youngster.id - Belakangan pemanfaatan aplikasi teknologi untuk mencari jodoh bukan hal yang baru. Salah satunya aplikasi kencan online, Flutter Asia. Aplikasi ini membidik para generasi millenial yang sibuk berkarier dan terkendala waktu bersosialisasi namun serius mencari pasangan hidup.
Co-founder Flutter Asia Gordon Ens mengatakan Indonesia memiliki potensi besar dengan penetrasi Internet dan pengguna mobile phone yang terus tumbuh. Dari survei Statista, pada 2021 pengguna aplikasi online dating diperkirakan mencapai 10,2 juta pengguna aktif.
“Kalau kami lihat dari pupulasi Indonesia dibanding Amerika yang sudah lebih dulu, marketnya lebih besar, marketnya booming. Flutter Asia baru soft launching dan sejauh ini responsnya bagus,” kata Gordon dalam siaran pers baru-baru ini.
Menurut dia, Flutter Asia merupakan aplikasi kencan yang memperhatikan privasi sehingga memberikan rasa aman bagi penggunanya. Jika mencari jodoh lewat sosial media ber potensi akun palsu dan data yang tidak terverifikasi, maka lewat Flutter Asia keamanan dijamin.
“Kami lebih fokus ke profesional, millenial yang serius menikah dengan sistem keamanan lebih tinggi. Kami mau develop market lebih aman, user friendly, dan data akurat. Ada proses otomasi dan manual untuk memverifikasi keaslian data untuk meyakinkan pengguna asli,” tegasnya.
Flutter Asia dikembangkan oleh Data On. Gordon Enns yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur Data On mengatakan dari sisi keamanan aplikasi ini menerapkan teknologi setara dengan yang diterapkan bidang perbankan dan militer. Selain itu, verifikasi pengguna dilakukan melalui beberapa dokumen, untuk memeroleh verifikasi 100%, pengguna harus memberikan lima dokumen.
“Kami berupaya maksimal dalam keamanan dan privasi. Ketika registrasi, akan ada verifikasi nomor handphone. Untuk verifikasi dokumen butuh satu sampai dua hari,” katanya.
Flutter Asia sebelumnya telah mengakuisis Perfect Match Jakarta (PM Jakarta) pada Mei 2017 dan berganti nama menjadi Flutter Asia.
Gordon mengatakan dari awal ada sekitar 20.000 pengguna, namun setelah akuisis ini belum semuanya aktif kembali karena ada proses verifikasi data.
“User baru, setiap hari ada beberapa, sekitar 100 per hari. Dari yang existing belum semuanya, kami lebih concern kepada user yang belum terverifikasi, concern pada kualitas data, progressnya lumayan. Untuk algoritma juga, kami lebih fokus user experience dan engagement level. Tidak bisa growing terlalu cepat,” jelasnya.
Founder Flutter Asia Jacqueline Shieh mengatakan jika membandingkan lajang di China, umumnya sudah biasa menggunakan platform aplikasi kencan untuk mencari pasangan hidup. Bahkan, para orang tua terlibat aktif karena anaknya yang terlalu sibuk.
“Ketika mulai bekerja, kesibukan menjadi sesuatu yang wajar dan membuat para millennials tidak punya cukup waktu. China dan Indonesia sebagai negara di kawasan Asia memiliki budaya yang mirip, dimana perempuan dan laki-laki yang menjelang usia untuk menikah mulai sering ditanya terkait pasangan,” katanya.
Menurutnya, sosial media tidak aman untuk digunakan dalam mencari pasangan hidup. Dia menambahkan bertemu orang baru di dating platform atau platform kencan secara online harus memastikan memiliki intensi yang sama.
“Flutter Asia dating platform untuk yang serius mencari pasangan hidup dan menyimpan privasi pengguna data dengan rahasia, menggunakan foto, nama, dan bio asli. Kami merekomendasikan bagi yang verifikasi 100% artinya serius. Penting untuk lebih merasa aman ketika menggunakan aplikasi kencan online,” katanya.
Tahapan verifikasi sistem dari Flutter Asia ini akan memberikan notifikasi verifikasi mulai dari 20%. Idelanya pengguna mendaoatkan 100% verifikasi. Flutter Asia menandakan verifikasi ini sebagai bentuk keseriusan dalam mencari pasangan hidup. Selain itu, agar para pengguna merasa aman dengan pengguna yang tidak memakai identitas palsu.
STEVY WIDIA
Discussion about this post