youngster.id - Bisnis e-commerce yang menyediakan layanan belanja online dengan cara yang mudah, aman dan praktis terus bertumbuh di Indonesia. Dari sekian banyak produk e-commerce yang dipasarakan secara online, ternyata kategori fesyen merupakan produk yang paling banyak dicari oleh para pembeli.
Salah satu e-commerce yang jeli menangkap peluang, dengan menawarkan beragam produk fesyen yang branded adalah Berrybenka.
Startup yang berdiri pada tahun 2012 ini menjual lebih dari 1.000 merchand lokal dan internasional dengan 20 ribu ragam produk dari busana, sepatu, tas, kosmetik dan aksesori. Termasuk busana muslim lewat Hijabenka, serta produk kaum pria. Tak heran jika Berrybenka adalah salah situs e-commerce fesyen terbesar asli dari Indonesia.
Jason Lamuda adalah sosok di balik nama besar Berrybenka. Dia mengaku punya keyakinan, melihat perekonomian di Indonesia setiap tahunnya selalu bertumbuh, akan terus muncul peluang baru untuk membesarkan perusahaan rintitsan ini. Malahan diyakininya, makin banyak bertumbuhnya perusahaan e-commerce di Indonesia, nantinya akan semakin banyak pula customer yang ingin melakukan cara berbelanja melalui online.
“Kami melihat eknomi dunia semakin bertumbuh, dan hal ini juga terjadi di Indonesia. Bahkan, kami merasa customer makin percaya mendapatkan keperluannya dengan cara berbelanja online, karena lebih mudah dan lebih murah serta pilihannya banyak. Orang yang tadinya nggak pernah belanja online, sekarang jadi mau melakukannya,” ungkap Jason kepada Youngsters.id.
CEO dan Co-Founder PT Berrybenka ini menyatakan saat ini pasar Berrybenka di wilayah Jabodetabek mencapai 40%. Kemudian 30% pelanggan mereka berada di wilayah lain di Pulau Jawa, dan sisanya di luar pulau Jawa. Menariknya, Berrybenka menerapkan strategi omni channel, yakni memadukan kenyamanan online melalui website atau aplikasi dengan toko offline. Ada 14 pop-up store Berrybenka di seluruh Indonesia.
Suksesnya strategi ini menjadi landasan Berrybenka untuk semakin serius menjalankan strategi ini dalam mencapai target pertumbuhan yang stabil di angka 300% pada 2017. “Kami optimis dalam menyongsong tahun 2017 ini,” ungkap Jason.
Dia semakin yakin karena startup ini baru saja memperoleh investasi di kuartal IV 2016 dari beberapa investor ternama. Antara lain Maj Invest Private Equity, Asia Summit Capital, Softbank-Indosat Fund dan beberapa investor local, dengan nilai sebesar 8 digit di dalam Dollar Amerika.
“Tahun ini kami memiliki beberapa fokus bisnis utama, yaitu memperkuat omni-channel (kombinasi online dan offline), chat-commerce dan beberapa program lainnya,” imbuh Jason.
Karena Passion
Menurut Jason, peluang pasar e-commerce telah terbuka “Sekarang market sudah ada, tinggal bagaimana kita bisa mengekseskusinya atau tidak,” ujarnya.
Situasi ini jauh berbeda ketika dia baru memulai terjun ke bisnis e-commerce. Sebelum berkiprah di Berrybenka, Jason adalah co-founder dari situs daily deals Disdus, sebelum kemudian diakusisi oleh Groupon. Dia sempat menjabat Country Director Groupon Indonesia sebelum memutuskan untuk keluar dan mulai dari nol di startup baru.
“Passion saya adalah untuk membangun e-commerce di Indonesia lebih besar lagi,” ujar pria pemegang gelar Master di bidang Financial Enginering dari Columbia University ini.
Dia pun memutuskan masuk ke toko online ini yang didirikan oleh istrinya, Claudia Widjaja bersama rekannya Yenti Elizabeth di awal tahun 2012. Jason ikut bergabung Mei 2012, dan kemudian situs Berrybenka meluncur pada Maret 2013 dengan tagline “Fashion is Just a Click Away”.
“Awalnya kami hanya bertiga. Sekarang kami punya sekitar 250 orang karyawan yang ada di Jakarta dan Tangerang untuk membantu membesarkan kelangsungan Berrybenka,” kenangnya bangga.
Ketika awal membuka toko online, mereka menawarkan produk sendiri. Ketika itu, Jason mengaku hanya mengandalkan dua penjahit saja. Langkah itu terbilang nekad, mengingat pasar yang masih belum menentu. Belum lagi keterbatasan sumber daya manusia. Namun mereka bertekad untuk menawarkan produk dengan kualitas yang terjamin dan harga yang terjangkau.
“Kalau diingat lagi, dulu itu kami hanya punya 2 penjahit. Sekarang telah jauh lebih banyak. Kami yang awalnya hanya membuka penjualan online kini selama perjalananya usaha kami itu berkembang dan memiliki toko offline. Saya merasa duka itu telah menjadi suka,” klaim Jason sambil tertawa.
