siswa DOES University yang berkualitas dan dapat menghasilkan karya yang mendunia Selain itu, Erix juga membuat kurikulum pendidikan untuk satu tahun. DOES University sendiri lebih mengembangkan inovasi dan  kreativitas. Dalam pandangan Erix kreativitas memberikan efek kepada komunitas, lingkungan dan industri sekitar.

Salah satu kreativitas DOES University adalah dalam pemanfaatan media sosial, berkat aktivitasnya sebagai Vloger, Erix Soekamti dan DOES University kini semakin dikenal. Berkat usaha Erix Soekamti yang ingin mengajar tanpa memandang latar belakang seseorang, membuat Erix menjadi salah satu penerima bantuan pada Telkom CSR Days 2017.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.