youngster.id - Saat ini Internet of Things (IoT) telah mengubah cara perusahaan dan masyarakat menjalani hari-hari mereka di seluruh dunia. Bahkan IoT mulai membawa perubahan pada sektor manufakturing di Indonesia. Tak heran jika sekarang disebut era Revolusi Industri 4.0.
Beberapa waktu belakangan, topik seputar peran IoT menjadi pembicaraan yang hangat, terlebih pada industri manufaktur. Bahkan, IoT telah diterapkan pada industri manufaktur, distribusi, dan logistik untuk melakukan banyak hal. Antara lain pemantauan kondisi lingkungan selama pengiriman produk, pertanda apabila peralatan pabrik membutuhkan pemeliharaan, dan juga melacak kemanan serta efisiensi bahan bakar dari kendaraan mereka.
Diperkirakan akan ada lebih dari 55 miliar perangkat IoT pada tahun 2025, naik dari sekitar 9 miliar pada tahun 2017. Perkembangan teknologi yang agresif ini juga berimbas pada sektor industri. Revolusi ini akan ditandai dengan semakin eratnya keterkaitan antara manusia, mesin, dan sumber daya alam lewat konvergensi teknologi informasi. Era Industri 4.0 juga akan menjadi jembatan antara dunia digital dengan sektor industri.
Oleh karena itu, Indonesia akan menyelaraskan ekosistem industri yang tadinya masih bertumpu pada proses konvensional ke cara yang lebih digital. Bagi para produsen manufaktur yang tidak menerapkan IoT pada perusahaan, akan menghadapi persaingan yang sangat ketat.
Peluang ini yang ditangkap oleh Jeager, sebuah startup internal PT Telkom Indonesia. Usaha rintisan ini menawarkan konsep industrial berbasis IoT.
“Kami mengendepankan konsep IoT pada industri, yaitu menghubungkan kontrol mesin produksi ke internet. Sehingga memungkinkan segala hal yang terjadi pada mesin dapat dirubah menjadi data sekaligus diakses melalui internet,” jelas Brian G. Pratama, CTO sekaligus Founder dari Jeager kepada youngster.id.
Dia mengungkapkan, mesin produksi adalah aset berharga sebuah manufaktur. Semakin lama dibiarkan maka akan semakin bermasalah. Bahkan, kerugian pun semakin besar karena menghambat proses produksi.
“Di sinilah, Jeager bekerja sebagai upaya preventif kerusakan mesin dengan memberi informasi secara historis terkait dengan apa yang terjadi pada mesin. Seolah-olah mesin berbicara kepada kita, sehingga penanganan bisa dilakukan tepat waktu,” katanya
Memang sudah lama diramalkan bahwa aplikasi IoT akan membawa perubahan pada banyak aspek bisnis, termasuk struktur industri. Pasalanya teknologi ini menyediakan pelacakan dan pengiriman pesanan dengan sangat akurat, dengan memberikan tanda kepada penerima apabila terjadi.
Menurut Brian, dengan menggunakan software IoT dari Jeager maka proses kontrol dari mesin pabrik tidak lagi dilakukan secara manual tetapi digital. Jika sebelumnya para engineer memantau mesin dan memasukan data secara manual, kini semua sudah lebih mudah dan cepat dengan digital.
“Jadi perusahaan tidak lagi membuang waktu, energi dan biaya untuk mencari dan memperbaiki mesin yang rusak. Karena program kami dapat menemukan, bahkan memprediksi apa yang akan terjadi pada mesin saat sedang berproduksi dan melaporkan langsung ke pihak pengelola dan pemilik pabrik untuk diantisipasi,” papar Brian.
Terinspirasi Film
Sesungguhnya bagi Brian keinginan untuk mendirikan startup itu sudah ada sejak dia duduk di bangku kuliah Fakultas Teknik Elektro dan Komputer Universitas Kristen Satya Wacana. Karya yang pernah dia buat adalah membua alat yang bisa menghasilkan listrik dari panas tubuh. Karya ini membuat Brian menjadi juara 1 tingkat nasional ajang Go Green in the City 2014 yang diadakan Schneider Electric.
Namun keinginan untuk berwirausaha itu tidak mendapat restu dari kedua orang tua. “Saya dulu sempat berpikir untuk DO (drop out) agar bisa bikin startup. Tetapi tidak diizinkan sama orang tua, jadi akhirnya harus selesaikan kuliah dan bekerja,” ungkap Brian.
Setelah bekerja di Telkom, ternyata keinginan itu masih terus ada. Bahkan, Brian sempat membuat startup bernama SemarGareng dengan produk IoT untuk pertanian. “Sayang produknya oke, tetapi aplikasinya untuk di Indonesia masih belum bisa,” ujarnya sambil tertawa.
