youngster.id - Buku merupakan sarana terbaik untuk pembelajaran. Sayangnya, kehadiran teknologi telah membuat orang meninggalkan buku dan beralih ke gadget. Namun, kini berkat teknologi, semangat untuk menulis dan membaca buku mulai dibangkitkan kembali.
Belakangan ini penjualan buku di dunia tengah mengalami penurunan. Hal itu diakibatkan kecenderungan pembaca di zaman sekarang yang lebih menyukai aplikasi digital dalam mengonsumsi informasi. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kebiasaan membaca di masyarakat Indonesia.
Berdasarkan indeks nasional, tingkat minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks tingkat membaca di negara-negara maju berkisar antara 0,45 hingga 0,62. Kondisi ini tentu memprihatinkan. Bahkan, muncul kekhawatiran penerbitan buku akan mati.
Kondisi ini menggugah sejumlah anak muda untuk mengembangkan aplikasi yang mempertemukan para penulis, pembaca buku, mentor dan penerbit. Aplikasi bernama KETIX dikembangkan oleh Tendi Murti, King Bagus, dan Dewa Eka Prayoga.
“Harapan kami dengan mempermudah proses menulis dan menerbitkan buku, Indonesia akan punya makin banyak penulis, makin banyak orang yang belajar menulis, dan akhirnya semakin tinggi minat membaca masyarakat kita,” kata Tendi dan Eka kepada youngster.id saat ditemui pada peluncuran KETIX, Selasa (9/7/2019) di Jakarta.
Lebih lanjut, Eka menceritakan, ide awal terbentuknya perusahaan rintisan dengan nama KETIX, diawali ketika mereka bertiga tergabung dalam sebuah komunitas sebagai penulis online. “Kebetulan kami sering bertemu di komunitas. Di sana kami mendapati banyak cerita dari mereka yang sudah menulis buku tetapi khawatir tidak ada yang baca. Mereka juga bingung bagaimana cara menerbitkan buku. Dari situlah akhirnya kami bertiga mendapat ide untuk membuat platform yang bisa memfasilitas para penulis online tersebut,” kisahnya.
Sejatinya, aplikasi KETIX bukanlah yang pertama. Di Indonesia, komunitas penulis bisa menggunakan platform menulis lain untuk mempublikasikan karya mereka, seperti Storial, Novelme, atau Wattpad. Namun, Eka menegaskan KETIX punya keunggulan dibanding aplikasi yang lain. KETIX memosisikan diri sebagai platform yang tidak hanya terbatas pada penulisan dan publikasi, tetapi juga layanan konten hiburan, e-commerce, hingga komik.
“KETIX memungkinkan pengguna untuk mengunggah karya berupa cerita pendek, novel fiksi, hingga naskah non fiksi, lengkap dengan fitur pemilihan template sampul buku, sistem ranking penulis, serta fungsi chatroom untuk berdiskusi secara online,” klaimnya.
Di sisi pembaca, KETIX menyediakan fitur subscribe agar bisa tahu buku terbaru dari penulis favoritnya, dan beberapa mode membaca yang bisa membuat nyaman mata kita, ketika membaca buku dari smartphone pada malam hari.
“KETIX berusaha memotivasi para penulis agar produktif dengan sistem bagi hasil yang sangat menguntungkan buat mereka, dibanding kalau menerbitkan buku fisik. Harapan kami dengan mempermudah proses menulis dan menerbitkan buku, Indonesia akan punya makin banyak penulis, makin banyak orang yang belajar menulis, dan akhirnya semakin tinggi minat membaca masyarakat kita,” imbuh Tendi menegaskan.
Publikasi Gratis
Eka mengaku proses pengembangan platform ini memakan waktu satu tahun. Maklum, karena masing-masing founder punya kesibukan. Namun karena sudah berkomitmen, mereka bertekad untuk menyelesaikan pengembangan aplikasi ini. Menurut Eka, mereka mulai dengan modal sekitar Rp 4 juta.
“Tantangannya saat pengembangan, karena kesibukkan masing-masing sehingga sulit untuk berkumpul. Selain itu, mewujudkan ide ke dalam platform teknologi juga tidak mudah. Karena itu ketika plaform ini sudah bisa dinikmati, kami sangat lega,” ucap Eka.
KETIX hadir untuk membantu penulis mempublikasikan karya mereka. Para penulis bisa menerbitkan e-book sendiri dan bisa dipublikasikan secara gratis. Diklaim Eka, sejak diluncurkan hingga saat ini KETIX sudah memiliki 2.400 buku yang ditulis oleh sekitar 1,200 penulis, termasuk karya Dewa Eka Prayoga dan Fissilmi Hamidah. Tak hanya itu, meski terbilang sebagai aplikasi baru, KETIX sudah diunduh 5 ribu kali dengan pembaca aktif sekitar 3.500 orang.