Pria kelahiran Jakarta 30 September 1986 juga mengingat bagaimana selama lima tahun mereka mengalami banyak rintangan. Mulai dari jumlah pembeli yang cenderung naik turun. Hingga gudang di kawasan Daan Mogot kebanjiran. “Kami pernah mengalami hal itu. Sekali naik, sesudah itu turunnya lama. Begitu juga ketika gudang kami kebanjiran dan sekitar 15% barang yang kami punya rusak. Belum lagi kami pernah kecurian dan masih banyak masalah lain,” kisah Jason.
Namun semua itu tidak mematahkan semangat Jason. Dia mengaku, mereka memutuskan untuk bisa mengembangkan bisnis online retail. Mulai dari mengumpulkan produk-produk dari merchan terpilih hingga pergudangan, penjualan, hingga layanan purnajual dilakukan. Berrybenka kini memiliki gudang di area BSD Tangerang Selatan seluas 4.400 meter persegi dengan kapasitas 1,1 juta unit barang.
“Ada 3 hal di sini yang kami lakukan, pertama produknya harus lebih bagus, begitu juga kuantitasnya harus banyak. Kedua, kami bertindak sebagai pemain online dan offline. Kami mencoba membangun dalam memudahkan pelanggan mencari barang-barang fashion yang diperlukan. Terakhir, cara kami ini dengan membangun teknologi. Karena kami percaya, bahwa di dunia digital sekarang ini teknologi sangat berperan sekali. Oleh karena itu, lebih dari 45% penjualan barang yang ada pada kami ini lewat mobile app,” paparnya.
Terus tumbuh
Suksesnya strategi ini menjadi landasan Berrybenka untuk semakin mengembangkan usaha. Bahkan, Jason menetapkan target pertumbuhan yang stabil di angka 300 % pada 2017. “Tahun ini kami memiliki beberapa fokus bisnis utama, yaitu memperkuat omni-channel (kombinasi online dan offline), chat-commerce dan beberapa program lainnya,” imbuh Jason.
Berrybenka mencatat satu juta pelanggan aktif bulanan. Demografi pelanggan Berrybenka adalah pria dan wanita dengan rentang usia 20-35 tahun. Kebanyakan berstatus pekerja pemula dan mahasiwa. Nilai rata-rata transaksi untuk setiap pelanggan adalah Rp 300 ribu.
Tahun ini Berrybenka juga merencanakan untuk membuka sekitar 20 pop-up stores dan beberapa gerai permanen untuk semakin memanjakan para pelanggan setianya. Adapun kelebihan gerai offline Berrybenka dibandingkan dengan gerai retail fashion lainnya adalah fitur “COD 2.0” dan “Retur di Toko”.
Bahkan, menurut Jason, Berrybenka menawarkan beragam keuntungan seperti retur produk gratis hingga 30 hari setelah barang diterima, gratis biaya pengiriman ke seluruh wilayah Indonesia untuk semua pembelanjaan di atas Rp 200.000 serta Cash on Delivery (COD) di lebih dari 55 kota dan 2.400 kecamatan di seluruh Indonesia.
“Fitur ini dapat memberikan pengalaman berbelanja yang lebih nyaman, mudah dan terpercaya kepada seluruh konsumen Berrybenka. Layanan ini baru pertama kali dilakukan oleh perusahaan fesyen di Indonesia,” ucapnya.
Dalam satu tahun terakhir, Berrybenka juga telah merambah ke produk busana muslim lewat situs Hijabenka serta produk untuk kaum pria. “Tapi kategori yang paling laris tetap produk clothing wanita,” ujarnya.
Selain itu, melihat pertumbuhan yang signifikan dari koleksi private label, yakni mampu mencapai lebih dari 40% dari total penjualan, Berrybenka pun akan memperkenalkan kategori lainnya yakni Berrybenka Curve dan Berrybenka Premium. “Kami melihat ceruk pasar yang besar untuk produk plus size, sehingga kami ingin meluncurkan lebih banyak koleksi Berrybenka Curve,” kata Jason.
Untuk pelayanan, Jason juga mengembangkan layanan baru kepada pelanggan melalui inisiatif Chat Commerce. Layanan ini memungkinkan pelanggan Berrybenka melakukan pembelanjaan melalui aplikasi chat seperti Whatsapp, Facebook messenger, LINE, dan live chat.
Semua itu, kata Jason untuk kepuasan pelanggan Berrybenka. “Komitemen kami untuk menyediakan great customer experience,” ucapnya.
Jason juga yakin bisnis e-commerce akan berkembang pesat. Bahkan, Jason tidak khawatir dengan peta persaingan, karena dia melihat ini sebagai ekosistem yang baik bagi perkembangan startup di Indonesia. “Wirausahawan itu sebenarnya sudah ada sejak dulu. Cuma dengan adanya dunia digital, dunia smartphone telah memudahkan orang untuk berusaha. Oleh karena itu, ke depan kegiatan ini masih akan berkembang pesat dan akan dapat membuka kesempatan usaha bagi banyak orang,” pungkas Jason.
============================================
Jason Lamuda
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1986
- Pendidikan Terakhir : Tehnik Finance S2 Colombia Universitas
- Jabatan : CEO & Co-Founder Berrybenka
- Nama Perusahaan : PT Berrybenka
- Mulai Usaha : 2012
- Modal Awal : –
- Pelanggan aktif : 1 juta/bulan
- Nilai transaksi rata-rata/pelanggan : Rp 300 ribu
- Demografi : pria/wanita/20-35 tahun
- Jumlah karyawan : 250 orang
============================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post