youngster.id - Indonesia termasuk salah satu negeri penghasil kopi terbesar di dunia. Bahkan, mampu menduduki posisi keempat di dunia sebagai pengekspor kopi terbanyak. Kini, kopi tak hanya sebatas minuman saja, namun telah menjadi budaya global yang mendunia. Maraknya budaya “ngopi” ini menjadi bisnis yang menggiurkan.
Hal tersebut dapat dilihat dari menjamurnya kedai-kedai kopi dengan berbagai konsep unik. Pergeseran budaya minum kopi dimana para penikmatnya kini lebih menghargai cerita di balik secangkir kopi yang mereka minum dirasa sebagai sebuah momentum yang tepat.
Salah satunya Kopi Kenangan. Bisnis kedai kopi ini digawangi oleh Edward Tirtanata dan James Pranoto pada 2017. Kopi Kenangan bisa dibilang salah satu kopi kekinian yang sedang banyak diperbincangkan orang-orang. Bukan hanya karena nama menu mereka yang unik, namun rasa yang diberikan juga tidak kalah dengan kopi dari merek-merek yang sudah mendunia.
Salah satu menu favorit mereka yaitu Es Kopi Kenangan Mantan, nama yang diberikan ternyata sesuai dengan efek yang diberikan. Karena setelah minum menu yang satu ini Anda akan terkenang terus dengan rasanya yang memiliki ciri khas.
Dengan keunikan nama dan rasa itu, dalam waktu singkat Edward dan James telah mampu mengoperasikan 16 gerai Kopi Kenangan yang tersebar di Jabodetabek. Tak berhenti sampai di sana saja. Mereka juga berencana untuk melakukan ekspansi secara besar-besaran.
Edward meyakini bisnis kedai kopi lokal tidak hanya terhenti pada level usaha kecil menengah (UKM). Dirinya meyakini bisnis kedai kopi dapat berkembang besar dengan menghadirkan sentuhan teknologi.
“Kami melihat peluang untuk menyediakan kopi yang terjangkau, namun berkualitas baik. Kami juga ingin menunjukkan bahwa pemain UKM lokal seperti kami dapat bersaing dengan pemain internasional,” ucap Edward, yang bertindak sebagai CEO sekaligus Co-founder Kopi Kenangan, kepada youngster.id belum lama ini di Jakarta.
Berbeda dengan gerai kopi pada umumnya, Kopi Kenangan mengembangkan platform aplikasi selular yang memungkinkan pemesanan untuk kemudian dijemput langsung pada gerai maupun diantarkan ke lokasi konsumen.
Menurut Edward, Kopi Kenangan bukan hanya sebagai bisnis kedai kopi kecil, melainkan sesuatu yang dapat berkembang besar dengan konsep “Ritel Baru” melalui pengembangan teknologi seperti mobile app.
“Pengembangan mobile app itu untuk mempermudah order. Pelanggan bisa memesan, ketika sampai di dalam outlet Kopi Kenangan tinggal mengambil. Dengan begitu, customer tak perlu lagi menghadapi persoalan antrian panjang saat rush hour,” katanya.
Di dalam aplikasi bergerak yang mengusung konsep Ritel Baru ini ada beragam fitur seperti pencarian gerai, pre-order, dan sistem pembayaran. Dengan konsep itu, Edward mengklaim mampu menjual hingga 175 ribu cangkir kopi per bulan.
Intuisi dan Visi
Bagi Edwar berbisnis di bidang beverage bukanlah hal baru. Sebelumnya, Edward dikenal sebagai pemilik kedai teh premium lokal bernama Lewis & Carrol Tea yang telah sukses di berbagai pusat perbelanjaan ternama.
Tetapi pria kelahiran Bandung, 13 Desember 1988 ini ternyata tak berhenti di sana. Dia mengungkapkan, ide awal dari bisnis Kopi Kenangan ini sederhana. Berawal dari kampanye sebuah produk air mineral. Ketika itu dia tertarik dengan tagline kenangan. Menurut dia, kata ini mengandung arti yang dalam dan terlihat mahal.
“Saya buat nama Kopi Kenangan terinspirasi ketika saya membeli air mineral kemasan. Dari tagline yang ada di produk itu muncul ingatan akan seseorang. Dari situ saya melihat bahwa kata itu mengandung arti yang dalam, sekaligus terkesan mahal. Akhirnya kami memilih nama Kopi Kenangan menjadi brand,” kisahnya.
Ternyata intuisi Edward tepat. Dengan nama Kopi Kenangan, gerai kopi ini langsung mendapat tanggapan yang bagus dari konsumen. Dengan cepat Kopi Kenangan menjadi hits, terutama di kalangan anak muda.
