youngster.id - Ceplukan atau ciplukan adalah nama sejenis buah kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. Di berbagai daerah di Indonesia buah ini dikenal dengan nama berbeda.
Misalnya, orang Maluku menyebutnya dengan istilah daun Boba, Minahasa menyebutnya Leietokan. Sementara di Jakarta dikenal sebagai Cecenet, wilayah Jawa sebagai Ciplukan, Bali dengan istilah Keceplokan, Lombok disebut sebagai tanaman Dededes, dan orang Sumatra menyebutkannya sebagai tanaman Leletop.
Tanaman bernama latin Physalis Angulata L ini kerap dinilai sebagai gulma yang hidup layaknya semak di kebun, tegalan sawah yang mengering, tepi jalan, tepi hutan atau di bagian hutan yang disinari matahari. Oleh karena itu ciplukan sering kali dianggap hama atau tanaman liar oleh banyak orang, sehingga sering kali dibasmi karena dianggap menganggu.
Berbagai penelitian belakangan ini menemukan bahwa tanaman bernama keren Goldenberry ini dapat dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan sitotoksik. Juga sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan antitumor.
Tak heran jika kini buah ini mulai diburu, bahkan harganya bisa tak masuk akal. Di pusat belanja di kota besar seperti Jakarta harga buah ini bisa mencapai Rp 500 ribu per kilo. Bahkan di Brunei satu biji buah ini bisa dihargai Rp 10 ribu.
Peluang bisnis yang menjanjikan itu ditangkap oleh Danniary Ismail Faornny. Dia bersama rekan-rekannya membangun startup berbasis pertanian bernama Physalis.co.
“Bisnis ini berbasis teknologi pertanian yang fokus pada pengembangan bisnis buah eksotis ciplukan. Ini juga merupakan hilirisasi hasil riset tim pemuliaan ciplukan,” kata pemuda yang akrab disapa Danny ini saat ditemui youngster.id di Jakarta.
Disebutkan founder dan CEO Physalis.co ini, usaha rintisannya yang berbasis di Malang ini berawal dari keikutsertaannya dalam lomba World Youth Invention Exhibition tingkat internasional di Malaysia pada Juni 2018 lalu. Mahasiswa jurusan budidaya pertanian, Fakultas Petanian Universitas Brawijaya ini menampilkan inovasi jajanan berbahan olahan ciplukan bernama Chipbar. Hasil olahan ini mendapatkan dua penghargaan, yaitu medali emas dan best invention. Tak ingin berhenti di sana, Danny memutuskan untuk melanjutkan karya inovasinya menjadi bisnis berbasis pertanian organik berkelanjutan.
“Dari kegiatan tersebut kami berkomitmen untuk mengembangkan produk ciplukan sebagai local fruit bernutrisi tinggi. Karena inovasi tidak boleh berhenti pada kompetisi,” ujar pemuda berusia 22 tahun itu.
Berkat inovasi ini Danny mendapatkan penghargaan dari Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan (SDG PIPE) 2019.
Hulu ke Hilir
Danny bercerita, Physalis Company berawal dari upaya hirilisasi riset pemuliaan tanaman ciplukan yang dipimpin oleh Dr. Budi Waluyo, dari jurusan budidaya pertanian FPUB. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi nilai manfaat dari penelitian terhadap tanaman ini bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Dr. Budi juga turut sebagai co-founder dari Physalis co bersama dua rekan Danny, yaitu Yusuf Mufti Bimantara dan Rizka Aikmelisa.
“Kami ingin mengangkat tanaman lokal ini menjadi produk unggulan pertanian di Indonesia,” ujarnya. Modal mereka kumpulkan bersama dari dana hibah berbagai lomba. Selain itu, mereka juga mendapat dukungan dari pihak universitas. “Kami mulai dari laboratorium kampus untuk mengelola keragamanan genetik tanaman,” ucapnya.
Hingga saat ini, startup yang baru didirikan belum mencapai 6 bulan tersebut telah memiliki 4 produk unggulan. Pertama, benih ciplukan dengan nama Chipseed. Kemudian ada tanaman ciplukan yang dinamai chiPlant, lalu ada buah segar ciplukan dengan nama Freshchip yang dapat langsung dikonsumsi, dan snack dari buah ciplukan, Chipbar.
“Benih unggulan yang diproses oleh Physalis Co merupakan hasil pemuliaan tanaman sudah siap dilepas ke pasar. Benih ini sudah diseleksi berdasarkan kualitas dan penampakan fenotip produk sehingga merupakan produk pilihan,” terangnya.
Saat ini sudah ada empat jenis yang berhasil dikembangkan yakni untuk dataran rendah, dataran tinggi di atas 600 mdpl, ciplukan besar dan ciplukan berbulu. Menurut Danny, budidaya tanaman ini cukup mudah dilakukan.
