youngster.id - Indonesia telah berhasil menembus posisi ke-16 di dunia dalam hal pendapatan melalui game. Ini mengalahkan negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Sayangnya, industri game tanah air belum jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Hal ini diungkapkan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf. Ia mengatakan, industri game tanah air diam-diam telah berkembang pesat namun maish kalah bersaing dengan game dari luar negeri.
“Nilai pasar game Indonesia untuk 2015 itu US$321 juta. Tahun 2016 US$600 juta dan 2017 US$880 juta. Market games ini pasti sudah berkembang terus tapi tidak ada artinya kalau belum dinikmati oleh development games Indonesia itu sendiri,” kata Triawan Sabtu (29/7/2017) di Expo Hall, Balai Kartini, Jakarta.
Dia juga menilai dari sisi regulasi industri game tanah air masih lemah. “Untuk langkah-langkah sekarang ini bagaimana memperjuangkan games lokal, pembuat-pembuatnya untuk bisa bersaing dan bisa memasarkannya secara internasional. Tentunya banyak sekali yang kami lakukan, saya mau identifikasi lebih lanjut karena perkembangan ini luar biasa. Tahun lalu banyak hambatan saat ini bisa menembus,” ucap Triawan.
Menurut Triawan regulasi bukan pemberian insentif. ” Misalnya salah satu contoh tadi ada keluhan bahwa kita tidak diberikan development kit oleh para pemain besar di luar negeri terutama di Jepang, saya ingin mendapat informasi yang detail mengenai ini,” ungkapnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa pendapatan game di Indonesia sebagian besar masuk ke “kantong” pelaku industri luar negeri, termasuk game-game yang dibuat oleh developer mancanegara. Hanya kurang dari 1% saja pendapatan tersebut yang masuk ke developer dalam negeri dengan memainkan game-game lokal.
“Jadi kami ingin terobosan-terobosan agar bisa menembus pasar lokal lebih besar lagi,” pungkasnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post