Menurut Edward, kekuatan promosi dari mulut ke mulut yang menjadikan brand Kopi Kenangan cepat berkembang. “Dari sisi marketing kami ini hampir nol karena nggak ada budget sama sekali. Jadi kami melakukan semua ini dari quality saja. Dan word of mouth jadi senjata marketing yang paling ampuh,” klaim Edward.
Lulusan Acounting & Finance, North Eastearn University, Boston AS ini terbilang berani menghadirkan konsep yang berbeda untuk menggebrak kebiasaan orang Indonesia yang gemar ngopi di kedai kopi waralaba.
“Jadi bisnis ini bukan sekedar bisnis kopi, karena dengan bantuan teknologi yang ada semua dapat memberikan potensi dan memudahkan kami dalam mengelola bisnis ini. Model bisnis ritel baru seperti ini membutuhkan kombinasi yang kuat antara online dan offline. Teknologi yang ada mesti didukung dengan sebaran cakupan outlet yang luas agar semakin dekat dengan pelanggan,” paparnya.
Edward mengungkapkan, konsep bisnis baru dari gerai Kopi Kenangan melalui pengembangan aplikasi seluler sejalan dengan visi perusahaan. Dengan konsep New Retail, Kopi Kenangan mengolaborasikan model bisnis online dan offline.
Edward mengatakan platform digital juga bisa digunakan untuk meluncurkan promosi tertarget. Dalam waktu dekat, Kopi Kenangan bahkan ingin mengembangkan dompet digital untuk mempermudah proses pembayaran.
Keunggulan kompetitif dalam model bisnis ini juga ditentukan oleh ketersediaan gerai. Ini mendorong Kopi Kenangan agresif membuka gerai baru di lokasi-lokasi yang strategis.
Pendanaan dan Ekspansi
Kopi Kenangan merupakan bisnis kedai kopi yang meraih pendanaan tahap awal senilai US$8 juta dari modal ventura Alpha JWC Ventures pada pertengahan Oktober.
Edward menyatakan dapat melakukan banyak hal dengan memanfaatkan platform digital tersebut, yaitu seperti untuk menerapkan program promosi atau loyalty reward tertarget kepada pelanggan. Aplikasi tersebut nantinya juga terintegrasi dengan platform penyedia layanan pembayaran digital untuk mempermudah proses pembayaran.
Salah satu alasan utama Kopi Kenangan mengembangkan aplikasi mobile untuk layanan pemesanan itu merupakan penambangan data. Dirinya mengungkapkan bisnis kedai kopi pada umumnya belum begitu banyak mengoptimalkan big data analytics untuk mengidentifikasi minat konsumen dan berinovasi.
Edward menyatakan pengembangan aplikasi seluler tersebut sejalan dengan visi perusahaan yang mengusung model bisnis new retail. Hanya saja, dirinya menganggap visi besar tersebut baru dapat berjalan secara efektif bila perusahaan membuka gerai dalam jumlah masif.
“Model bisnis ritel baru seperti ini membutuhkan kombinasi yang kuat antara online dan offline. Teknologi yang ada mesti didukung dengan sebaran cakupan outlet yang luas agar semakin dekat dengan pelanggan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Edward ingin menjadikan Kopi Kenangan sebagai brand kedai kopi lokal terbesar yang mengoperasikan sekitar 300 outlet dalam beberapa tahun mendatang. Dalam jangka pendek, perusahaan segera membuka 40 lokasi baru yang tersebar di Jabodetabek.
“Itu alasan mengapa kami fundrise dari investor dalam nominal yang besar. Kami mengetahui betul bisnis ini mendatangkan future cashflow yang sangat besar,” ujarnya.
Perusahaan rintisan ini juga berencana mempertahankan kendali penuh terhadap pengelolaan gerai dengan tidak membuka peluang waralaba untuk melakukan ekspansi. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas produk yang dibeli konsumen selalu terjaga.
“Kami tetap fokus aja pada quality, karena bagaimanapun kualitas itu sangat penting,” ujar penggemar basket itu.
Saat ini Kopi Kenangan telah memiliki 30 menu yang dapat dinikmati pelanggannya dengan harga mulai Rp 18 ribu per cangkir.
“Kami berharap selain bisa menambah gerai, ke depannya bisa membuka sebanyak 300 gerai hingga tahun 2021, dan Indonesia bisa kembali mengekspor produk lokal kopinya yang dikenal sebagai Kopi Kenangan,” pungkas Edward.
=================================
Edward Tirtanata
- Tempat Tanggal Lahir : Bandung 13 Desember 1988
- Pendidikan : Acounting & Finance, North Eastearn University, Boston AS
- Mulai Usaha : 2017
- Nama Usaha : Kopi Kenangan (PT Kenangan Group)
- Jumlah Karyawan : 120 orang
- Jumlah Gerai : 16 gerai di Jabodetabek (per Oktober 2018)
- Omzet : 175 ribu cangkir per bulan
=================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post