youngster.id - Pertumbuhan bisnis rintisan (startup) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memang luar biasa. Nama-nama usaha rintisan baru terus bermunculan.
Antusiasme anak-anak muda Indonesia untuk melahirkan usaha rintisan yang kreatif semakin meningkat, seiring bermunculannya sumber pendanaan. Mulai dari angel investor, venture capital (VC) hingga inkubator.
Bahkan, belakangan perusahaan-perusahaan pun, selain membuat VC atau inkubator, juga punya program khusus untuk mendorong munculnya startup baru, baik yang berbasis digital, kreatif non-digital, maupun berorientasi sosial. Misalnya, Bank Mandiri punya program Wirausaha Muda Mandiri, Telkomsel punya program The NextDev atau Indosat Ooredoo dengan program IWIC-nya. Juga, Bank Danamon, Bank DBS Indonesia, dan Dompet Dhuafa, yang memiliki program untuk mendukung bisnis rintisan yang berorientasi sosial, dan masih banyak lagi.
Menariknya, tak sedikit dari startup ini dibangun dengan pendanaan yang sangat fantastis. Dana ratusan miliar hingga triliunan Rupiah “dibakar” untuk mendukung program promosi, dan ekspansi. Hasilnya? Sejauh ini, umumnya masih merugi.
Tetapi, boleh jadi: ndak apa-apa merugi, demi memperbesar valuasi. Plus, mengejar status sebagai Unicorn Startup—sebutan bagi perusahaan rintisan yang valuasinya lebih dari US$ 1 miliar atau tembus Rp 10 triliun. Di dunia, beberapa startup yang masuk kategori ini seperti Garena (perusahaan game) dengan valuasi US$ 3,75 miliar, Grab dengan valuasi US$ 1,6 miliar, dan Lazada dengan valuasi US$ 1,5 miliar.
Berikut adalah enam startup yang dibangun dengan gelontoran dana luar biasa—investasi di atas Rp 500 miliar. Dan, lima dari startup haus modal ini bergerak di bisnis e-commerce:
- Bukalapak
Bukalapak.com merupakan salah satu startup e-commerce, dengan konsep marketplace. Startup ini didirikan oleh Ahmad Zaky pada tahun 2011. Hingga pertengahan tahun 2016, Bukalapak telah memiliki sekitar 450 ribu penjual. Aplikasi Bukalapak di Play Store sudah diunduh oleh 5 juta pengguna.
Setahun setelah diluncurkan, Bukalapak mendapatkan pendanaan dari beberapa investor. Antara lain, dari Batavia Incubator dan GREE Ventures (2012). Lalu, pada Februari 2014, Bukalapak kembali mendapatkan investasi dari Aucfan, IREP, 500 Startups, and GREE Ventures. Pendanaannya masih dalam jenis Serie A.
Pendanaan Serie B mulai diperoleh Bukalapak ketika pada 6 November 2014 EMTEK (Elang Mahkota Teknologi) masuk menanamkan modalnya sebesar Rp 29 miliar. Pada awal 2015, EMTEK kembali menyuntikkan dana investasi sebesar Rp 123,69 miliar. Pada Agustus 2015 tambahan investasinya sebesar Rp 215,4 miliar. Dan, tiga bulan kemudian mendapat lagi suntikan modal sebesar Rp 280 miliar.
Walaupun valuasi Bukalapak naik 2-3 kali lipat, jadi lebih dari Rp 3 triliun, tapi e-commerce ini masih “berdarah-darah”.
- Blibli
Blibli.com adalah salah satu startup e-commerce yang mengusung konsep sebagai online mall. Dengan konsep itu Blibli berharap masyarakat yang terbiasa belanja di mall bisa menemukan barang yang mereka cari dengan mudah dan menyenangkan dimanapun dan kapanpun.
Blibli diluncurkan pada 25 Juli 2011 oleh PT Global Digital Niaga (GDN)—Djarum Group. Pada tahap awal, GDN menyuntikkan dana investasi sebesar US$ 10 juta.
Menurut Kusumo Martanto, CEO Blibli.com, hingga akhir tahun 2015, total investasi yang telah dibenamkan GDN untuk mendukung pengembangan Blibli telah mencapai US$ 100 juta atau setara Rp 1,4 triliun.
