youngster.id - Sejatinya, kehadiran teknologi ditujukan untuk memampukan dan mengoptimal suatu proses bisnis. Termasuk bisnis food and baverage (F&B). Betapa tidak, kini berkat teknologi enterprise resource planning (ERP) para pengusaha F&B juga dapat mengoptimalkan bisnisnya.
Restoran merupakan bidang bisnis yang melayani publik. Bisnis restoran mirip seperti bisnis manufaktur atau seperti sebuah pabrik. Bedanya, bisnis restoran akan lebih sering bertemu dengan pelanggan. Tingkat kepuasan dan pengalaman pelanggan merupakan faktor penentu kelangsungan bisnis restoran.
Oleh karena itu, para pemilik sebuah restoran tidak hanya wajib untuk memenuhi setiap kebutuhan dan keinginan para pelanggan mereka, tetapi juga segala aspek yang ada di dalam restorana tersebut. Antara lain para karyawan, para pemasok bahan bakau, dan lain sebagainya, agar semuanya berjalan sesuai dengan keinginan. Bahkan, bisnis restoran sangat memerlukan kejelasan proses bisnis dan kerapihan sistem, serta perlu perancangan yang kuat.
Ini bukanlah hal yang mudah, terutama bagi pengusaha restoran yang baru berkembang. Untuk infrastruktur teknologi informasi restoran harus ditingkatkan dan dikaji dari waktu ke waktu. Namun berkat teknologi ERP, masalah yang kompleks ini dapat dipermudah. Potensi teknologi itulah yang ditawarkan oleh startup Eresto.
“Saya melihat masih banyak sekali proses bisnis yang bisa dioptimalkan dengan pengaplikasikan teknologi, dan sayangnya masih banyak yang belum melek soal ini. Waktu kita ini kan terbatas, apalagi di bisnis. Makanya ada istilah time is money. Seharusnya dengan bantuan teknologi, para pengusaha bisa menggunakan waktu dan resource-nya kepada hal-hal yang lebih strategis. Termasuk dalam bisnis restoran,” ucap Emille Junior, Co-founder sekaligus CEO Eresto kepada youngster.id belum lama ini di Jakarta.
Emille berpendapat salah satu kendala bagi pebisnis restoran pemula merupakan persoalan manajemen. Tidak sedikit restoran maupun kafe kecil yang gulung tikar pada tahun kedua akibat persoalan itu.
“Kami lihat belum ada teknologi sistem manajemen resto yang dapat membantu mereka, kebanyakan masih manual. Akibatnya, pemilik kafe maupun restoran kerap tak memperoleh gambaran dan umpan balik yang cepat terkait kinerja penjualan. Bukan hanya itu, berbagai aspek pengelolaan kafe dan restoran pun masih belum terintegasi dalam satu platform tersendiri,” ucapnya.
Berubah Model Bisnis
Eresto didirikan oleh lima anak muda yang berbasis dunia IT yakni Harland Firman Agus, Rifan Muhammad Fauzi, Emille Junior, Rofid Rahmadi, dan Evan David Christian. Menurut Emille, ide usaha rintisan ini sudah dimulai sejak tahun 2012 ketika mereka masih bersama duduk di bangku kuliah dan aktif mengikuti lomba entrepreneurship.
“Nama dan logo Eresto ini dicetuskan sejak 2012. Tetapi dulu model bisnisnya berbeda dengan sekarang, walaupun masih di dunia IT dan industri kuliner. Waktu itu produk Eresto sudah kami bawa saat kami menjadi tenant pada batch pertama di inkubasi Telkom Bandung Digital Valley,” ujarnya
Awalnya, Eresto adalah aplikasi yang mengulas berbagai menu hidangan restoran. Namun startup ini bertransformasi menjadi software as a service (SaaS) pada 2016. Menurut Emille, hal itu karena mereka melihat bahwa teknologi sistem manajemen restoran umumnya masih manual.
“Dengan sistem yang masih manual, pemilik kafe maupun restoran kerap tak memperoleh gambaran dan umpan balik yang cepat terkait kinerja penjualan. Bukan hanya itu, berbagai aspek pengelolaan kafe dan restoran pun masih belum terintegasi dalam satu platform tersendiri. Kendala ini yang membuat banyak usaha restoran akhirnya gulung tikar,” ungkapnya.
Ingin memecahkan masalah ini, Emille dan kawan-kawannya memutuskan untuk mengubah arah bisnis Eresto dan menyediakan solusi digital terintegrasi mulai dari sistem point of sales, aplikasi pemesanan, manajemen inventori, sampai platform akunting pemilik kafe dan restoran. Keseluruhan sistem itu dapat terintegrasi satu sama lain pada setiap cabang restoran yang terhubung secara real time.
“Pastinya kami menyediakan fitur selengkap mungkin. Integrated digital management restaurant system yang tersedia pastinya dapat mengelola restoran mulai dari basic, front, outlet sampai backend seperti persediaan stok gudang atau inventory serta fitur keuangan,” paparnya.
Sesungguhnya, sebelum mendirikan startup Eresto, pemuda kelahiran 12 Juni 1990 ini pernah bekerja di sebuah perusahaan media. Namun sedari awal jiwa entrepreneur-nya lebih kuat.
