youngster.id - Memasuki usia ke-50, Citi Indonesia (Citibank) melalui Citi Peka (Peduli dan Berkarya) menggelar acara bertema “Semangat Merah Putih Generasi Muda Indonesia’. Acara ini untuk mengukuhkan komitmen Citibank mendukung penguatan kompetensi dan kapabilitas generasi muda Indonesia.
Pada kesempatan ini, Citibank mengukuhkan komitmen untuk mendukung penguatan kompetensi dan kapabilitas generasi muda Indonesia melalui implementasi lima program di periode 2018-2019 bersama empat lembaga nirlaba terpilih.
“Melalui penyaluran grants kepada lembaga nirlaba, utamanya untuk program-program edukasi dan literasi keuangan yang selaras dengan tujuan edukasi masyarakat yang digariskan OJK, serta penandatangan nota kesepahaman dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia menguatkan komitmen kami untuk bersama-sama berusaha membantu mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh anak muda di tanah air,” tutur Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia dalam sambutannya Rabu (29/8/2018) malam di Ballromm Grand Hyatt Jakarta.
Penyerahan grants dengan total USD1,060,000 (satu juta enam puluh ribu US dollar) dilakukan secara simbolis oleh Citibank yang diwakili Batara Sianturi dan Elvera N. Makki kepada United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Mercy Corps Indonesia (MCI), Indonesia Business Links (IBL), Prestasi Junior Indonesia (PJI). Penyerahan itu disaksikan oleh perwakilan OJK Tirta Segara dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro.
Batara menegaskan, komitmen Citibank ini juga diperkokoh dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Adapun nota kesepahaman melingkupi upaya-upaya dalam hal menurunkan angka pengangguran generasi muda Indonesia, meningkatkan kompetensi usia muda agar siap bekerja dan/atau berwirausaha sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan pasar kerja, serta merumuskan pemikiran, ide, dan gagasan dalam menyusun strategi, arah kebijakan, serta upaya meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan potensi kewirausahaan generasi muda Indonesia.
Di Indonesia, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di usia 15-24 tahun mendominasi jumlah keseluruhan pengangguran yang ada. Lebih lanjut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi terjadi pada lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yaitu sebesar 11,41% dari total 7,04 juta pengangguran per Agustus 2017. Karenanya, pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi agenda penting yang kerap dicanangkan pemerintah, serta menjadi bagian dari pengimplementasian.
Batara juga mengungkapkan ada lima program tersebut adalah Citi Microentrepreneurship Awards (CMA), Youth Sociopreneurship Initiative tahap ke-5, Digital Financial Literacy for Children tahap ke-3, Skilled Youth Program tahap ke-3 dan Creative Youth Entrepreneurs for Indonesian World Heritage Initiative tahap ke-2.
Selain bermitra dengan lembaga-lembaga tersebut, dengan prinsip “Lebih Dari Filantrofi” para karyawan Citi yang tergabung dalam Citi Volunteers juga terjun langsung dalam mentoring dan coaching dimana mereka membagikan ilmu, pengalaman, serta keahlian yang dimiliki melalui program Corporate Social Responbility yang dijalankan.
“Kami berharap melalui grants yang kami salurkan serta beragam program Corporate Social Responsibility yang akan kami jalankan pada periode 2018-2019, semakin banyak kaum muda yang mampu mencapai potensi tertinggi mereka, dalam hal peningkatan peluang ketenagakerjaan dan juga keahlian kewirausahaan yang dimiliki, sehingga mampu berkontribusi bagi perkembangan ekonomi di baik lokal maupun secara nasional,” ucap Batara lagi.
Sementara itu Menteri PBambang menegaskan, pembangunan generasi muda merupakan agenda strategis dalam mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh dan mampu berperan dalam pembangunan bangsa.
Dalam pembangunan, peran mereka menjadi sangat penting sebagai pengendali dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Keterlibatan inklusif pemuda tidak melihat pemuda sebagai obyek dan target dari sebuah kegiatan maupun kebijakan, namun mengganggap pemuda sebagai mitra pembangunan (sebagai collaborators, bahkan initiators).
“Indonesia memiliki bonus demografi anak muda yang besar, hal tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pembangunan dengan memberdayakan para generasi muda agar berdaya saing tinggi dan mampu berkarya terutama di era digital yang semakin disruptif, ” kata Bambang.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post