youngster.id - Indonesia akan segera mendapat bonus demografi penduduk berusia produktif. Kombinasi antara bonus demografi dengan perkembangan dunia digital menjadi potensi sekaligus tantangan. Persaingan untuk berebut peluang dalam memiliki pekerjaan akan sangat sengit. Wirausaha menjadi salah salah satu peluang yang terus didorong pemerintah.
Untuk itu, kompetensi sumber daya manusia merupakan kunci dalam menumbuhkan kewirausahaan di Tanah Air. Global Entrepreneurship Index (GEI) 2018, riset yang mengukur kualitas dan dinamika ekosistem kewirausahaan suatu negara, menempatkan Indonesia di posisi ke-94 dari 137 negara di dunia. Sementara itu, negeri tetangga seperti Thailand, Malaysia, terlebih Singapura, jauh berperingkat lebih tinggi.
Satu fakta menarik lainnya tentang kewirausahaan, pada tahun 2018, di negara maju rata-rata 14% dari total penduduk usia kerja adalah entrepreneur. Sementara itu, di Indonesia hanya mencapai 3,1%.
Salah satu penyebab rendahnya tingkat kewirausahaan di Indonesia adalah sistem pendidikan yang kurang mendorong mahasiswanya untuk berkembang menjadi seorang entrepreneurship. Status wirausahawan saat ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Berwirausaha dianggap sebuah profesi yang kurang menjanjikan, perlu waktu lama untuk bisa menjadi seorang yang sukses. Padahal belakangan mulai terbukti bahwa peran generasi muda untuk masa depan perekonomian Indonesia, terutama dalam hal kewirausahaan, sangatlah penting.
Untunglah, mulai banyak anak-anak muda yang terjun dan memberi kontribusi dalam kegiatan kewirausahaan. Mereka bergerak di sektor industri kreatif dan memanfaatkan teknologi digital yang tengah berkembang sekarang. Bahkan, beberapa di antara mereka masih duduk di bangku sekolah.
Seperti Adelia Putri Adnyana dan Ninengah Akinah, yang membangun bisnis bernama EMI Student Company bersama rekan-rekan sekolahnya. Ini adalah usaha mikro berbasis sosial yang dibangun sejumlah pelajar SMA Negeri 2 Denpasar Bali, untuk memproduksi jaket multi fungsi berlabel Versatile Jacket yang sudah dipasarkan di wilayah Bali dan sekitarnya.
Adelia mengungkapkan, lahirnya produk Versatile Jacket berawal dari adanya himbauan dari pemerintah, khususnya di Bali, agar bagi masyarakat mulai saat ini bisa mengurangi penggunaan produk plastik. Dari sanalah terbersit ide dari siswa kelas 11 SMA ini untuk membuat produk yang ramah lingkungan dan fashionable. Mereka pun memilih membuat jaket multifungsi.
Ternyata produk yang mereka buat diminati masyarakat. Bahkan, ide usaha ini terpilih sebagai Juara pada ajang Indonesia PJI – Student Company Competition 2019.
“Kami tak membayangkan sebelumnya bahwa dukungan investasi yang terkumpul bisa mewujudkan suatu usaha yang sangat menguntungkan,” kata Adelia, Presiden Director & CEO EMI Student Company saat ditemui youngster.id belum lama ini di Jakarta.
Ramah Lingkungan
Produk Versatile Jacket ini memang terbilang unik. Jaket multifungsi ini selain bisa digunakan sebagai jas hujan, juga bisa diubah dan dimanfaatkan sebagai bantal dan tas belanja. Ide produk inovatif dan ramah lingkungan ini ternyata berangkat dari kepedulian Adelia dan teman-temannya atas isu sampah plastik.
“Ide awal jaket ini diciptakan karena di Bali ada himbauan dari pemerintah setempat agar Bali bisa bebas dari kantong plastik. Nah, dari situ akhirnya kami termotivasi untuk membuat produk yang sekaligus dapat menekan jumlah penggunaan plastik di masyarakat. Dan jaket, menurut kami, adalah produk fesyen yang cocok untuk itu,” papar Adelia.
Tim yang Adelia pimpin terdiri dari 18 orang. Mereka awalnya sempat kesulitan untuk menentukan desain. “Awalnya kami buat produk jaket multifungsi dengan fitur seperti kantong yang easy reach pocket, dilengkapi restliting, penyangga earphone atau headset, bantalan tiup pada kepala, dan bisa diubah menjadi tas selempang. Lalu inovasi terus bergulir sehingga bisa punya anti ngantuk,” ucap Adelia sambil tersenyum.
Ketika ide itu dipaparkan ke teman-temannya, ternyata banyak yang mendukung. Termasuk para guru dan orang tua dari sekolah mereka turut menjadi investor untuk mewujudkan produk ini. Untuk mengumpulkan modal, tim EMI SC melakukan penjualan saham kepada teman-temannya.
“Kami membuka penjualan saham dan satu saham itu bernilai Rp 20 ribu dan terjual 75 lembar saham sehingga kami mendapatkan modal awal sebesar Rp 1,5 juta. Dengan modal awal itu kami sanggup membuat 7 potong jaket,” ujarnya.
Selain itu, meski baru prototype, Adelia dan tim sudah berani membuka penjualan secara pre– order di media sosial. Dengan begitu, uang yang mereka peroleh tak sekadar untuk produksi, tetapi juga untuk membuat ready stock sehingga penjualan dapat terus bergulir.
