youngster.id - Perubahan terjadi dengan sangat cepat, utamanya teknologi. Bahkan teknologi membawa perubahan yang begitu besar termasuk dengan kehadiran robot. Sebagai negara yang memiliki potensi menjadi ekonomi global terbesar ke-10 pada tahun 2030 nanti, Indonesia harus segera memanfaatkan peluang otomasi untuk terus meningkatkan daya saing.
Federasi Internasional Robotika menempatkan Indonesia di antara yang terendah dibandingkan negara lain di Asia Tenggara dalam hal penggunaan teknologi otomasi pada tahun 2016, dengan rasio lima robot industri yang dipasang per 10.000 karyawan. Negara ini juga berada di belakang negara-negara ASEAN lainnya dalam Global Innovation Index 2017.
Meski demikian bukan berarti orang Indonesia tidak mampu membuat robot. Hal ini telah dibuktikan keberhasilan sejumlah anak Indonesia dalam berbagai kompetisi robot internasional. Tak hanya itu, bisnis robotik juga mulai berkembang. Salah satunya adalah melalui Ichibot, startup asal Malang Rejo, Yogyakarta, yang belum lama ini menjadi finalis Asia Hardware Battle (AHB) region Indonesia.
“Ichibot merupakan robot mainan edukasi yang mempunyai konsep menyenangkan,” kata Angga Priyatmoko, Cofounder & Chief Technology Officer Ichibot saat ditemui youngster.id di Jakarta belum lama ini.
Angga menjelaskan, bahwa Ichibot dapat pula digunakan sebagai alat pembelajaran di sekolah-sekolah, kelas-kelas riset dan lab-lab robotik. Ichibot bisa dimainkan oleh segala usia, mulai anak-anak sampai mahasiswa atau mahasiswi. Bahkan, Ichibot bisa digunakan untuk meringankan pekerjaan bidang industri.
Tak heran jika Ichibot sudah beberapa kali meraih penghargaan dari berbagai kompetisi. Robot yang memiliki tagline Mainan Zaman Millenial itu berhasil meraih lima medali dari berbagai pameran robotik. Ada yang di Thailand, Malaysia sampai Singapura.
Sesungguhnya, Ichibot lahir dari pembinaan Amikom Business Park (ABP) dari Universitas Amikom Yogyakarta. Melihat perkembangan bahwa robotik semakin diminati masyarakat, terutama di kalangan pelajar dan anak muda, maka anak-anak muda binaan ABP pun memutuskan untuk menjadikan Ichibot sebagai bisnis berkelanjutan dengan mendirikan startup.
“Setelah mengikuti begitu banyak kompetisi, kami melihat juga banyak peminat akan robotik. Peluang ini yang kami coba manfaatkan untuk membuat Ichibot jadi lebih komersil,” jelas Angga.
Robotik Tanpa Pemrograman
Startup ini dibangun oleh Angga dan 10 temannya. Menurut Angga, langkah itu mereka lakukan setelah mengikuti lomba robotik terkemuka Line Follower. Di komunitas inilah mereka melihat pangsa pasar akan robotik, pembuatan robot maianan dan edukasi ini besar. Hal itu terlihat dari banyaknya permintaan untuk memberikan pelatihan tentang robotik. Oleh karena itu, ide dan inspirasi mendirikan Ichibot menjadi sebuah bisnis pun muncul. Dan, pada tahun 2013, perusahaan rintisan Ichibot inipun didirikan.
“Jujur saja memulai perusahaan rintisan ini kami lakukan dengan modal yang sangat kecil, hanya Rp 5 juta, dan uang itu kami dapat dari menang lomba,” ungkapnya sambil tersenyum.
Awlanya mereka hanya membuat robot berdasarkan pemesanan, termasuk juga untuk mengikuti kompetisi. Uang hasil dari proyek itu mereka kumpulkan kembali untuk bisa terus berproduksi. Sampai akhirnya tahun 2015 mereka bisa memiliki jumlah produksi yang cukup untuk bisa dijual secara komersil. “Jadi selama dua tahun kami membuat stok agar dapat mencapai penjualan komersil,” kisah Angga.
Selain itu mereka juga giat membangun jejaring dan memperkenalkan Ichibot terutama di kalangan pelajar dan sekolah-sekolah. Karena menurut Angga, pendekatan sosial dalam memperkenalkan bidang robotik ke masyarakat memang belum banyak dilakuan. Oleh karena itu, ia bersama rekannya di Ichibot pada setiap kesempatan selalu memperkenalkan apa itu robotik.
“Kami mendekati para pelajar bagaimana sih serunya bermain robot dan apa sih fungsinya robot di dunia ini dengan mengadakan workshop dan menyebar brosur di setiap sekolah. Cara ini agar anak-anak pelajar jadi tertarik, sehingga robotik di Indonesia ini bisa lebih berwarna dengan adanya kegiatan robotik ini,” ucapnya.
Mereka juga menyiapkan website dan tutorial, baik dalam bentuk artikel maupun video yang menampilkan cara mengoperasikan Ichibot. Hal yang menarik, Angga mengklaim bahwa produk Ichobot memiliki keunggulan dari produk sejenis, yaitu dapat dimainkan tanpa harus dilakukan pemrograman terlebih dahulu oleh si pengguna.
“Kelebihan kami dari yang lain, kami lebih up to date dari trek-trek yang diadakan dan disediakan oleh panitia lomba. Juga, open source sehingga semua orang bisa membuat. Tetapi, ada juga versi khusus yang berbayar yang kami sediakan,” klaim Angga.
