youngster.id - Pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia terbilang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi dan penetrasi layanan internet. Pertumbuhan ini membuat pengguna smartphone pun terus berevolusi mengikuti tren terkini. Lalu bagaimana nasib gawai yang lama?
Menurut laporan Counterpoint, penjualan smartphone di Indonesia tumbuh 6% year-on-year (YoY) selama Q2 2019. Sementara survei yang dilakukan Pew Research Center menempatkan Indonesia pada urutan ke 24 dari negara di dunia dalam kepemilikan ponsel. Bahkan, untuk kelompok negara berkembang, Indonesia berada di peringkat keenam, di bawah Afrika Selatan, Brasil, Filipina, Meksiko, dan Tunisia dalam pemilikan ponsel.
Pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia lumayan tinggi. Untuk pemakai muda (18-34 tahun) kepemilikan smartphone meningkat dari 39% menjadi 66% dari 2015-2018. Sedangkan untuk pengguna ponsel cerdas berusia di atas 50 tahun, pemakaimya juga naik dari 2% pada 2015 menjadi 13% pada 2018.
Rupanya, pesatnya perkembangan teknologi mendorong pengguna smartphone melakukan upgrade ke produk yang baru. Bisa dibilang, tersedianya fitur-fitur baru di ponsel keluaran baru membuat orang selalu ingin mengganti ponselnya ke model terbaru. Pergantian smartphone ini memunculkan masalah lain, apa yang harus dilakukan dengan smartphone lama?
Berangkat dari kondisi itu, hadir platform Laku6, layanan jual-beli handphone bekas dengan patokan harga yang pasti. Diluncurkan pada bulan Agustus 2015, Laku6 menjual smartphone bekas bersertifikat secara online di Indonesia. Semua smartphone yang dijual memiliki garansi pengembalian selama 30 hari, dan dapat dibeli dengan metode cash on delivery (COD).
“Kami melihat peluang di bisnis ini masih sangat besar dan terus meningkat setiap tahun,” ucap Alvin Yap, CEO dan co-founder Laku6 saat ditemui youngster.id belum lama ini di Jakarta.
Menurut Alvin, platform yang didirikan bersama rekannya Heng Shing Kae pada tahun 2015 ini dihadirkan untuk membuat proses penjualan ponsel bekas menjadi sesuatu yang umum dilakukan, serta memberi pengalaman yang lebih baik kepada para pelanggan.
“Laku6 memosisikan diri dimana semakin banyak orang ingin meng-upgrade smartphone pertama mereka dan membeli HP second merupakan solusi yang terjangkau. Ini merupakan kesempatan yang unik dan belum banyak tersentuh,” ujarnya.
Lebih jauh dia mengungkapkan, platform ini ditujukan untuk masyarakat “kelas menengah yang tengah tumbuh” –mereka yang lahir di milenium baru dengan pekerjaan pertama mereka dan ingin mengganti ponsel pertama mereka namun terkendala masalah dana. Sebagai jaminan, Laku6 menjual smartphone bekas bersertifikat secara online di Indonesia. Semua smartphone yang dijual memiliki garansi pengembalian selama 30 hari, dan dapat dibeli dengan metode bayar di tempat atau cash on delivery (COD).
Suka Teknologi
Bagi Alvin bisnis teknologi adalah passion. Sebelum membangun Laku6, pemuda kelahiran Singapura ini telah membangun bisnis game bernama TheMobile Gamer (TMG) di usia 19 tahun. “Sejak sekolah saya suka sekali dengan teknologi, dan dengan bakat yang saya miliki di bidang IT saya manfaatkan untuk menjadi sebuah bisnis,” ujarnya.
Setelah lima tahun berkecimpung di bisnis game, Alvin memutuskan untuk mulai startup baru. “Bagi saya, segalanya selalu berhubungan dengan startup, dengan kewirausahaan. Jadi ketika saya memutuskan untuk mengakhiri kisah saya dengan TMG, insting saya langsung menuntun saya untuk memulai sesuatu yang baru,” Alvin.
Menurut Alvin, tidak ada kejadian tertentu yang memberinya inspirasi untuk memulai rangkaian bisnis ini. Namun semua ini digerakkan oleh motivasi untuk menggunakan kemampuannya serta hasrat untuk membuat perubahan. Dan potensi itu ada pada bisnis tukar tambah ponsel secara online.
