youngster.id - Populasi kendaraan di negara berkembang, seperti Indonesia, setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Dan, mobil menjadi salah satu penyumbang terbesarnya. Namun, di sisi lain, kondisi ini membuka peluang bisnis baru. Khususnya bisnis periklanan.
Di tahun 2013 silam, berdasarkan data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia, jumlah kendaraan di Indonesia tercatat mencapai 104,2 juta unit. Jumlah tersebut disebutkan mengalami peningkatan 11% dari tahun sebelumnya. Dari data tersebut, mobil penumpang berjumlah 10,54 juta unit.
Angka tersebut terus naik dan memberikan dampak siginifikan terhadap lalu lintas. Tetapi di mata para entrepreneur kondisi ini menciptakan peluang usaha baru. Layanan transportasi on-deman seperti Go-Jek, Grab dan Uber, adalah contoh bisnis yang memanfaatkan kenaikan jumlah kendaraan. Kini, peluang itu juga ditangkap oleh para penyedia jasa iklan. Salah satunya adalah Promogo.
Aplikasi Promogo ini dikembangkan oleh Andrew Tanyono dan Sergio Rusli pada awal 2016. Startup ini menawarkan iklan luar ruangan yang dipasangkan ke mobil-mobil pribadi. Promogo memosisikan diri sebagai sebuah platform iklan luar ruangan yang menghubungkan brand dengan pengendara mobil. Artinya, pengemudi bisa menjadikan mobilnya sebagai media publikasi iklan dari sebuah brand dan dapat dimonitor perfomanya oleh pengiklan melalui Promogo.
“Kami memosisikan diri sebagai periklanan luar ruang (offline/outdoor) dengan kehadiran fisik dari iklan pada kendaraan dan juga periklanan digital (online) karena kemudahan dan kesederhanaan yang kami sediakan bagi para pengiklan dengan website dan aplikasi Promogo,” ungkap Andrew kepada Youngster.id.
Diakui Andrew, konsep iklan luar ruangan dengan menggunakan mobil bukanlah hal yang baru. Bedanya adalah pada teknologi. “Di sini kami mengawinkan cara konvensional dengan teknologi,” ujarnya.
Jadi platform iklan yang dimiliki oleh Promogo disandingkan dengan aplikasi berbasis Andorid untuk menciptakan nilai ekonomi pada konsumen dengan melakukan pembayaran setelah menggunakan kendaraan mereka. GPS melacak aktivitas perjalanan sehari-hari para pengemudi Promogo, dan membayar mereka sesuai dengan kilometer yang sudah mereka tempuh.
Saat ini sudah ada 4.000 mobil yang bergabung di Promogo dan beredar di 20 kota di Indonesia. “Jadi selama satu tahun berdiri, kami telah bekerjasama dengan 45 perusahaan di 20 kota. Sekarang sudah lebih dari 4000 mobil yang terpasang iklan,” klaim Andrew.
Terinspirasi Macet
Andrew dan Sergio memutuskan untuk mendirikan Promogo karena melihat masih tingginya kebutuhan untuk beriklan di luar ruangan. “Kami percaya bahwa medium advertising ini akan lebih efektif daripada billboard. Karena harganya yang terjangkau, pengiklan dapat menjalankannya dalam jumlah yang banyak. Efektivitas dari iklan cara ini: orang-orang lebih cenderung ingat dan percaya pada suatu brand yang sering mereka lihat atau dengar,” ujarnya.
Andrew juga mengaku ide untuk mendirikan Promogo terispirasi dengan Go-Jek yang menghadirkan konsep ride-sharing. “Kebetulan saya kuliah di computer science dan pernah bekerja di bidang IT di sebuah perusahaan. Dan saya sangat menyukai bidang itu. 3-4 tahun melihat lalin macet, lihat Gojek saya langsung terpikir mendirikan online taksi mengawinkannya dengan teknologi,” ungkap Andrew.
