youngster.id - Tren bisnis kreatif semakin digemari di kalangan anak muda. Berkat ide dan daya kreatif lahirlah produk-produk unik yang memiliki nilai jual tinggi. Dan agar bisa bersaing dan bertahan maka keunikan dan karakter menjadi pertaruhan.
Industri kreatif digadang-gadang sebagai penyokong perekonomian Indonesia. Apalagi di era digital memang membuka peluang sangat luas untuk berbisnis tanpa disekat oleh batas geogarfi dan negara. Menariknya subsektor kriya masih menjadi industri kreatif utama.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengklaim PDB dari sektor ekonomi kreatif, yaitu 15,40% dari total PDB ekonomi kreatif sebesar Rp 922,59 triliun pada tahun lalu. Dan potensi bisnis industri kreatif domestik bisa tumbuh.
Tetapi tantangannya pun tidak kecil, karena pesaingnya pun tidak terbatas alias dari seluruh dunia. Banyak pebinis yang kurang memperhatikan tantangan yang terdapat dalam bisnis digital, sehingga tak sedikit yang bertumbangan. Untuk itu dibutuhkan daya kreasi yang tinggi.
Hal ini yang diterapkan oleh Cindy Novita pada usaha custom pillow bernama Toottle. Di tangannya bantal bukan lagi digunakan sebagai alas kepala untuk tidur, tetapi bisa dijadikan sebagai dekorasi rumah, suvenir, hingga hadiah untuk orang tersayang.
Bantal tidak lagi berbentuk kotak atau persegi panjang saja, karena di zaman sekarang bantal memiliki beragam bentuk seperti tokoh superhero atau tokoh animasi yang digemari anak-anak.
“Tadinya kepikir ingin membuat boneka. Tapi, kami pikir kalau boneka terlalu spesifik targetnya, anak-anak doang. Di situ akhirnya kami ubah sedikit jadi bantal biar lebih bisa disukai semua orang, baik cewek atau cowok ngelihat produk Toottle lucu. Akhirnya mereka membelikannya untuk pacar. Jadi produknya nggak cuma untuk anak kecil aja,” kata Cindy saat ditemui di acara Pop Con Asia 2018 di Ice BSD Serpong Tangerang Banten beberapa waktu lalu.
Produk Toottle ini unik karena tidak seperti bantal atau boneka pada umumnya. Toottle dibuat customized atau tematik sesuai pesanan dari konsumen.
“Keunikan kami adalah produk bantal Toottle ini didesain seperti baju, yakni sama persis dengan keinginan konsumen. Konsumen bisa memesan bantal karakter sesuai wajah anggota keluarga, teman-teman, atau bahkan dirinya sendiri. Selain itu Produk-produk yang ada di Toottle itu benar-benar memperhatikan detail. Misalkan dulu ada yang pesan kuku tangannya pakai cat kuteks beda-beda semua kami gambar. Ada juga permintaan ada tatoo, terus pakai jam tangan, atau kalung semua itu kami gambar,” ungkap Cindy.
Alhasil, produk Toottle ini mampu meraih minat pasar. Cindy mengaku mereka kini mampu memproduksi puluhan bantal wajah setiap bulan dengan omzet di atas Rp 40 juta.
Berani Berbisnis
Toottle, yang merupakan kependekan dari Too Little, digagas bersama dan didirikan oleh Cindy dan Stephanie, pada pertengahan 2014. Tetapi Cindy mengaku keinginan untuk berwirausaha ini sudah lama sejak dia masih duduk di bangku kuliah. Namun ketika itu belum ada keberanian untuk memulai bisnis.
Oleh karena itu, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta. Namun impian berwirausaha itu terus ada. Dan itu dibicarakan dengan sahabatnya Stephanie. “Kami sering ngobrol dan cari ide mau buka usaha apa. Karena kami tidak mau terus bekerja jadi orang kantoran,” ujarnya sambil tertawa.
Menurut gadis kelahiran Jakarta, 8 Mei 1986 ini mereka lalu mendapat ide untuk membuat produk bantal custom. Dengan modal Rp 1,5 juta mereka pun mendesain dan membuat sample produk yang diberi nama Toottle.
“Kami melihat bantal karikatur sudah ada, tetapi kami ingin bikin sesuatu yang baru, dengan desain baru dan style yang beda. Jadi lebih seperti boneka karena bentuknya kotak dan ada kakinya. Itu jadi ciri khas Toottle,“ ungkap anak ketiga dari 3 bersaudara.
Untuk memesan bantal Toottle secara custom ini cukup mudah. Proses pemesanan bisa dilakukan via online—sesuai kontak yang tertera di akun Instagram Toottle. Konsumen mengirimkan foto profil si penerima kado (atau foto profil diri sendiri), serta memberikan informasi singkat seputar hal favorit atau hobi.
Langkah pembuatan boneka karakter: tim desain membuat kartun wajah sesuai foto atau gambar yang diberikan konsumen. Lalu, kartun tersebut dicetak di kain velvet premium yang sehalus sutra. Selanjutnya, tim penjahit menjadikannya bantal berisi dacron.
Bantal karakter Toottle biasanya berbentuk semi persegi, bagian depannya menggambarkan sebagian besar wajah dan sebagian kecil badan serta tangan, plus dua kaki. Kartun wajah, begitu pula baju dan tangannya, dibuat sesuai karakter si konsumen.
