youngster.id - Salah satu kendala bagi layanan kesehatan yang merata di Indonesia adalah aksesbilitas yang belum baik bagi pasien maupun petugas medis.Namun, dengan perkembangan industri digital yang makin pesat, perlahan problematika tersebut mulai terurai. Seperti yang ditawarkan, startup Docquity dengan konsep dokter ke dokter.
Co Founder Docquity Amit Vithal mengatakan layanan yang disediakan oleh perusahaan untuk menghubungkan antara dokter di wilayah terpencil dan dokter yang berada di kota besar cukup akomodatif.
Menurutnya layanan komunikasi antardokter menyediakan kesempatan bagi dokter yang bertugas di wilayah-wilayah terpencil Tanah Air untuk melakukan konsultasi dengan dokter yang berada di kota besar dan peralatan lebih maju.
Vithal mengatakan dokter yang berpraktik di wilayah-wilayah terpencil dengan kualitas internet kurang memadai tetap dapat mengakses platform yang dioperasikan oleh korporasi asal Singapura tersebut.
“Aplikasi Docquity bisa disediakan dalam kecepatan data yang rendah dengan resolusi yang dapat disesuaikan sehingga masih bisa diakses di wilayah terpencil sekalipun,” ungkap Vithal dalam keterangannya, Senin (9/3/2020).
Vithal megungkapkan Docquity menargetkan peningkatan jumlah dokter yang bergabung dengan perusahaan hingga 60 persen dari total dokter berizin praktik di seluruh Indonesia. Adapun menurut data Docquity jumlah dokter yang memiliki izin praktik mencapai 200.000 orang di Indonesia.
Adapun, lanjut Vithal, target yang dipasang merupakan hal yang menjadi tantangan utama bagi perusahaan.
“Sejauh ini, meraup lebih banyak pengguna adalah tantangan yang paling utama,” ujarnya.
Sebagai informasi, Docquity telah bekerja sama dengan beberapa universitas di Tanah Air, di antaranya Universitas Atma Jaya, Universitas Syiah Kuala Aceh, Universitas Negeri Unsuagati Cirebon, Universitas Padjajaran Bandung, dan Universitas Indonesia di Jakarta.
STEVY WIDIA
Discussion about this post