Menurut Eka, untuk masuk ke dalam dan bergabung dengan KETIX ini sangat mudah. Pengguna tinggal mengunduh aplikasi yang baru tersedia versi Android di Google Playstore. “Dengan mudah mereka sudah bisa langsung menulis di sana dan membaca di sana. Semudah itu sih, dan sebisa mungkin sebesar itu pula manfaatnya,” katanya.
KETIX juga, lanjut Eka, berupaya membangun ekosistem baru dengan mempertemukan para penulis, pembaca buku, mentor dan penerbit lewat fitur chat room bernama TixRoom, sehingga para pembaca dan penulis bisa saling berinteraksi. Bagi penulis pemula atau anak muda yang ingin belajar menulis buku, KETIX membuat kelas penulisan online dengan mentor para penulis berpengalaman.
Meski demikian, KETIX juga tengah menyiapkan tim khusus untuk mengedit dan mengawasi bilamana ada tulisan yang mengandung unsur SARA dan Hoax. Bahkan, untuk memperkuat dan membentengi hal itu agar tak terjadi, upaya dalam membuka ruang komplain bagi pembaca juga telah dipersiapkan tim KETIX dalam mengantisipasi semua itu.
“Sekarang masih mungkin diawasi karena baru 10 ribuan. Tetapi kalau sudah masuk jutaan orang dan mereka bisa curhat seenaknya, maka kami akan membentuk tim khusus untuk menangani hal itu. Untuk saat ini belum ada editing. Namun kami sudah memberikan syarat dan ketentuan sebelum mereka ikut bergabung dengan KETIX. Ketika ada rating pembaca tulisan rendah atau negatif itu juga bisa kami telusuri dan bisa ketahuan dari situ,” tegasnya.
Penulis Muda
Eka mengakui, saat ini startup KETIX masih dalam tahap bootstrap, alias belum mendapatkan pendanaan dari investor manapun. Mereka tentu berharap ada investor yang juga punya misi yang sama.
“Kami punya mimpi besar untuk melahirkan satu juta penulis muda, termasuk mereka yang berasal dari daerah terpencil. Penulis harus bisa menjadi profesi yang menghasilkan, bukan cuma sekedar hobi. Kami berharap ada investor yang juga punya misi yang sama untuk tidak hanya mencari untung, tapi juga mencerdaskan bangsa,” kata Eka penuh harap.
Sementa
itu, Tendy mengatakan selama ini para penulis
cenderung kesulitan mendokumentasikan tulisan mereka ketika ada di luar
ruangan. Lewat aplikasi KETIX, para penulis juga bisa menerbitkan e-book
mereka sendiri, yang nantinya bisa dipublikasikan secara gratis, atau dijual ke
publik dengan bagi hasil 80% royalti untuk penulis dan 20% untuk KETIX.
“KETIX berusaha memotivasi para penulis agar produktif dengan sistem bagi hasil
yang sangat menguntungkan buat mereka, dibandingkan
kalau menerbitkan buku fisik,” ujar
Tendi, yang juga pendiri Komunitas Menulis
Online.
Dari sisi bisnis, keduanya mengaku platform ini masih terus berkembang dengan bebarapa fitur baru. “Banyak pengembangan yang kami lakukan ke depannya. Cuma kami mau mematangkan yang ada dulu. KETIX juga berencana membuat film pendek atau Tix Series dari buku terlaris yang dipublikasikan lewat aplikasi mereka. Selain itu, kami juga membuat bacaan untuk anak-anak yang tentunya dapat memberikan manfaat bagi para generasi bangsa ini,” ungkap Eka lagi.
Eka optimis platform yang baru berusia kurang dari setahun akan diterima masyarakat.
“Untuk saat ini core kami baru penulis dan pembaca. Karena itu kami fokus untuk bisa mempertemukan penulis dan pembaca dalam satu wadah. Visi kami adalah berbagi manfaat dan meninggalkan warisan kehidupan serta bersama-sama menebar energi positif bagi seluruh bangsa,” pungkas Eka.
========================================
Dewa Eka Prayoga
- Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi 24 April 1991
- Pendidikan Terakhir : Pendidikan Kimia, UPI Bandung
- Pekerjaan : Co-founder & CMO
- Nama usaha : Aplikasi KETIX
- Mulai Usaha : Oktober 2018
- Modal Awal : sekitar Rp 4 Juta
- Jumlah Karyawan : 8 orang
Tendi Murti
- Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 02 Juli 1985
- Pendidikan : Sastra Inggris Universitas Padjadjaran Bandung
- Pekerjaan : Co-founder & CEO
- Nama usaha : Aplikasi KETIX
========================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post