youngster.id - Industri kreatif di Indonesia semakin tumbuh dan berkembang saat ini. Masing-masing pelaku memiliki cerita berbeda-beda dalam membangun usahanya. Namun, mereka umumnya berangkat dari imajinasi, ide-ide liar, dan bertahan dengan komitmen untuk menjalankan usahanya meskipun perjalanan tidak selalu mulus.
Kementerian perindustrian menyebut kontribusi industri kreatif terus meningkat terhadap produk domestik bruto (PDB). Pada 2015, sektor ini menyumbang Rp 852 triliun. Pada 2016, mencapai Rp 923 triliun. Sedangkan, pada 2017 bertambah menjadi Rp 990 triliun.
Menariknya, para pelaku industri kreatif masih didominasi oleh rentang usia di antara 30-59 tahun. Mereka mewujudkan impian jadi wirausaha dengan mengerahkan segala ide kreatif, kerja keras dan inovasi termasuk memanfaatkan kemajuan teknologi, terutama media sosial sebagai media usaha.
Seperti yang dibuktikan Kania Annisa Anggiani, founder dari Chic & Darling, e-commerce yang menjual produk home décor dan home goods. Mulai dari bantal, taplak meja scarf, apron, note book, tas hingga barang pecah belah seperti mug dan mangkok yang dipasarkan melalui media sosial instagram.
Produk dengan rancangan yang kreatif dan unik dari Kania ini mulai dipasarkan pada tahun 2013. Kreatifitas yang ditampilkkan Chic & Darling ini segera menarik perhatian masyarakat. Buktinya mereka telah memiliki lebih dari 90 ribu followers di akun Instagram-nya, yang terdiri dari masyarakat umum hingga artis papan atas.
“Chic & Darling sadar akan pentingnya kreasi, terobosan baru dan inovasi. Terutama di dunia online yang bergerak dengan pesat serta kebutuhan konsumen, akan adanya pelayanan yang user friendly dan pengalaman browsing di website kami yang lebih menyenangkan lagi. Maka selama lima tahun kami belajar untuk menghadirkan kreatifitas dan inovasi terus menerus,” ungkap Kania saat ditemui youngster.id di Senayan City, Jakarta.
Sesungguhnya bisnis ini bermula ketika Kania memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga penuh dengan dua anak. Sebelumnya dia adalah seorang creative producer di media broadcast di FremantleMedia. Namun setelah berumah tangga, dan kehadiran buah hati, membuat dia harus beristirahat total dan meninggalkan pekerjaan yang telah ditekuni selama 15 tahun. Akibatnya, sesudah melahirkan Kania mengalami postpartum syndrome. Untuk mengatasi itu dia harus punya kesibukan lagi.
“Setelah konsultasi, saya diarahkan terapi untuk mencari kesibukan atau melakukan hal-hal yang disukai di luar kegiatan mengurus bayi. Kebetulan saat itu, Instagran tahun 2013 baru booming, dari situ saya mendapat inspirasi banyak dan melihat ada banyak profil orang membuat usaha. Dari situlah akhirnya saya memutuskan untuk memulai usaha,” kisahnya.
Usaha yang dipilh adalah produk home décor. “Ide awalnya adalah untuk mengakomodasi kebutuhan saya pada barang yang indah dan fungsional untuk digunakan di sekitar rumah, dan saya juga ingin membuat pekerjaan saya sendiri. Ternyata kesibukan ini menjadi keajaiban bagi saya. Sakit saya hilang, bahkan bisa menemukan jalan untuk berwirausaha,” ungkap Kania bersemangat.
Penyaluran Kreativitas
Akhirnya, dengan bermodalkan uang sekitar Rp 500 ribu dan semangat yang besar, Kania mulai membuat produk kerajinan tangan dengan cita rasa seni.
“Saya memulai bisnis ini bukan hanya untuk mencari uang, karena saya ini memang butuh penyaluran kreatifitas,” ujarnya.
Awalnya, Kania membuat bantal. Materi yang digunakan bukan dacron, tetapi silicon yang aman. Sedangkan untuk sarung bantal dia mengkreasikan kain perca. “Sedari awal saya komitmen ingin membuat produk kreatif yang aman untuk anak dan keluarga di rumah. Saya bekerja dari hati,” ujarnya.
Kania sama sekali tak menyangka produk kreatifnya akan direspon positif pasar. Awalnya pembeli datang dari orang-orang dekat. Hal ini membuat Kania jadi semakin bersemangat dan memasang produknya melalui media sosial Instagram.
“Mungkin karena saya mulai dengan ketulusan, orang jadi bisa merasakan energinya. Sehingga mereka antusias akan produk ini. Melihat respon bagus dari Instagram, akhirnya saya mulai serius menekuni bisnis ini,” ucapnya.
Pertama Kania hanya membuat 50 buah bantal yang terbuat dari kain perca yang didapat dari daerah Cipadu Bandung. Kania mengaku waktu itu dia berkeliling sendiri mendatangi sejumlah toko usaha konveksi untuk mendapatkan bahan baku. Bahkan, kadang dia kasbon dulu dan baru membayar para supplier itu di akhir bulan. Hal itu selain menekan biaya, juga mempermudah dirinya dalam membuat pembukuan.
Usahanya berbuah manis. Dari produksi 50 buah, meningkat jadi 100 buah hingga jadi 800 buah per bulan. Dalam dua bulan modal yang dia keluarkan sudah kembali. “Dari keuntungan yang saya dapat itu hasilnya saya kumpulkan untuk membuat produk kreatif dalam jumlah besar,” kata Kania.