“Sebelum akhirnya mendirikan perusahaan ini saya sempat bekerja di salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia. Kini dengan merintis usaha sendiri kami bisa berperan besar dan bisa lebih idealis dengan langkah-langkah yang kami ambil. Kami juga bisa membangun budaya perusahaan kami sendiri,” ungkap Emille. Bersama teman-temannya dia juga mendirikan Newbee Corp.
“Dari awal memang tidak ada minat menjadi karyawan. Mungkin di jaman itu sedang mulai booming trend tech-startups, banyak banget inspirasi dalam menjadi entrepreneur. Salah satunya jelas Mark Zuckerberg, yang waktu itu kisahnya diangkat ke layar lebar. Jelas ada tuntutan ekonomi, tapi lebih ke jangka panjangnya. Waktu itu saya merasa kebutuhan hidup semakin lama semakin tinggi, dan penghasilan sebagai karyawan akan selalu ‘kejar-kejaran’ dengan kebutuhan hidup. Dari situ saya bertekad memanfaatkan waktu muda ini membangun passive income, sehingga nantinya bisa hidup tenang di masa tua,” sambungnya.
Di sisi lain, putra bungsu dari Emille Juliant dan Yessi Patricia ini mengaku bahwa untuk mengembangkan startup butuh pengorbanan besar. “Tapi kalau dukanya waktu kerja dan waktu pribadi itu hampir nggak ada batasnya, karena mau nggak mau kami harus memastikan perusahaan bisa terus berkembang. Dan secara ekonomi, harus bisa survive tanpa penghasilan, atau bahkan menggunakan dana pribadi. Karena proses membangun perusahaan itu kan panjang, nggak bisa instan. Kami harus selalu mendahulukan kepentingan perusahaan, terutama para karyawan yang sudah banting tulang bekerja untuk perusahaan. Tapi semua dukanya sudah menjadi resiko yang kami sadari sejak awal, dan insyaallah kami selalu yakin hanya sementara saja dan nantinya akan menuai hasil yang sepadan,” ungkapnya panjang lebar.
Tak Hanya Resto Besar
Kini Eresto telah bertumbuh pesat dengan bergabungnya puluhan klien restoran besar yang memiliki puluhan gerai di Bandung. Menurutnya, klien pengguna platform itu sebagian besar beroperasi di Bandung, sebagian lainnya berada di Jakarta. Antara lain: Korintji, Bober, Raja Uduk, Ponyo, Kaleyo, dan masih banyak lagi.
“Semoga tahun ini bisa mulai masuk ke Bali, Sumatra, dan Kalimantan. Sudah ada beberapa jaringan restoran di sana yang mengajukan permintaan untuk menggunakan Eresto,” klaim Emille.
Emille bersyukur perkembangan itu terjadi selepasnya Eresto dari batch pertama di inkubasi Telkom Bandung Digital Valley. Dukungan dari berbagai pihak terus di dapatnya, dan salah satunya datang dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
“Bekraf sangat membantu kami pelaku startup dengan event-event yang selalu membuka peluang untuk kami bertemu dengan calon client, partners, dan juga investor. Khususnya di ajang Startup World Cup tahun 2017 lalu, kami menang sebagai Wild Card Winner dan berangkat ke event final di amerika bulan Mei lalu, “ kenang Emille Junior.
Tak cukup sampai disitu, keberuntungan masih sangat berpihak dengan Emille dan rekannya di Eresto. Pasalnya, dengan modal yang terbilang nol rupiah membangun perusahaan rintisan ini. Ia sudah memperoleh penghasilan dari projek-projek yang sebelumnya dilakukan.
“Modal awal bisa dibilang nol, karena kami membuat produk ini berawal dari projek-projek. Jadi sebelum produknya jadi, kami sudah menghasilkan uang. Dan uang itu yang kami gunakan untuk mendevelop produk dan membangun perusahaan,“ paparnya.
Dia mengatakan bahwa layanan Eresto tidak hanya menyasar pemilik restoran besar, tetapi juga pelaku bisnis kecil seperti kafe ataupun rumah makan. “Yang ingin kami buktikan, restoran kecil pun mampu mengadopsi sistem ERP dan berkembang menjadi besar,” ujarnya.
Bahkan, platform itu berencana mengembangkan layanan baru kepada klien, seperti fitur menjaring koki dan staf berpengalaman berdasar rekomendasi. Eresto sudah menjalin kerja sama dengan Indonesian Chef Association serta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia untuk mengembangkan layanan itu.
“Kami punya misi besar untuk memberikan solusi lengkap untuk industri kuliner ini. Bukan hanya untuk para pebisnisnya, tapi juga untuk para customer, supplier, employee, dan juga pemerintah. Targetnya adalah para pelaku bisnis restoran, “ tutup Emille.
=================================
Emille Junior
- Tempat Tanggal Lahir : 12 Juni 1990
- Pendidikan : Teknik Informatika Telkom University
- Mulai Usaha : 2016
- Nama Platform : Eresto Digital Solution (Eresto)
- Nama Perusahaan : PT Eresto Digital Indonesia
- Modal Awal : Rp 100 juta
- Omset : Rp 50-100 juta/bulan
- Jumlah Karyawan : 13 orang
Prestasi:
- Startup World Cup tahun 2017 Pemenang sebagai Wild Card Winner
- APICTA 2013
- Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2013
=====================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post