“Tangan boneka karakter perempuan biasanya digambarkan memakai cincin, kuteks, jam tangan, dan lain-lain. Kalau foto si konsumen yang diberikan kepada kami memiliki banyak detil, itu sangat menguntungkan dia,” ungkap Cindy.
Jadi keuntungan tersendiri bagi konsumen bila foto yang diberikan kepada tim Toottle punya banyak corak, dan si konsumen sendiri punya banyak kesukaan. Maka boneka karakternya pasti ‘ramai’ dan menggemaskan, dibandingkan yang polos tanpa ornamen.
Mereka pun memasarkan produk ini melalui jejaring media sosial Instagram. Dan langsung mendapat sambutan dari masyarakat. Mengingat dibuat secara personal dan costumized, maka boneka karakter Toottle tidak dijual eceran, melainkan harus dipesan secara khusus melalui e-mail atau kontak lain yang tertera di akun Instagram.
Menurut Cindy, konsumen Toottle sudah tersebar di beberapa negara, dari Australia, Filipina, Hong Kong, Singapura, sampai Kanada. Tak jarang juga konsumen memesankan boneka karakter untuk idola mereka, sehingga Toottle beredar makin luas.
Terus Berinovasi
Bagi Cindy bisnis yang dia bangun ini membawa kepuasan sendiri. Tak jarang juga konsumen memesankan boneka karakter untuk idola mereka, sehingga Toottle beredar makin luas. Dan itu diaui Cindy sebagai hal yang menyenangkan dan membanggakan.
Cindy bersyukur, usaha yang dirintis sejak 2014 bersama rekannya Stephanie ini mendapat dukungan dari orang-orang tercintanya. Dengan demikian ia merasa yakin apa yang dilakukannya ini bisa semakin terus tumbuh dan berkembang dalam membesarkan nama perusahaan rintisannya yaitu Tootlle.
“Semuanya mendukung saya untuk berwirausaha, mulai dari orang tua, suami. Saya sangat bersyukur dengan keadaan ini. Apalagi dengan tambahan 7 orang karyawan, mereka sangat membantu dalam mengembangkan usaha saya ini,“ ucapnya.
Di sisi lain, perempuan lulusan S1 Design Graphic Bina Nusantara ini juga mengaku bahwa bisnis yang ditekuninya itu bukan tanpa kendala. “Kendalanya yang pernah kami temui sejak Tootlle berdiri, kami pernah kesulitan mencari SDM. Karena sejak berdirinya Tootlle, kami membuat produk yang berciri khas, mulai dari designnya berciri khas. Jadi kami cari desainer-nya agak susah, harus di-training dulu. Dan, saat nyari desainer seperti itu memang banyak, cuma yang bisa gambar mirip itu susah,” kisahnya.
Bahkan, lanjut Cindy, di awal mereka sempat mendapat “hujan” pesanan sementara sumber daya manusia terbatas. “Ketika itu terjadi kami langsung closed order. Kami juga pernah proses produksinya sampai 4 minggu dan itu kami anggap sudah kelamaan banget,” ujarnya lagi.
Di sisi lain, produk ini juga dihadang oleh produk tiruan (copycat). Soal maraknya copycat, Cindy tidak terlalu khawatir. Menurtu Cindy, mereka terus berkreasi membuat boneka karakter Toottle. “Kami juga menerima pesanan boneka karakter yang diberi tulisan khusus dari si konsumen, supaya lebih personal. Yang penting kami tetap mempertahankan style Toottle: boneka karakter dengan dua kaki. Juga, menjaga quality control,” tegasnya.
Kini, kendala itu sudah bisa teratasi. Bahkan, Toottle sudah bisa memproduksi hingga 60 bantal setiap bulan. Mereka juga sudah memperluas produk dengan tiga size serta terus melakukan inovasi. “Kami juga sekarang memproduksi t-shirt dengan desain yang customized. Tak hanya itu, kami juga bisa membuatkan pesanan orang dengan gambar hewan peliharaan kesayangan,” kata Cindy lagi.
Diklaim Cindy, saat ini pembeli Tootle tak hanya datang dari antero Nusantara, tapi juga dari mancanegara. Ia mengaku selama 4 tahun usahanya berdiri ada pembeli yang datang dan berasal dari Timur Tengah. Salah satunya dari Dubai. “Selain dari pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan. Pembeli Toottle juga pernah ada dan datang dari Papua hingga Timur Tengah, yaitu dari Dubai, “ ucapnya.
Bahkan kini Toottle sudah memiliki reseller di Australia. “Harapan kami bisa memasarkan produk ke luar negeri. Pembeli dari luar batal membeli karena ongkos kirimnya mahal banget, terlalu mahal ketimbang harga bantalnya sendiri. Jadi kami berharapnya ada lagi reseller-reseller dari luar negeri nggak cuma di Australia aja,“ tutupnya.
=================================
Cindy Novita
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Mei 1986
- Penddikan Terakhir : S1, Design Graphic Universitas Bina Nusantara
- Mulai Usaha : 2014
- Nama Usaha : Toottle
- Jabatan : CEO & Founder
- Modal Awal : Rp 1,5 juta
- Jumlah karyawan : 7 orang
==================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post