youngster.id - Industri fesyen merupakan salah satu jenis industri kreatif. Industri ini memiliki keunggulan dalam hal adaptasi terhadap perubahan zaman. Karena, industri ini menitikberatkan pada kretivitas dan inovasi pelaku industri. Dan, inovasi pun terus bergulir dari anak muda. Meskipun untuk itu mesti bermodal nekad.
Industri fesyen, yakni tekstil dan pakaian mengalami pertumbuhan yang signifikan di awal tahun 2019. Sepanjang tiga bulan pertama (Q1) pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi tercatat paling tinggi dengan mencapai 18,98%.
Capain tersebut naik signifikan dibanding periode yang sama tahun 2018 lalu yang berada di angka 7,46%, dan juga meningkat dari perolehan selama 2018 sebesar 8,73%. Berdasarkan data BPS, nilai ekspor produk fesyen pada tahun 2015 mencapai US$ 12,11 miliar, dengan pasar utama Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selanjutnya, kontribusi industri fesyen terhadap PDB nasional sebesar 1,21%. Sedangkan, sebagai sektor padat karya, industri fesyen mampu menyerap tenaga kerja sebanyak dua juta orang atau 14,7% dari total tenaga kerja di sektor industri.
Belakangan ini, industri fesyen lokal ramai dengan talenta-talenta muda. Hal ini sangat terkait dengan kemajuan teknologi. Para desainer lokal ini memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperkenalkan produk mereka ke khalayak ramai. Salah satunya adalah Laras Anggraini, founder dan CEO label busana siap pakai Smitten By Pattern.
Busana rancangan dari Laras ini sedang hits terutama di kalangan anak muda. Jika anda berselancar di dunia maya, maka akan mendapati Smitten By Pattern ini adalah busana berkarakter kontemporer yang terinspirasi dari buku anak-anak.
“Desain kami memang lebih berani bereksperimen. Jadi, tidak ikutan tren, dan lebih unik. Dan berkat teknologi maka pangsa pasar kami pun luas di seluruh Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat dan Papua,” klaim Laras saat ditemui youngster.id di acara “Dampak Tokopedia Terhadap Perekonomian Indonesia” baru-baru ini di Jakarta.
Bisnis yang baru dimulai 2017 ini memang menjadi contoh pertumbuhan bisnis yang pesat melalui platform toko online. Menurut Laras, dengan memanfaatkan teknologi, usaha yang dia bangun bersama sahabatnya Ella bisa bertumbuh pesat.
“Setelah saya gabung dengan Tokopedia empat bulan pertama peningkatan penjualan hingga 200% atau 10 kali lipat,” ujarnya sambil tersenyum.
Keluarga Pegawai
Laras mengaku tidak bermimpi akan menjadi pengusaha, apalagi di bidang fesyen. Lagipula perempuan berusia 26 tahun ini dibesarkan di lingkungan keluarga dengan latar pegawai bank atau BUMN.
“Saya tidak pernah menyangka bisa berprofesi pedagang seperti sekarang ini. Karena di keluarga saya tujuh turunan enggak ada yang jadi pedagang, mereka rata-rata kerja di BUMN atau bank,” ucap Laras sambil tertawa.
Tetapi dia mengaku bahwa sejak SMA memang senang membuat desain. Bahkan bersama Ella, dia suka membuat desain kain dengan motif unik, pattern design. Rupanya hobi itu terus terpelihara meski Laras memutuskan untuk meneruskan tradisi menjadi pekerja kantoran. Di sela-sela kesibukan itu dia bersama Ella membuat produk busana siap pakai.
“Kami berdua ingin punya usaha yang menyalurkan hobi desain. Karena itu bermodal tabungan Rp 12 juta, kita akhirnya membangun Smitten by Pattern. Saat itu baru satu saja produk yang kita produksi: scarf karena mudah dibuatnya, jahit pinggirannya, selesai deh,” kata Laras. Mereka pun memutuskan berjualan melalui media sosial Instagram.
Menurut Laras, kelebihan dari Smitten by Pattern adalah desain yang kotemporer dengan warna-warna yang cerah. “Yang bikin beda karena kita desainya unik kontemporer, bahkan inspirasinya datang dari mana saja seperti dari buku cerita anak yang kita aplikasikan pada pola,” ucapnya.
Ternyata membuka usaha sendiri tidak semudah yang dibayangkan Laras. Selain dia tidak mempunyai bekal ilmu berbisnis, Laras juga harus membagi waktu, antara bisnis dengan pekerjaannya di kantor yang kerap lembur.