Dengan konsep ini, Promogo menjadi platform yang menghubungkan antara pengguna iklan luar ruangan dengan pengemudi. Terjadi sharing ekonomi, dimana pengemudi bisa menjadikan mobilnya sebagai media publikasi iklan dari sebuah brand dan dapat dimonitor perfomanya oleh pengiklan melalui Promogo. Hal tersebut dimungkinkan dengan dukungan GPS tracking yang akan memonitor, mulai dari posisi dan rute mobil, hingga jarak tempuh dalam kilometer (Km).
Nantinya pengemudi akan dibayar per kilometer untuk membawa kendaraan mereka yang telah dibungkus stiker merek pengiklan. Sementara pengiklan dijanjikan akan mendapatkan hasil yang maksimal dari model iklan luar ruang yang dijalankan oleh Promogo ini.
Kendati begitu, diakui Andrew, ternyata tidak mudah untuk meyakinkan orang menggunakan Promogo. Hal ini disebabkan bisnis car branding atau car advertising tergolong baru di Indonesia sehingga banyak brand yang belum terpikirkan bagaimana menggunakannya. Bahkan, pada empat bulan awal, menurut Andrew, mereka hanya punya 2 klien.
“Yang jelas, saat membangun perusahaan ini, urat malu saya udah nggak ada. Karena saya yakin Promogo hadir untuk memberikan alternatif,” ucap Andrew sambil tertawa.
Tetapi, berkat usaha keras, secara perlahan Promogo mulai dilirik pengiklan. Bahkan, bisnis Promogo bertumbuh pesat. Kondisi ini, menurut Andrew, membuktikan market dan demand di bisnis layanan ini masih tinggi. Untuk itu, Promogo pun terus berupaya meningkatkan kulitas produk dan layanannya, baik pada pengembangan produk maupun pelayanan kepada pelanggan.
Pertumbuhan startup ini memang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan perkembangan dan ekspansi tim internal Promogo, baik secara jumlah maupun cakupan wilayah. “Kami terus bertumbuh. Dan saat ini dari iklan, kami telah memperoleh Rp 5 milyar. Dan saya berharap untuk sampai akhir tahun (2017) revenue US$ 1 juta bisa tercapai,” katanya penuh harap.
Terus Inovasi
Disebutkan Andrew, saat ini Promogo sedang melakukan pengembangan terhadap produk-produk yang sudah dan akan segera diluncurkan. Perkembangan pun didapat dari jumlah brand yang mempercayai Promogo sebagai metode pemasarannya.
“Sejauh ini Promogo sudah ada di 20 kota di Indonesia. Jadi untuk pengembangan bisnis Promogo, rencana kami adalah untuk hadir di kota-kota lainnya dan juga untuk membangun tim yang solid di setiap kota tersebut,” imbuh Andrew.
Menurut Andrew, Promogo mengendepankan inovasi untuk dapat meraih posisi terdepan. “Bagi saya di dunia ini tidak ada yang baru. Seperti perusahaan yang saya dirikan ini hanya mengawinkannya dengan teknologi. Karena usaha iklan mobil berjalan sudah sejak lama ada. Dari situlah akhirnya inovasi ini muncul,” ungkapnya.
Menurut Andrew, yang membedakan Promogo dengan bisnis serupa adalah pada life tracking yang membuat pemasang iklan dapat memonitor iklan mereka. “Jadi mobil itu jalan atau tidak, bisa tahu saat ini juga.
Andrew menyadari sebagai usaha rintisan masih banyak tantangan yang akan dihadapi. Termasuk dalam hal persaingan. Oleh karena itu, dia mengatakan, terus berusaha menjaga kualitas dan keberhasilan kampanye klien.
“Tentunya dengan mengedepankan kebutuhan klien-klien kami, oleh karena our client’s success is our success. Jadi bila ditanya strategi Promogo, kami benar-benar percaya bahwa pengguna pasti akan berdatangan apabila kami terus mengedepankan kesuksesan campaign client kami,” pungkasnya.
=======================================
Andrew Tanyono
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 12 April 1983
- Pendidikan Terakhir : S1 Computer Science, Oakland University Of Technology, Slandia Baru
- Mulai usaha : September 2016
- Pengguna : sekitar 4.000 mobil
- Wilayah operasional : 20 kota di Indonesia
- Omset : Di atas Rp 1 Milyar per bulan
- Jumlah Karyawan : 25 Tim
=======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post