“Pada dasarnya bisnis Laku6 adalah membuat proses penjualan ponsel bekas menjadi sesuatu yang umum dilakukan serta memberi pengalaman yang lebih baik kepada para pelanggan. Tukar tambah online memiliki potensi yang sangat besar karena kemudahan yang ditawarkan kepada customer, yakni mampu memangkas proses tukar tambah yang umumnya dilakukan di toko, selain harga yang juga lebih transparan. Lebih dari itu, tukar tambah online punya potensi besar terlihat dari perilaku masyarakat terhadap pembelian barang secara online saat ini yang telah semakin meningkat,” ucapnya
Menurut Alvin, platform ini juga bertujuan untuk membuat hidup para penggunanya lebih baik dengan membantu mereka meningkatkan standar hidup mereka dengan harga yang terjangkau.
“Ketika konsumen mengunduh aplikasi kami, saat itu juga konsumen tidak lagi perlu repot harus bernegosiasi saat melakukan penjualan. Konsumen juga dapat segera melakukan tukar tambah dalam Laku6. Selain itu, ketika pengguna sudah masuk ke aplikasi Laku6 di situ pengguna sudah dapat mencari info harga HP bekas yang paling baru dan akurat secara gratis dalam Laku6. Nggak cuma itu, kami juga mempermudah pengguna ketika bergabung di platform ini konsumen dapat mencari di ponsel yang diinginkan,” paparnya.
Sesungguhnya penjualan ponsel bekas di marketplace online bukanlah hal baru. Namun Alvin menegaskan, platform yang dia bangun memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para pengguna karena punya standardisasi harga barang.
“Kami tidak dapat memberikan Anda sesuatu yang lebih baik, namun kami pastinya tidak akan memberikan Anda sesuatu yang lebih buruk. Laku6.com tidak menawarkan harga terbaik, namun kami bermaksud untuk mempermudah hidup Anda,” kata Alvin.
Semua produk yang ada di Laku6 dapat diuji. Hal itu karena Laku6 menentukan standar harga dan mengecek kondisi ponsel dalam layanan ini menggunakan teknik artificial intelligence (AI) dan machine learning (ML). “Teknologi ini kami kembangkan sendiri. Kami menggunakan mesin pembelajaran internal untuk memahami kondisi fisik ponsel yang akan dipasarkan,” ujarnya.
Alvin juga menegaskan, semua ponsel yang dijual di situs Laku6 memiliki garansi pengembalian selama 30 hari, dan dapat dibeli dengan metode cash on delivery (COD).
Kolaborasi
Platform Laku6, saat ini telah banyak dikenal dan digunakan masyarakat terutama dalam memberikan layanan akan kebutuhan ponsel yang diinginkan agar bisa mendapatkan kebutuhan ponsel secara aman dan mudah. Saat ini sudah sekitar 12.000 toko yang bergabung di platform Laku6.
Laku6 telah mendapatkan investasi tahap awal dari perusahaan modal ventura asal Singapura, Golden Gate Ventures. Menurut Alvin mereka menyasar “kelas menengah yang tengah tumbuh”, yaitu mereka yang lahir di era milenium. “Kami menargetkan mereka yang baru mulai pekerjaan pertama dan ingin mengganti ponsel pertama namun terkendala masalah dana,” ujarnya.
Untuk memperluas pasar, Laku6 menjalin kerjasama strategis dengan Tokopedia dan menghadirkan fitur Tukar Tambah. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk tukar tambah handphone lewat aplikasi tanpa harus datang ke gerai offline.
“Pengembangan lain yang sedang kami lakukan adalah dengan berkolaborasi. Untuk itu kami akan fokus pada kemitraan online. Dan, kemitraan dengan Tokopedia akan merupakan yang pertama,” ujar Alvin.
Fitur Tukar Tambah Tokopedia mendapat sambutan tinggi dari masyarakat. Tercatat ada jutaan kunjungan pada fitur tersebut selama bulan April ketika diluncurkan. Alvina berharap kemajuan teknologi ini memungkinkan pengguna untuk menjual smartphone lama dengan nilai tinggi dan mendapatkan smartphone baru sesuai keinginan secara Iebih mudah dan cepat dimanapun.
“Kami pastinya sangat optimis dengan kelangsungan bisnis yang selama ini kami jalankan. Tujuan kami adalah benar-benar ingin membantu pelanggan dalam meningkatkan ponsel mereka, dengan harga terjangkau dan mudah,” ucap Alvin.
Keyakinan itu karena melihat bahwa model bisnis ini telah terbukti berhasil di banyak tempat di dunia, seperti di Tiongkok, India, dan Amerika Selatan. “Kami percaya dengan teknologi yang tepat maka bisnis ini dapat berkembang di Indonesia,” pungkasnya.
==================
Alvin Yap
- Tempat Tanggal Lahir : Singapura, 1986
- Pendidikan : Lulusan Politeknik, Singapore University
- Pekerjaan : Founder & CEO Laku6
- Nama Brand : Laku6
- Mulai Usaha : 2015
- Jumlah Tim : 80 orang
===================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post