youngster.id - Sebagian wilayah dan jalan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) masih terdampak akibat banjir yang terjadi di awal tahun 2020. Untuk membantu masyarakat bisa menggunakan lima aplikasi dan situs untuk memantau titik-titik banjir.
Pertama, aplikasi Pantau Banjir yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Platform ini memiliki fitur pelaporan ketinggian banjir di lokasi tertentu, informasi tinggi di pintu air, wilayah pos pengamatan, lokasi dan jumlah pompa air yang dapat beroperasi.
Fitur ‘Report’ alias pelaporan ketinggian banjir, pengguna bisa mengenai ketinggian banjir di setiap tanggal. Pengguna juga bisa melaporkan secara langsung dengan mengunggah foto banjir di tempat tinggal masing-masing. Lalu, ada fitur ‘Pintu Air’, ‘Pos Pengamatan’, dan ‘Pompa Air’ yang bisa dimanfaatkan pengguna untuk mendapat informasi terkini. Aplikasi Pantau Banjir telah diunduh lebih dari 10 ribu kali.
Kedua, situs Petabencana.id yang didukung USAID, UrbanRISKLab, Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB), Pacific Disaster Center, Humanitarian OpenStreetMap Team, Qlue, dan lainnya. Pengguna dapat mengetahui wilayah mana saja yang terdampak banjir, dengan mengetik lokasinya.
Ada lima warna untuk membedakan status bencana. Hijau menandakan Siaga 4 alias pengguna harus berhati-hati dengan ketinggian air. Lalu, kuning yakni siaga 3 karena ketinggian banjir berkisar 10-70 centimeter (cm). Lalu, jingga menandakan siaga 2 atau ketinggiannya sekitar 71-150 cm. Sedangkan, merah berarti siaga 1 alias ketinggian banjir di atas 150 cm.
Ketiga, aplikasi Sistem Peringatan Dini Banjir DKI Jakarta yang dikembangkan oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta. Platform ini memiliki fitur status siaga, peta lokasi stasiun Automatic Water Lavel Recorder (AWLR), prakiraan cuaca, laporan masyarakat, dan foto kegiatan pemantau Tinggi Muka Air (TMA) Ada pula fitur pantauan CCTV, kontak penting instansi terkait, serta saran dan masukan. Di aplikasi ini, pengguna bisa mendapatkan notifikasi mengenai status siaga beberapa pintu air di Jakarta dengan rincian waktu dan ketinggian air. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari 1.000 kali.
Keempat, fitur Facebook Safety Check alias Penanggulangan Krisis di platform Facebook. Untuk mengaktifkannya, cari di bagian kolom pencarian. Nantinya akan ada fitur tersebut, yang menyajikan informasi bencana di mancanegara maupun dalam negeri. Fitur itu juga menyajikan pintasan informasi terkini. Pengguna bisa melaporkan keadaan diri sendiri, apakah dalam kondisi aman atau tidak. Dengan begitu, teman dan keluarga yang ada di Facebook bisa mengetahui. Selain itu, pengguna bisa menawarkan atau meminta bantuan karena terdampak bencana. Kategori bantuan mulai dari air, pakaian, makanan, transportasi, perlengkapan bayi, relawan, dan sebagainya.
Kelima, aplikasi Google Maps. Melalui fitur ‘Banjir’, pengguna dapat menemukan dan melaporkan informasi penutupan jalan karena banjir. Pada tampilan peta, pengguna dapat mengetahui jalan mana saja yang ditutup akibat banjir, ditandai dengan simbol dilarang masuk (forbidden) merah. Selain itu, ada simbol peringatan bakal dilakukan penutupan jalan berupa tanda seru kuning. Pengguna bisa mengetahui informasi lanjutan soal penutupan ruas jalan. Selain itu, dapat mengakses informasi terkini melalui fitur ‘Lihat Info Terbaru’ yang otomatis masuk ke halaman Google Search.
Pengguna juga bisa mengakses beberapa akun media sosial instansi terkait cuaca dan bencana. Di antaranya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) lewat @infoBMKG, BNPB @BNPB_Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) @BPBDJakarta, dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS) @SARNasional.
STEVY WIDIA
Discussion about this post