youngster.id - Hadirnya teknologi Artificial Intelligence (AI) secara luas menawarkan prospek peningkatan produktivitas dan percepatan inovasi kepada bisnis, sambil juga memungkinkan masyarakat untuk menjawab tantangan-tantangan yang paling berat dan paling sulit: penyakit, kelaparan, pengendalian iklim, dan bencana alam. Bagaimana dampak AI ini pada pekerjaan di masa depan?
“Sambil kami kagum dengan manfaat yang diberikan Artificial Intelligence, kami juga menyadari AI merupakan teknologi yang menggantikan sesuatu, terutama ketika berbicara mengenai fungsinya dalam menggantikan lapangan pekerjaan. Kita perlu bertanya pada diri kita sendiri jika gangguan sosial yang AI dapat ciptakan secara keseluruhan akan lebih besar dibandingkan manfaatnya,” ujar Haris Izmee, Direktur Utama Microsoft Indonesia.
Dulu, merupakan hal yang biasa bagi sebuah kantor untuk memiliki sekumpulan pekerja yang bertugas mengetik. Jelas, peran ini tidak lagi relevan di kantor modern saat ini, berkat perkembangan komputasi personal. Munculnya AI akan membentuk kembali pekerjaan dengan cara yang sama.
Studi Microsoft dan IDC terbaru yang berjudul “Unlocking the Economic Impact of Digital Transformation in Asia Pacific” menunjukkan bahwa 85% pekerjaan di Asia Pasifik akan mengalami transformasi dalam tiga tahun ke depan. Para responden dalam studi mengatakan bahwa lebih dari 50% pekerjaan akan dipindahtugaskan ke posisi baru dan/atau dilatih ulang dan ditingkatkan keterampilannya untuk transformasi digital.
Menariknya, studi ini menunjukkan bahwa 26% pekerjaan merupakan jenis pekerjaan baru yang diciptakan dari transformasi digital, yang akan mengimbangi 27% pekerjaan yang akan dialihdayakan atau dikerjakan secara otomatis. Dengan kata lain, dampak AI terhadap lapangan pekerjaan secara keseluruhan akan netral.
Membangun Masa Depan yang Lebih Baik Bersama
Future Computed memberikan tiga kesimpulan mengenai AI dan dampaknya terhadap pekerjaan dan karir:
- Pertama, organisasi-organisasi dan negara-negara yang saling bersaing dalam penggunaan AI akan menjadi organisasi dan negara pengadopsi awal teknologi AI. Alasannya sangat mudah: AI akan berguna dimanapun kecerdasan dibutuhkan dan hal itu membantu kita untuk menjadi lebih produktif di hampir setiap bidang usaha manusia, yang dapat mengarah pada pertumbuhan ekonomi.
- Kedua, selain penyebaran AI, hal yang sama pentingnya adalah mempersiapkan masyarakat dan para pekerja kita untuk perubahan yang akan datang yang akan diakselerasi oleh AI dengan mengatasi kebutuhan akan prinsip-prinsip etika yang kuat, evolusi hukum, pentingnya pelatihan untuk keterampilan baru, dan bahkan reformasi pasar tenaga kerja.
- Ketiga, untuk sepenuhnya menyadari manfaat AI, dan untuk meminimalisir hasil negatifnya, maka perusahaan teknologi, organisasi swasta dan publik harus bersatu dengan rasa tanggung jawab bersama.
“Di Microsoft, kami percaya pada demokratisasi AI. Hal ini hampir sama dengan keyakinan kami bahwa PC harus dapat diakses oleh semua orang ketika pertama kali Microsoft didirikan,” pungkas Haris.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post