youngster.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menetapkan target untuk mengejar pertumbuhan perusahaan rintisan (startup). Pasalnya, meski potensi pertumbuhan startup di Indonesia besar, tetapi banyak yang bertumbangan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Plate mengatakan, pembudidayaan startup harus menargetkan perusahaan rintisan yang mampu berkembang.
“Yang realistis berapa, Yang realistis itu berapa (startup-nya), itu yang kami bantu. Kami tidak ingin bangun startup, lalu mati,” kata Johnny dalam pernyataannya Senin (28/10/2019) di Gedung Kemekominfo, Jakarta.
Menurut Menteri Kominfo ini dia perlu berdiskusi dengan pelaku usaha diperlukan untuk melihat lebih lanjut perusahaan rintisan mana yang mampu berkembang dan bertahan. “Kami tidak inginkan bangun startup terus mati. Kami ingin bangun startup terus berkembang. Harus berdiskusi lebih baik dengan mereka,” jelasnya.
Menurutnya, potensi pertumbuhan startup di Indonesia sangat besar. Namun, pertumbuhan tersebut tidak lepas dari kemauan dunia usaha dalam melakukan investasi terhadap perusahaan rintisan.
“Tinggal dunia usahanya. Saya bisa ngomong angka, tapi kalau dunia usahanya tidak mau investasi, gimana? Makanya harus bicara dulu dengan dunia usaha,” ucapnya.
Pertumbuhan perusahaan rintisan yang ada pun harus selaras dengan pertumbuhan nasional, menurut Johnny. Ia mengatakan, perusahaan rintisan harus mampu mempertemukan lini depan ekonomi, seperti petani, peternak, nelayan, dengan pembeli.
“Tidak hanya jumlah startup secara dunia komersial, tapi harus bisa menjangkau masyarakat. Masyarakat siapa? Petani, nelayan, peternak, mereka yang jadi ujung tombak, harus bisa mereka sebagai sektor produksi, dan platform sebagai sektor distribusi, mereka harus bisa dipertemukan,” ucap menteri.
Pertumbuhan startup juga tidak ditargetkan pada kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta, menurut Johnny. Kota-kota dengan kategori terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) perlu dijangkau dengan kehadiran startup.
Laporan Google, Temasek dan Bain pun memperkirakan, nilai ekonomi berbasis digital di Asia Tenggara mencapai US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.418,7 triliun tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebesar 40% atau Rp 40 miliar (Rp 567,9 triliun) berasal dari Indonesia.
Untuk mencapai target tersebut, menurutnya pemerintah perlu kebijakan khusus untuk mengembangkan startup. “Jadi, harus jeli melihat startup mana saja yang bisa melakukan (bisnisnya) dengan baik. Saya sebagai Menteri Kominfo bakal mendukung dan memfasilitasi mereka,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post