Bahkan, Laras mengaku pernah merasa lelah dan mau menyerah. Pasalnya, selain merasa lelah, dia juga pernah mengalami rugi, hingga sering terjadi beda pendapat dengan rekannya. “Tetapi, semua orang menguatkan, terutama orang di sekitar. Keluarga yang bilang: Smitten sudah setengah jalan, jangan menyerah, lanjutkan. Itu membuat aku semangat kembali,” ungkapnya.
Tantangan-tantangan yang dihadapi memotivasinya untuk memikirkan bagaimana cara mengembangkan Smitten by Pattern. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bergabung dengan e-commerce, Tokopedia.
“Sebelum gabung jadi seller Tokopedia, kita research dengan lokal brand lain yang lebih dulu gabung di Tokopedia. Ternyata review di sana bagus, apalagi Tokopedia juga sudah punya nama, ya siapa sih yang enggak tahu Tokopedia – orang jangkauannya sudah ke 97% kecamatan di Indonesia. Selain itu banyak fitur yang memudahkan kita untuk lebih dekat dengan calon customer,” akunya.
Setelah bergabung dengan e-commerce, Laras merasakan dampak yang luar biasa. Penjualannya semakin meningkat berkat fitur yang disediakan Tokopedia. Menurut Laras, lebih dari 80% pembelian lewat toko daring.
“Sejak itu kami lebih berani bereksperimen. Jadi enggak ikut tren dan lebih unik. Selain itu, kami mendapat bonus pasar lain di luar Jawa seperti pengiriman ke Papua dan Nusa Tenggara Barat. Dalam setahun kami merilis 3 koleksi utama baru,” katanya lagi.
Berhenti Kerja untuk Fokus ke Bisnis
Awalnya Laras merasa produknya punya pasar yang sangat terbatas. “Dulu saya merasa segmen Smitten by Pattern niche. Bahkan segmented, hanya di kalangan tertentu saja,” ujarnya. Namun, ketika bergabung dengan e-commerce, brand awareness masyarakat terhadap Smitten by Pattern meningkat.
“Selain dikenal oleh masyarakat luas, juga memperluas jalur pemasaran. Tak hanya menjangkau Jabodetabek, tapi hingga seluruh wilayah di Indonesia. Tadinya mungkin pasar kami hanya anak muda dan ibu-ibu muda. Kini, lebih luas. Ada bapak-bapak yang sedang cari kado istrinya,” kata Laras.
Kuncinya dalam berbisnis, membuat inovasi pola dan motif yang unik sekaligus relevan. Dalam selembar kain, Laras mampu menyusun pola dan motif yang melibatkan 10-50 warna. Kondisi ini yang mendorong Laras untuk menjadi pebisnis 100%.” Setelah bergabung selama enam bulan dengan Tokopedia, saya dan teman akhirnya mutusin keluar kerjaan untuk fokus bisnis,” ujarnya.
Kini, Smitten by Pattern yang bergerak di bidang desain dan fesyen ini tak hanya memproduksi desain kain, tetapi juga merambah ke produksi scarf, pakaian, hingga tas . Selain itu, dengan dorongan kemudahan akses distribusi dari mitranya, Smitten by Pattern mampu meningkatkan pendapatan hingga 100% hingga 200%.
Distribusi hasil karyanya pun ikut meluas. Awalnya hanya menjamah kota-kota besar di pulau Jawa, kini pemesanan busananya bisa sampai ke daerah Papua. “Dari segi pendapatan, kami sangat surprise. Kalau dilihat dari Tokopedia, mendapat 200%-300% pada 2018. Kalau 2019 bisa 6 – 10 kali lipat,” ungkapnya.
Kini, usaha Laras pun sudah memiliki omzet Rp 40-100 juta per bulan. Dan bisa menjual di atas 150 pcs per bulan. Tak hanya itu, menurut Laras, bisnisnya kini bisa membuka lapangan pekerjaan dengan latar belakang yang beragam.
“Sekarang, kami memiliki kantor dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru. Dari dua orang, sekarang udah ada 7 orang di Smitten by Pattern. Dan cukup 1 orang di bagian finance karena sistem pembayaran di mitra sudah sangat rapi. Selain itu, sistem pekerjaan pun bersifat fleksibel, bahkan ada karyawan yang bisa membawa anaknya bekerja,” ungkapnya dengan bangga.
“Jadi bagi yang mau terjun berbisnis tidak perlu takut gagal, dicoba aja dulu,” pungkasnya.
====================
Laras Anggraini
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1993
- Usaha yang dikembangkan : Desainer dan produksi busana, scraf, tas merek Smitten by Pattern
- Mulai usaha : 2017
- Jabatan : Founder dan CEO
- Modal awal : sekitar Rp 12 Juta
- Omset : Rp 40 juta – Rp 100 juta/bulan
===================
STEVY WIDIA
Discussion about this post