Namun kesempatan kembali datang lewat kompetisi Amoeba, sebuah program inkubator bagi karyawan PT Telkom yang ingin mendirikan startup. Dan kesempatan ini yang diambil oleh Brian bersama dua rekannya Ragil Widharso dan Novia Rohmaningtyas untuk mendirikan Jeager.
“Kami terinspirasi dari robot Jeager yang ada di film Pacific Rim. Robot Jeager itu kan punya koneksi antara sistem fisik dengan siber, cyber-physical systems. Kurang lebih mimpi kami seperti itu,” katanya.
Jadilah program Jeager diterapkan ke sejumlah pabrik yang ada di sekitar Jakarta dan Tangerang. Brian menjelaskan, dengan perantaraan sensor, layanan Jeager mencatat kinerja mesin dan mengumpulkan data ke dalam cloud database dengan menjamin kerahasiaan. Selanjutnya, data secara otomatis dianalisa real time untuk ditampilkan dalam bentuk historis. Data ini divisualisasikan ke dalam dashboard yang bisa diakses dengan gawai apapun serta kapan saja dan di mana saja.
Selain itu, program Jeager dapat “berkomunikasi” kepada mesin produksi. Sehingga perawatan mesin dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan antisipatif. Otomatis, umur mesin pun menjadi lebih awet dan membuat alokasi bujet perusahaan menjadi lebih maksimal, produktifitas meningkat, dan menciptakan potensi keuntungan. “Saat ini kami sudah punya empat klien dari perusahaan besar yang menggunakan Jeager,” katanya.
Tahap Inkubasi
Menurut Brian, bisnis Jeager adalah Business to Business (B2B) dengan menangani sejumlah manufaktur di bidang autoparts, makanan dan kimia.
“Kami berhasil menunjukkan program Jeager dapat memonitoring ratusan mesin dengan cepat dan memberikan laporan langsung melalui internet kepada pengelola atau pemilik pabrik. Sehingga kinerja mesin jadi lebih optimal dan terukur,” jelas Brian.
Diklaim Brian, dengan perantaraan sensor, memungkinkan layanan Jeager mencatat kinerja mesin dan mengumpulkan data ke dalam cloud database dengan menjamin kerahasiaan. Selanjutnya, data secara otomatis dianalisa real time untuk ditampilkan dalam bentuk historis. Data ini divisualisasikan ke dalam dashboard yang bisa diakses dengan gawai apapun serta kapan saja dan di mana saja.
Sistem analisis ini memungkinkan industri dapat merawat mesin dengan cepat, tepat, dan antisipatif. Otomatis, umur mesin pun menjadi lebih awet dan membuat alokasi bujet perusahaan menjadi lebih maksimal, produktivitas meningkat, dan menciptakan potensi keuntungan.
Brian mengakui, konsep Jeager yang menerapkan IoT pada software untuk manufakturing terbilang masih baru di Indonesia. Tetapi mereka yakin peluang bisnis ini masih besar. Apalagi mengingat pemerintah juga tengah mendorong konsep Industri 4.0.
Selain itu, mereka mendapat dukungan baik dari pihak Telkom. Bahkan Jeager kemudian mendapatkan pendanaan sekitar Rp 200 juta untuk mulai proyek IoT ini. “Kami mendapat funding dari Telkom, termasuk untuk validasi customer dan produk,” ujarnya.
Dengan terbentuknya startup ini di tahun 2017, maka ketiga foundernya berbagi tugas. Brian mengaku dirinya dengan latar belakang engineering dipercaya menjadi CTO. Sementara Ragil dan Novi yang berlatar belakang sistem informasi didampuk sebagai CEO dan CMO. Tim mereka juga bertambah menjadi tujuh orang.
Menurut Brian, mereka menargetkan, di akhir tahun ini Jeager bisa memiliki 10 klien perusahaan. Pengembangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat investor menyuntikkan dana pada aplikasi ini. Hal itu sejalan upaya PT Telkom Indonesia memperluas konsep layanan industrial.
Oleh karena itu, Brian menegaskan, bahwa Jeager sedang dalam tahap inkubasi dengan target dapat scale up di tahun 2019. “Untuk jangka panjang, kami menargetkan menjadi leading industrial IoT solution di Indonesia,” pungkasnya.
=====================================
Brian Ganda Pratama
- Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 3 Oktober 1994
- Pendidikan Terakhir : Sarjana Teknik Elektro dan Komputer Universitas Kristen Satya Wacana
- Nama Startup : Jeager
- Mulai usaha : 2017
- Modal Awal : sekitar Rp 200 juta
- Jumlah Pengguna : 4 Pabrik
- Tim : 7 orang
=====================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post