youngster.id - Membuat startup belakangan ini menjadi tren di kalangan anak muda. Mereka berlomba membuat perusahaan baru yang menghadirkan solusi demi mempermudah kegiatan sehari-sehari. Namun tidak semua berhasil menjadi bisnis yang berkelanjutan.
Kepala Program Inkubasi KIBAR, Octa Ramayana menilai, hal itu karena kadang anak muda mempunyai kecenderungan meniru startup yang telah muncul lebih dulu dan sukses. Akibatnya, konsep yang ditawarkan tidak jauh dari mengatasi masalah transportasi atau berbelanja.
“Kalau pun ingin bikin yang sama, sesuaikan dengan kebutuhan. Sesuai dengan apa yang orang-orang butuhkan, bukan hanya kebutuhan sendiri,” kata Octa yang juga pendiri Tonggak.id dalam diskusi di menara Kibar belum lama ini.
Menurut Octa startup yang akhirnya gagal, banyak disebabkan oleh kurang data yang tervalidasi. Dia mengutip survei laman qz.com, kurang data saat membuat startup menyebabkan bisnis tidak langgeng . Ada 54% yang tidak bisa berkembang, ada 46% kehabisan modal dan 34% kurang daya tarik.
Kekurangan data juga dapat berakibat pada kurang investor 25%, masalah teknis atau pada produk 24% dan tidak memenuhi kebutuhan pasar 23%. Kemudian, kalah dalam kompetisi (19%), masalah pengembangan konsumen (17%) dan kurang fokus (17%) juga masuk urutan teratas penyebab startup gagal akibat kekurangan data.
Sementara itu Direktur Eksekutif Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, Enda Nasution, berpendapat startup dapat menggunakan data untuk menemukan peluang bisnis.
“Misalnya fokus menyelesaikan masalah di area tertentu daripada di area yang sudah punya banyak pemain,” kata dia.
Enda, yang juga pegiat media sosial, mengingatkan tidak semua masalah berpotensi menjadi bisnis.
Startup yang dibuat anak muda sebaiknya berupa bisnis yang memiliki dampak sosial seperti menciptakan lapangan pekerjaan dan yang mempermudah kegiatan sehari-hari.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post