youngster.id - Masalah bagi orang tua bekerja di perkotaan adalah membagi waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Keterbatasan waktu karena rutinitas pekerjaan menjadi penghalang komunikasi. Padahal itu adalah hal penting bagi perkembangan hidup anak.
Persoalan keterbatasan komunikasi antara anak dan orang tua bukanlah hal yang sepele. Sebab membangun karakter dan tumbuh kembang anak tidak dari perangkat teknologi atau internet, tetapi lewat hubungan komunikasi dengan orang tua.
Melihat persoalan ini, Devi Raissa Rahmawati seorang psikolog anak merasa harus berbuat sesuatu. Dia mendirikan Rabbit Hole, sebuah usaha penerbitan buku untuk anak. Lewat bisnis ini, ia menjadikan buku tak sekadar mengantar dongeng tidur bagi anak, tetapi membangun komunikasi antara orang tua dengan anak.
“Sebagai psikolog anak, saya banyak menemui orang tua yang kesulitan ketika berkomunikasi dengan anak. Dari situ, banyak sekali dampaknya kalau tidak ditangani. Memang kelihatannya sepele, tapi anak tuh bisa seperti kecanduan narkoba, putus sekolah hanya karena sepele tidak dapat berkomunikasi sama orangtuanya. Nah, setelah saya riset membaca buku, ternyata hal itu bisa menjalin hubungan anak dengan orangtua,” ungkap Devi kepada Youngsters.id.
Menurut Devi, ide ini semakin diperkuat dengan keluhan para orang tua akan kurang bervariasinya buku bacaan. Dan, kalaupun ada, harganya tinggi. “Setelah itu saya mikir. Saya yang latar belakang psikologi anak dan suka nulis, sehingga ingin membuat buku dan harga terjangkau. Dari sinilah tercetuslah ide untuk mendirikan penerbitan buku anak,” ucap Devi.
Penerbitan dengan nama Rabbit Hole di bawah bendera PT Lubang Kelinci ini pun berdiri pada Februari 2013. Devi mengungkapkan, sejak awal, penerbitan ini berkomitmen untuk membuat buku-buku dongeng untuk anak dengan karakter tokoh dan cerita sesuai dengan minat dan kesukaan anak yang memesan. Selain itu penerbit ini secara khusus menghadirkan buku untuk anak dengan fitur sentuhan rasa.
“Yang membedakan produk Rabbit Hole, di sini kami memiliki fitur seperti pop-up, flap dan touch and Feel, yang tidak ada di buku-buku Indonesia,” ujar Devi. Jadi dengan buku-buku yang didesain khusus ini anak-anak dapat melakukan eksplorasi aktivitas sensori. Sang anak pun bisa menjadi tokoh utama dari buku yang ia pilih ceritanya. Cerita ini memang dirancang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak, terutama kami fokus di aspek emosi dan sosial,” papar Devi bersemangat.
Kini, sudah puluhan judul buku yang diterbitkan. Di antaranya, Liburan Terbaik, Kisah Pedagang & Tabib, Cilukba, Suara Apa Itu dan Asal Muasal Namaku. Semua buku ini ditujukan untuk orang tua yang memiliki anak mulai usia 6 bulan hingga 7 tahun. Dan tak berhenti di sana, seiring perkembangan teknologi, sejak 2014 Rabbit Hole memiliki lini aplikasi.
“Saya melihat ada peluang lain untuk menjaring pasar yang lebih luas yaitu lewat apps,” ujar Devi.
Jalur Indie
Ketika memulai penerbitan ini, Devi merogoh kocek sebesar Rp 10 juta. Sebuah angka yang cukup besar bagi gadis yang kala itu tengah menyelesaikan kuliah S2 Psikologi. Namun kecintaan pada anak-anak sangatlah besar.
“Saya suka dengan anak-anak. Selain itu, saya suka membaca, dan melalui membaca akan ada dampaknya. Setelah riset, ketika orang-orang membaca buku Rabbit Hole mereka sering sharing, dan ada manfaatnya di situ saya makin semangat mengembangkan bisnis ini,” ungkapnya.
Disebutkan perempuan kelahiran Malang, 2 Desember 1987, modal itu dia peroleh dari tabungan uang saku. Dengan modal tersebut Devi dapat mencetak 1.000 buku secara indie. Menurut dia, dengan demikian buku yang dibuat kualitasnya bisa terjaga dan masih terjangkau harganya.
Devi menerbitkan bukunya dibantu dengan teman seperjuangannya: Guntur Gustanto. Perannya, Devi yang bertugas menulis buku, sedangkan Guntur bertugas menambahkan grafis berupa gambar yang dapat dimengerti anak.
Awalnya, alumni Universitas Indonesia itu mengaku tidak mudah membangun penerbitan. “Dalam prosesnya kami yang tidak punya pengalaman mencetak sempat kesulitan. Mulai dari masalah teknologi yang belum secanggih di luar. Padahal, saya kepingin bikin buku yang kayak di luar negeri agak tebal. Sementara percetakan di Indonesia belum bisa membuat itu karena mesin belum memadai. Beberapa kali cetak itu gagal, karena nggak sesuai dengan yang kami inginkan. Tapi setelah, trial error, kami akhirnya menemukan formulanya yang pas bagaimana caranya membuat buku,” paparnya.
Untuk pemasaran buku-bukunya, Devi menggunakan media sosial Instagram yang disisipi konten tips pengasuhan anak (parenting). Dan ternyata dengan cepat, produk dari Rabbit Hole diserap pasar.
