youngster.id - Karya sineas muda asal Purbalingga kembali berpretasi. Setelah sering mendapat special mention dari dewan juri FFI pada tahun-tahun sebelumnya, kini tiga film karya pelajar Purbalingga masuk nominasi film pendek terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2017.
Film pendek karya pelajar tersebut adalah film Babaran sutradara Meilani Dina Pangestika, Lintah Darat sutradara Putri Zakiyatun Ni’mah dan Nyathil garapan sutradara Anggita Dwi Martiana dalam jajaran nominasi film pendek fiksi terbaik. Ketiga film itu akan bersaing dengan tujuh film pendek lainnya.
“Film pelajar Purbalingga masuk nominasi FFI seperti sudah menjadi tradisi. Hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Kabupaten Purbalingga,” kata Bowo Leksono Direktur Cinema Lovers Community Purbalingga, belum lama ini.
Film Babaran diproduksi oleh Brankas Film SMA Negeri 2 Purbalingga. Film itu berkisah tentang seorang supir truk bernama Slamet yang bimbang antara mengantar istrinya yang sedang hamil ke rumah sakit atau mengantar barang yang ada di truknya.
Sedangkan film Lintah Darat, produksi Sabuk Cinema SMA Negeri 1 Bukateja Purbalingga berkisah mengenai seorang rentenir yang sadar dan insaf dari pekerjaannya.
Film ketiga, berjudul Nyathil produksi Saka Sinema SMK Muhammadiyah 1 Bobotsari Purbalingga menarasikan seorang pelajar SMK yang berusaha menguak praktik korupsi oleh kepala Desa di lingkungan tempat tinggalnya.
Film ini pernah memenangkan penghargaan Film Terbaik I Kategori Fiksi Lomba Film Pendek Pendidikan Anak dan Remaja 2017 Kemendikbud dan Nominasi Kategori Fiksi Pelajar Festival Film Kawal Harta Negara (FFKHN) 2017.
Sutradara film Babaran, Meilani Dina Pangestika mengaku tidak menyangka karyanya masuk sebagai nominator FFI 2017. “Senang, kaget juga. Tidak menyangka bisa masuk nominasi. Semoga bisa mendapatkan hasil yang terbaik,” katanya.
Selain ketiga film tersebut, film yang berkisah tentang perjalanan Cinema Lovers Community Purbalingga bertajuk Balada Bala Sinema juga masuk nominasi Dokumenter Panjang Terbaik. Film karya sutradara Yuda Kurniawan produksi Rekam Docs ini merekam 10 tahun perjalanan Festival Film Purbalingga, sebuah festival film keliling desa yang rutin diselenggarakan oleh CLC Purbalingga setiap tahun.
“Film ini diproduksi sebagai penghargaan kepada CLC Purbalingga atas dedikasinya membangun budaya produksi dan menonton film di Purbalingga. CLC mungkin adalah satu-satunya Komunitas Film di Indonesia yang mampu menjalankan seluruh fungsinya sebagai media literasi film,” kata Yuda Kurniawan sutradara Balada Bala Sinema.
Sebelumnya pada tahun 2012, film “Langka Receh” dan “Mentari di Sambirata” meraih Special Mention juri FFI. Dua tahun setelahnya, yakni tahun 2014 film dokumenter “Penderes dan Pengidep” masuk nominasi film dokumenter FFI.
STEVY WIDIA
Discussion about this post