Kini, selain memiliki 15 tim tetap, Kania juga mengandeng para pengrajin lokal sebagai tenaga pendukung. Mereka berasal dari Bandung, Jakarta dan Yogyakarta.
Kania menyadari bahwa latar belakangnya memang bukanlah tentang seni dan produk. Tetapi dia punya modal utama yaitu kreativitas.
“Apa yang saya pelajari dulu di kuliah sebenarnya sangat kepakai saat mulai berwirausaha. Pekerjaan saya di media juga memberi banyak pengalaman. Pada pekerjaan itu saya harus ‘menjahit’ semua orang, mulai dari kru, pembuat program hingga produser menjadi elemen untuk menjadi suatu tontonan di TV. Nah, sekarang sebagai pengusaha saya menjahit untuk sekian banyak orang dari supplier ke vendor, dari vendor ke karyawan, dan kemudian konsumen. Jadi passion saya memang kreatif,” tegas Kania.
Berani Eksplorasi
Diakui Kania, dia tak memiliki startegi khusus dalam memasarkan produk kreatif unggulannya ke khalayak. Namun dia dan tim berusaha selalu merawat para konsumen sehingga menjadi pembeli yang loyal.
“Jujur aja, saya nggak memiliki strategi apa-apa, terutama dalam hal pemasaran memperkenalkan produk Chic & Darling ini ke masyarakat. Tetapi, setiap ada pembeli saya selalu me-maintain mereka lewat tim yang kami punya sehingga mereka tetap percaya pada produk yang kami berikan. Dari situ nanti biasanya mereka akan menjadi konsumen loyal. Saya yakin kalau konsumen puas, mereka akan menceritakan pengalaman mereka ketika telah memiliki produk kreatif ini. Karena dari cerita ke cerita yang disampaikan ke orang lain itu, nanti akan menarik perhatian yang lain kepingin mengetahui dan produk- produk yang kami buat ini,” terangnya.
Seiring waktu, bisnis Chic & Darling terus membesar, dan barang-barang koleksinya makin dicari konsumen yang ingin membuat rumah mereka terlihat lebih homey. Kania pun menyadari, agar produknya terus dicari konsumen, ia harus terus mengembangkan kreativitas, apalagi pemain di bidang ini makin banyak.
“Saya tidak ingin hanya bergantung pada satu produk. Kalau mau maju, harus berani eksplorasi lebih banyak hal. Tahun 2014, saya melihat ada peluang untuk bermain dengan seni printing pada kain,” ungkap Kania.
Saat itu, ia melihat ada peluang besar menggabungkan seni dengan barang-barang yang bisa dipakai sehari-hari, salah satunya dekorasi rumah. Tidak hanya cantik dilihat, tapi juga memberikan nilai lebih karena ada unsur seninya. “Kami tentu ingin lebih baik dalam hal produk dan value. Dengan menambahkan seni, produk kami akan berbeda dari produk orang lain,” jelasnya.
Namun Kania sadar untuk hal baru butuh riset dan pengetahuan dasar. Untuk itu dia pun mengikuti berbagai kelas printing tekstil selama hampir satu tahun, sebelum akhirnya dia mengeluarkan produk art printing pertama pada tahun 2015.
“Tidak harus tahu semua hal tentang seni dan textile printing, tapi setidaknya kita punya pengetahuan dasar tentang hal tersebut. Seperti kreativitas, ini proses yang terus berjalan. Itu sebabnya, kita harus berani try and eror, karena tidak mungkin satu produk bisa langsung jadi. Kita akan menemukan yang terbaik seiring berjalannya waktu,” ungkap Kania.
Kini produk Chic & Darling telah berkembang dengan aneka produk yang digunakan sehari-hari. Omzet bisnisnya pun terus meningkat mencapai Rp 400 juta per bulan. “Kami sudah punya production plan. Tapi kembali lagi, karena ini proses kreatif, tidak bisa dipatok dan dipaksakan. Yang terpenting adalah menikmati prosesnya untuk mendapatkan karya yang baik. Penting untuk menghasilkan karya dari perasaan yang bahagia sehingga produk yang dihasilkan memberikan energi yang baik untuk orang yang membelinya,” ungkap Kania samnbil tersenyum.
Kania mengaku tidak terlalu memikirkan persaingan. Karena sedari awal dia fokus pada usaha yang dia bangun. “Saya berkompetisi dengan diri sendiri, karena kalau saya memperhatikan kompetitor saya bakal pusing. Saya memutuskan mindset dari awal adalah fokus pada diri saya dan perusahaan. Bagaimana kami harus tetap berjalan, tetap kreatif dan membaut sesuatu. Dan bagaimanan kami dapat memberi dampak kepada komunitas. Ini adalah visi, misi dan filosofi yang kami miliki,” pungkasnya.
==================================
Kania Annisa Anggiani
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 13 November 1982
- Pendidikan Terakhir : Bachelor of Communications Edith Cowan University, Australia
- Nama Usaha : Chic & Darling (PT Sasidra Multikreasi Nusantara)
- Mulai usaha : 2013
- Jabatan : Foundwer & CEO
- Modal Awal : sekitar Rp 500 ribu
- Jumlah Tim : 15 orang karyawan
- Omset : rata-rata Rp 400juta/bulan
=================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post