Saat ini, Devi dapat memproduksi buku sebanyak 30.000 esksemplar dengan tiga judul setiap bulannya yang dijualnya rata-rata mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 180.000. “Masih sedikit pebisnis yang membuat produk buku anak, dengan kelengkapan fitur untuk menstimulasi tumbuh kembang anak. Dan ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” ucapnya.
Aplikasi Empati
Pada perkembangannya Rabbit Hole menyediakan jasa mencetak buku-buku cerita itu minimal 30 eksemplar. Buku dongeng interaktif tersebut biasanya dipesan sebagai suvenir ulang tahun anak. Untuk memenuhi kapasitas produksi, Devi tidak sendiri. Selain dibantu Guntur (sebagai ilustator), Devi juga merekrut beberapa tenaga ahli. Antara lain: Sishi Semet (manajer aplikasi dan narator), Nurul Huda Manshur (komposer), dan Riyandi Siregar (programmer). Termasuk mempekerjakan 136 karyawan untuk bagian produksi.
Melihat perkembangan teknologi, Devi pun merilis aplikasi dongeng interaktif untuk iOS berjudul Bella dan Kelima Balon, pada Januari 2014 silam. Diklaim Devi. pada dua minggu pertama setelah peluncurannya, aplikasi gratis hasil kerja sama dengan developer Sabda Drupadi ini pun sudah diunduh hampir 1.000 kali.
Satu hal yang membedakan aplikasi dongeng interaktif dari Rabbit Hole ini dengan aplikasi dongeng sejenis lainnya adalah pada ceritanya yang lebih modern. Selain itu, Bella dan Kelima Balon yang tersedia dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia ini memiliki nilai positif yang ingin ditonjolkan dan disampaikan kepada pembaca yang notabene anak-anak.
Menurut Devi, dalam aplikasi ini, Rabbit Hole menginginkan agar anak belajar mengambil keputusan dan berempati. “Kami ingin anak-anak belajar mengambil keputusan dan berempati dengan orang-orang disekitarnya,” ujarnya.
Keunggulan lain dari aplikasi dongeng interaktif Rabbit Hole ini terletak pada kustomisasi. Sebutlah aplikasi Bella dan Kelima Balon, kustomisasi ini langsung melibatkan buah hati Anda sebagai pembaca untuk berinteraksi. Tokoh utama yang bernama Bella bisa diubah namanya sesuai dengan nama sang buah hati. Buah hati Anda bahkan bisa menentukan jalan cerita berikutnya seolah-olah seorang sutradara, walaupun memang Anda perlu membayar US$ 2 untuk mendapatkan versi cerita lengkapnya.
Disebutkan Devi, kustomisasi ini memang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak terutama pada aspek emosi dan sosial. “Kustomisasi ini bertujuan untuk melatih emosi, menumbuhkan rasa empati, meningkatkan rasa percaya diri, mengajarkan untuk mengambil keputusan, serta tanggung jawab kepada buah hati Anda. Bukan hanya itu, kustomisasi ini pun diharapkan dapat mengembangkan dunia imajinasi anak agar menumbuhkan fantasi serta kreativitas yang positif,” jelasnya.
Meski usaha ini telah memberikan profit bagi Devi dan Rabbit Hole, namun pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2016 ini tidak melupakan visi utama yakni untuk perkembangan pendidikan anak-anak Indonesia.
Oleh karena itu, setiap 20 buku yang terjual Devi berkomitmen untuk mendonasikan satu buku ke rumah baca. “Jadi dalam satu bulan itu, kami bisa mengirimkan 50 sampai 60 buku ke rumah baca. Dimana paket lengkap itu nilainya sebesar Rp 1 juta. Terus kami juga ada program dongeng gratis. Misal ada rumah baca yang ingin didongengkan, maka kami bisa mengirim pendongeng,” katanya.
Selain itu, Devi juga menggelar arisan buku bagi para orang tua yang tidak mampu. “Arisan ini terdiri dari tujuh orang yang masing-masing membayar sejumlah uang. Nantinya orang tua bisa mendapatkan buku secara bergiliran,” sambungnya.
Menurut Devi hingga saat ini sudah ada sekitar 4.000 orang yang tergabung dalam program arisan buku itu. “Ketika kita memberi kita akan mendapatkan lebih, itu yang selalu saya yakini. Jadi, dari awal ini bukan sekedar bisnis, tetapi kami di sini mau kasih sesuatu buat anak-anak Indonesia,” tegas Devi.
Dia berharap bisnis ini akan terus berkembang. “Masih banyak fitur-fitur menarik yang belum kami keluarkan di sini dan ingin kami adaptasi di dalam buku-buku Rabbit Hole ini. Selain itu, masih banyak buku dengan tema Indonesia, tetapi masih belum ada di sini. Saya berharap akan dapat menghadirkan produk baru yang memberi manfaat bagi banyak orang,” pungkasnya.
==========================================
Devi Raissa Rahmawati
- Tempat Tanggal Lahir : Malang, 02 Desember 1987
- Pendidikan Terakhir : S2 Psikologi Klinis Anak Universitas Indonesia
- Mulai Usaha : Februari 2013
- Nama Usaha : PT Lubang Kelinci/ Rabbit Hole
- Jabatan : Founder & CEO
- Modal awal : Rp 10 juta
- Jumlah Karyawan : 136 Karyawan
- Omzet : Rp 1 M
Prestasi :
- Pemenang 1 kategori Best of The Best program Wirausaha Muda Mandiri 2016.
- Pemenang 1 kategori industri kreatif kelompok alumni dan mahasiswa pascasarjana program Wirausaha Muda Mandiri 2016
- Delegasi muda International Climate Change Conference (COP 15) di Copenhagen, Denmark
- Pemenang 1 britis Council Blogging competition
=======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post