“Kami promo di Instagram, tapi ada juga di Facebook, Lazada, Shoppe dan Tokopedia. Ternyata banyak yang memesan. Pembeli datang mulai dari Bali, Jawa Timur, Jakarta hingga Jepang,” ujar Ninengah, selaku Vice Presiden EMI.
Melihat hal itu mereka pun semakin antusias untuk memproduksi Versatile Jacket. Untuk proses pembuatan produk, mereka menggandeng para penjahit lokal dan pengrajin kain yang ada di Bali. Mereka menggandeng pengrajin kain Endel sebagai bahan baku produk Versatile. “Kami ingin dapat membantu meningkatkan taraf ekonomi dari para penjahit dan pengrajin lokal yang ada di Bali,” ujarnya.
Hasilnya, produknya tidak saja multifungsi tapi juga memiliki ciri khas yang menarik. Ninengah mengatakan, produk ini mereka jual dengan harga mulai Rp 300 ribu hingga Rp 320 ribu. “Kami rasa harga ini cukup terjangkau terutama untuk anak-anak muda. Mereka juga tidak hanya mendapatkan produk yang berkualitas tetapi juga bangga menggunakan hasil karya anak negeri yang tidak kalah keren dengan produk dari luar negeri,” ucap Ninegah.
Paten Produk
Jaket ini memiliki 8 fitur untuk berubah fungsi. Mulai dari tas, penyangga kepala, penyangga handset, bantal, penutup kepala yang dapat dilepas, hingga dua kantong di dalam jaket yang tentunya memudahkan penggunanya menyimpan sesuatu dengan space yang besar di bagian belakang dan resleting depan. Tak hanya itu, fungsi anti-ngantuk ditambahkan dengan menggunakan alat kejut yang memanfaatkan denyut nadi sebagai kontrol saat seorang pengendara mulai mengantuk yang kemudian direspons dengan alarm getar.
Tak heran jika produk yang baru diluncurkan awal tahun 2019 ini dengan cepat diminati masyarakat. Pada peluncuran pertama produk ini langsung terjual sebanyak 85 jaket. “Kami merasa unggul karena fitur yang kami miliki di produk ini berbeda dari produk lain. Harga produk kami juga sangat terjangkau,” kata Adelia.
Adelia mengklaim, untuk bulan Juli 2019 omset mereka sudah mencapai Rp 12 juta. Pendapatan itu dibagi untuk produksi, komisi penjualan dan marketing serta gaji bagi anggota tim EMI SC. Kesepakatan itu mengingat semua proses produksi mulai dari pemebelian bahan baku, mencari rekanan penjahit hingga pemasaran dilakukan oleh Adelia dan rekan-rekannya.
“Perusahaan rintisan yang kami dirikan ini memang hadir sebagai perusahaan yang terstruktur ya. Jadi semua masalah yang ada kami handle dengan cara profesional, meskipun dalam perjalannya ada masalah namun pada akhirnya kami dapat menyelesaikannya,” ucap Adelia.
Masalah terbesar mereka adalah dalam berbagi waktu antara tugas sebagai pelajar dan menjalankan bisnis. Untuk mengatur waktu sekolah dan wirausaha, Adelia mengaku, mereka punya planning manajemen. Sehingga semua tugas dan tanggungjawab dapat diatur dengan baik. “Jika pandai mengatur waktu maka banyak hal yang akan bisa dilakukan. Kami juga sering melakukan belajar bersama meski kami berbeda kelas. Itu agar kami bisa bekerjsama sehingga bisa meningkatkan potensi diri kami bersama-sama. Selain itu orang tua juga turut mendukung,” lanjut Adelia.
Kemenangan mereka di ajang PJI yang didukung oleh City Foundation menambah semangat Adelia dan tim EMI SC untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis ini. Apalagi pembeli terus berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri.
Kini produk Versatile sudah menyebar di seluruh kota di Jawa serta tersedia melalui marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Mereka juga mulai masuk ke pemasaran di Jepang melalui komunitas industri kreatif yang ada di Bali.
“Ke depan kami akan mengembangkan fesyen lain termasuk weky Jacket, jaket yang menggunakan panel surya yang diakumulasikan melalui sebuah baterai dan dapat digunakan sebagai alat pengisian baterai sekaligus pendeteksi masalah pada jantung. Kami juga serius untuk mempatenkan merek ini dan berharap perusahaan kami bisa terus maju dan bisa menginspirasi anak-anak muda Indonesia dalam meningkatkan kualitas diri,” pungkas Adelia.
=====================
Adelia Putri Atyana
- Tempat Tanggal Lahir : Denpasar, 04 Oktober 2003
- Pendidikan : Siswi Kelas 11 SMA Negeri 2 Denpasar
- Pekerjaan : Presiden Director & CEO EMI Student Company
Ninengah Akinah
- Tempat Tanggal Lahir : Denpasar 13 Januari 2003
- Pendidikan : Siswi Kelas 11, SMA Negeri 2 Denpasar
- Pekerjaan : Vice President of Public Relations
- Usaha : EMI Student Company
- Nama brand : Versatile Jacket
- Jumlah Tim : 18 orang
- Modal Awal : Rp 1,5 juta
- Prestasi : Pemenang PJI Indonesia Student Company Competition (ISCC 2019), Kategori -Indonesia SC Of The Tear 2019 & The Most Innovative Product.
====================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post