Selain itu, menurut Angga, robot Ichibot itu lebih cepat dan user friendly karena bisa di-setting tanpa pemograman. “Sehingga orang yang nggak paham pemorgraman pun bisa memainkannya dan mengikuti lomba,” ujarnya.
Terus Inovasi
Menurut Angga, industri robotik yang dekat dengan teknologi menjadikan ia dan rekannya di Ichibot harus terus melakukan inovasi. Tujuannya, agar Ichibot bisa memenangi persaingan bisnis, termasuk kompetisi-kompetisi robotik yang selama ini ada.
“Setiap 6 bulan sekali kami ada produk terbaru. Jadi biar fresh. Apalagi ketika mengikuti lomba, kami selalu ada sesuatu yang baru. Dengan begitu robot kami itu akan selalu up to date untuk menghadapi setiap lomba yang diadakan di universitas-universitas tertentu,” ungkapnya.
Mereka menerima pemesanan produk melalui online. Sedangkan untuk mentoring Ichibot bekerjasama dengan beberapa rekanan di Jakarta, Lampung, Nganjuk dan Yogyakarta. “Kami juga mengadakan workshop pelatihan robotik untuk mengedukasi ilmu robotik,” ujarnya.
Tentu Ichibot tidak sendiri. Sudah banyak penyedia kelas robotik dan produk robotik di Indonesia. Oleh karena itu, Angga mengaku pihaknya selalu berinovasi.
“Tentunya, komplen pernah kami terima. Antara lain karena kurangnya tutorial. Jadi kami akan membuat tutorial dalam sebuah video langsung. Cuma karena kalau kami membuat tutorial dalam bentuk tertulis itu anak-anak SD bingung untuk mempelajarinya. Nah karena kami masih terbatas dengan tim untuk membuat video tutorial, maka komplen itu belum ada tutrial yang lebih advan lagi,” ungkapnya.
Selain itu, mereka juga mulai melakukan pendekatan sosial dengan membuat beberapa video di Youtube, Instagram, Facebook dan mengunggah artikel-artikelnya di website. “Lewat itu kami lebih menunjukkan bagaimana mengoperasikan Ichibot, agar seluruh user Ichibot bisa menggunakan produk Ichibot tersebut. Kalau sekolah yang sudah menggunakan jasa Ichibot melalui workshop, dan menjadi program ektrakulikuler setiap minggu, kami memberikan harga khusus yaitu sebesar Rp 150 ribu untuk setiap pertemuan. Dan, itu bisa diisi 12 sampai 15 orang,” sambungnya.
Hanya saja, di sisi lain langkah inovasi ini terkendala oleh ketersediaan bahan baku. “Selama ini kami masih memanfaatkan distributor lokal untuk mencari keluar negeri. Kami masih belum mempunyai akses yang banyak. Jadi, kendalanya masih di supplier bahan baku,” unggap Angga. “Akibatnya, harga produksinya belum bisa ditekan. Sekarang harga khusus untuk yang racing, untuk balapan, itu sekitar Rp 1,5 juta. Ke depannya, kami ingin menjual yang sekitar Rp 700 ribu, sehingga bagi pelajar tidak terasa marah. Omset kami sekarang mencapai Rp 50 juta per bulan,” tambahnya.
Diklaim Angga, sekarang sudah 500 unit produk yang terjual. Pembeli produk Ichibot ini kebanyakan instansi dan sekolah sampai universitas. Paling banyak instansinya datang dari Jawa kemudian Sumatera. Selain itu, Ichibot juga sudah bermitra dengan 50 sekolah yang tersebar di pulau Jawa, 20 sekolah di Sulawesi dan 5 sekolah di Kalimantan. “Itu baru sekolah, belum lagi instansi dan universitas. Hampir semua yang ada electric techno-nya itu pernah memakai Ichibot, terutama di Jawa,” ujarnya.
Angga mengaku senang bisa membesarkan Ichibot sehingga dikenal khalayak hingga masyarakat mancanegara. Untuk lebih memperkenalkan Ichibot, Angga bersama timnya berencana melakukan pengembangan lain, dengn membawa produk-produk Ichibot ke ranah industri.
“Ada rencana pengembangan lain yang sedang kami lakukan sekarang ini, pengembangannya untuk industri. Jadi yang kami lakukan adalah kalau Ichibot itu tidak hanya sekedar untuk edukasi dan kegiatan lomba. Tapi kami ingin membuat robot transportasi barang. Misalnya, dari tempat satu ke tempat lain secara otomatis. Cukup melakukan satu klik, maka robot akan menuju ke suatu ruangan. Kami akan memanfaatkan teknologi Internet of Things utuk memonitoring robot di suatu gedung,” pungkas Angga bersemangat.
=====================================
Angga Priyatmoko
- Tempat Tanggal Lahir : Gunung Kidul, Jateng 11 Oktober 1994
- Pendidikan : D3, Elektro UGM & Masih Kuliah S1, IST Aprin Yogyakarta
- Nama Startup : Ichibot
- Jabatan : Cofounder & Chief Technology Officer
- Jumlah tim : 11 orang
- Member : 4000 member seluruh Indonesia & dari India, Brasil, Italy dan German
- Modal Awal : Rp 5 juta
- Omset : Rp 50 Juta/bulan
Prestasi :
- Juara 3 Ichibot MARC (MAN Nganjuk), Roboline Contest 2016 STKIP Tulungagung
- Juara 1 Ichibot First Class (UNY), Kompetisi LIFOCO#4 STTN BATAN 2016
- Juara 1 Ichibot FF (SMKN 2 Yogyakarta, Eltraco STTNAS 2016
- 10 Besar Asia Hardware Battle (AHB) region Indonesia 2018
=====================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post