Perawatan tanaman ini cukup sederhana, yang terpenting tidak sampai kekurangan air untuk meminimalisir kekeringan yang dapat mengakibatkan daun rontok. “Usia dari tanaman hingga berbunga membutuhkan waktu 1,5 sampai 2 bulan. Sedangkan usia hidupnya empat sampai enam bulan, dan memiliki kemampuan produksi bisa mencapai 200 buah pertanaman dengan masa panen empat sampai lima kali panen,” kata Danny.
Danny juga menjelaskan buah tanaman itu mengandung vitamin C yang relatif tinggi. Lebih tinggi daripada buah anggur. Selain itu juga memiliki kandungan senyawa metabolic, di antaranya Asam Malat, Alkaloid, Tannin, Kriptoxantin, Provitamin A, serta zat physagulin F yang bermanfaat untuk penderita diabetes. “Jadi bisa digunakan untuk terapi diabetes serta dapat dirasakan manfaatnya secara langsung untuk penurunan tekanan darah,” ujarnya.
Tak hanya mengembangkan produk, Physalis.co juga menggandeng petani yang ada di lereng gunung Semeru. Mereka adalah dua kelompok wanita tani dan satu kelompok pemuda tani. Kepada mereka, selain dikenalkan budidaya tanaman ciplukan, juga didorong untuk mengembangkan produk berbahan dasar ciplukan.
Hasilnya, para petani binaan ini telah mulai menjadi pemasok tetap untuk produk buah ciplukan. “Mereka sudah bisa memanen buah ciplukan secara kontinyu dan mulai mengembangkan produk olahan dalam kemasan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa,” paparnya.
Standar BPOM
Di awal hasil riset pemuliaan tanaman ciplukan telah menghasilkan produk tanaman cipukan unggul yang kaya nutrisi. Produk genetik benih siap dipasarkan dalam bentuk benih ciplukan dengan nama Phy.Co Chipseed. Benih unggul diproses dari tetua ciplukan hasil teknologi pemuliaan tanaman yang telah dilakukan proses seleksi dan uji daya hasil sehingga siap dilepas ke pasar.
Tak hanya itu, menurut Danny, mereka juga punya dua produk olahan. Pertama buah ciplukan segar dalam kemasan dengan nama Phy.Co FreshChip. “Buah segar ciplukan yang digunakan merupakan ciplukan dengan kualitas terbaik hasil riset pemuliaan tanaman yang telah mencapai kematangan sempurna. Buah yang dipasarkan telah melalui proses penyortiran kualitas sesuai prosedur Physalis Company sehingga konsumen menikmati buah ciplukan dengan kualitas terbaik,” ucapnya.
Mereka juga berinovasi dengan menghadirkan bentuk olahan pangan ciplukan dalam bentuk Chipbar. Chipbar merupakan healthy snack yang disajikan dalam bentuk foodbar yang terbuat dari ciplukan, oat, madu dan bahan baku lainnya. Chipbar dikemas mengunakan alumunium foil serta label menarik untuk menyampaikan nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. “Kami terus mengembangkan usaha ini agar berkelanjutan,” ujarnya.
Bahkan, saat ini produk Pysalis Co sudah mulai dipasarkan di sejumlah pusat perbelanjaan di Malang dan sekitarnya. Tak hanya itu, kini produk Pysalis Co juga sudah tersedia di e-commerce.
Danny juga semakin serius mengelola usaha yang berpusat di Desa Poncokusumo, Malang. Apalagi produknya mulai tersebar di seluruh Indonesia melalui e-commerce. Untuk itu, Danny mengaku dalam pengurusan standar Badan POM, termasuk merenovasi rumah produksi berstandar BPOM. Selain itu, usaha di bawah payung CV Taniniesia Agroinovasi ini mendapat dukungan dari Kemenristekdikti Program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).
“Saya optimis dengan meningkatnya tren gaya hidup sehat, termasuk pola makan sehat, maka produk kami akan mendapat tempat di masyarakat. Dengan demikian buah eksotis lokal ini akan lebih dikenal sekaligus meningkatkan ekonomi dari para petani,” pungkasnya.
==================
Danniary Ismail Faronny
- Tempat Tanggal Lahir : Malang 18 April 1997
- Pendidikan : Mahasiswa jurusan budidaya pertanian, Fakultas Petanian Universitas Brawijaya
- Usaha yang dikembangkan : mengolah buah ciplukan menjadi local fruit bernutrisi tinggi, dengan merek co
- Mulai Usaha : 2018
- Jabatan : Founder & CEO
- Petani Binaan : sekitar 20 orang
Prestasi :
- Dua penghargaan pada lomba World Youth Invention Exhibition tingkat internasional di Malaysia, Juni 2018
- Penghargaan dari Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan (SDG PIPE) 2019
=====================
STEVY WIDIA
Discussion about this post