youngster.id - PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom) terus mendorong para karyawan untuk berinovasi dengan menggelar program internal digital startup, Digital Amoeba. Memasuki batch kelima, program yang dimulai awal tahun ini menargetkan melahirkan 90 tim startup.
“Dalam satu tahun kami ditantang untuk menggelar enam batch Digital Amoeba. Satu batchnya terdiri dari maksimum 15 tim,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Digital Amoeba, Fauzan Feisal, di Bandung baru-baru ini.
Menurut dia, Telkom ingin membangun sistem yang tangguh. Untuk itu, pihaknya memperbanyak batch Digital Amoeba. Ditargetkan, dalam satu tahun maksimum ada 90 tim bergabung dalam kegiatan tersebut.
“Saat ini total sudah ada 60 binaan. Akan tetapi, tidak semuanya berhasil. Hanya 38 tim yang masih bertahan sampai saat ini,” tuturnya.
Startup itu antara lain Usight, SmartEye, Kiwari, Emago, Geekpro, Ketitik, Open Trip, Helio, KitaIna, Pometera, dan Pasarkoe. Inovasi mereka diimplementasikan di sejumlah divisi dan unit perusahaan. Bahkan, ada yang akan diimplementasikan hingga ke Kalimantan.
“Inovasi para startup tersebut berkisar pada layanan produk baru serta inovasi operasi bisnis. Mereka menghasilkan produk baru yang bisa dijual Telkom dan aplikasi untuk meningkatkan kinerja teknisi Telkom,” kata Fauzan.
Inovasi lainnya yang dikembangkan startup Digital Amoeba adalah pemantau perangkat. Selama ini, menurut dia, pegawai yang bertugas memantau perangkat harus manual memonitor sejumlah layar karena masing-masing perangkat berbeda vendor. Namun, dengan alat yang dihasilkan startup Amoeba, monitor dapat dilakukan dalam satu layar.
“Jika startup terus berkembang, sangat memungkinkan dibuatkan perusahaan yang akan menjadi anak perusahaan baru PT Telkom. Pimpinan perusahan berasal dari pendiri tim startup tersebut,” kata Fauzan.
Berbeda dengan program startup lain yang kental akan unsur inovasi bisnis, menurut dia, Digital Amoeba dominan mengandung unsur pembinaan sumber daya manusia (SDM). Di dalamnya terkandung program pencarian dan pembentukan SDM, pengelolaan insentif dan karir, serta perubahan budaya perusahaan.
“Walaupun unsur utamanya adalah pembinaan SDM, akan tetapi dampak akhirnya adalah peningkatan kinerja bisnis. Untuk bertahan di era digital yang sangat disruptif, Telkom memang membutuhkan beragam inovasi digital yang bisa berdampak signifikan,” katanya.
Dalam inovasi digital tersebut, menurut dia, Telkom membangun tiga pilar wahana inovasi. Ketiga pilar tersebut adalah open innovation (Telkom mencari dan memanfaatkan inovasi startup eksternal melalui Indigo), joint innovation center (Telkom berinovasi bersama dengan korporasi terdepan di bidangnya), dan inhouse innovation melalui program Digital Amoeba.
Fauzan menuturkan, tahapan startup Amoeba hampir mirip dengan Indigo. Peserta harus melalui customer validation, product validation, business model validation, dan market validation. “Ke depan kami ingin prosesnya lebih lean (ramping, red). Misalnya baru 20% bisa langsung launching,” tuturnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post