- elevenia
elevenia.com merupakan platform marketplace, yang diperkenalkan awal 2014 oleh PT XL Axiata dan SK Planet dari Korea Selatan. Pada tahap awal, funding untuk elevenia sebesar US$ 18,3 juta.
elevenia mengklaim telah memiliki rata-rata 20 ribu transaksi per hari, 4 juta produk yang tersedia di desktop dan aplikasi, 30 ribu penjual, dan 2 juta anggota yang terdaftar. Hingga Januari 2016, secara keseluruhan, kunjungan di situs dan aplikasi elevenia berjumlah 40 juta pengunjung.
Pada awal tahun 2016, elevenia kembali mendapatkan pendanaan dari pemiliknya, sebesar US$ 50 juta atau sekitar Rp 695 miliar. Secara keseluruhan jumlah total investasi yang didapatkan elevenia sejak awal didirikan, telah mencapai sekitar $110 juta atau setara Rp 1,5 triliun.
- Tokopedia
Tokopedia.com merupakan salah satu mal online di Indonesia yang mengusung model bisnis marketplace dan mall online. Tokopedia memungkinkan setiap individu, toko kecil dan brand untuk membuka dan mengelola toko online. Tokopedia didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada Februari 2009.
Tokopedia mendapatkan seed funding (pendanaan awal) dari PT Indonusa Dwitama (2009). Lalu, Tokopedia kembali mendapatkan suntikan dana dari pemodal ventura global seperti East Ventures (2010), Cyber Agent Ventures (2011), Netprice (2012), and SoftBank Ventures Korea (2013).
Pada Oktober 2014, Tokopedia berhasil mencetak sejarah sebagai perusahaan teknologi pertama di Asia Tenggara, yang menerima investasi sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet and Media Inc (SIMI). Pada April 2016, Tokopedia kembali mendapatkan investasi sebesar US$ 147 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun.
- Go-Jek
Go-Jek merupakan startup transportasi berbasis aplikasi online. Perusahaan ini didirikan tahun 2010 oleh Nadiem Makarim. Kini, layanan Go-Jek tersedia di wilayah Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Solo, Malang, Yogyakarta, Balikpapan dan Manado.
Hingga pertengahan 2016, aplikasi Go-Jek sudah diunduh sebanyak hampir 10 juta kali di Google Play, dan App Store. Selain itu, Go-Jek telah memiliki 200.000 mitra pengemudi mobil dan motor di Indonesia, memiliki 35.000 mitra penjual di layanan GoFood, dan memiliki 3.000 mitra untuk on-demand services.
Maklum, selain layanan ojek yang bisa dipesan online, Go-Jek juga memiliki beberapa layanan lain seperti antar-kirim barang (Go-Send), jasa pijat (Go-massage), salon (Go-Glam), pemesanan kendaraan angkut (Go-Box), sampai jasa bersih-bersih (Go-Clean).
Selama ini, Go-Jek telah meraih pendanaan dari sejumlah investor. Antara lain Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures dan Formation Group.
Dan, pada Agustus 2016, Go-Jek kembali mendapat suntikan dana yang sangat besar dari Kohlberg Kravis Robert & Co (KKR & Co) dan Warburg Pincus LLC. Nilai investasinya sebesar US$ 550 juta atau setara Rp 7,2 triliun.
TechCrunch menyebut dengan bantuan dana sebesar itu, valuasi Go-Jek meningkat menjadi US$ 1,3 miliar atau Rp17 triliun. Ini telah membuat Go-Jek masuk ke dalam kategori Unicorn Startup.
- MatahariMall
MatahariMall.com adalah situs perdagangan daring, sebagai salah satu anak perusahaan dari Lippo Group. MatahariMall.com diluncurkan pada 9 September 2015.
Sejak awal kemunculannya, MatahariMall langsung membuat kejutan. Sebab, dana investasi awal yang dibenamkan Lippo Group untuk mendukung pengembangan MatahariMall ini sangat fantastis, yaitu sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 6 triliun.
Tak berhenti di situ. Pada Oktober 2016, pihak MatahariMall mengumumkan telah mendapatkan tambahan investasi sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun dari perusahaan konglomerasi asal Jepang, Mitsui & Co.
Dengan adanya suntikan dana investasi dari Mitsui & Co itu telah membuat MatahariMall sebagai startup e-commerce dengan valuasi terbesar di Indonesia. Bahkan, dukungan dari Mitsui itu semakin memperkuat dan menjadikan MatahariMall.com sebagai salah satu startup berstatus Unicorn. (*AMBS/dari berbagai sumber)
Discussion about this post