youngster.id - Perpustakaan kerap dianggap sebagai gedung penyimpanan buku yang kaku dan nyaris tak tersentuh masyarakat luas. Tetapi sekarang perpustakaan umum telah berubah menjadi pusat belajar masyarakat yang memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi.
Perubahan itu salah satunya berkat gerakan PerpuSeru Coca-Cola Foundation Indonesia dengan dukungan Bill & Melinda Gates Foundation sejak tahun 2000. Ini merupakan program yang mengembangkan perpustakaan umum menjadi pusat belajar masyarakat yang memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi.
Selama 2017, #1000CeritaPerpuSeru telah mengunjungi 58 perpustakaan daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Wakatobi hingga Ambon. Titie Sadarini, Chief Executive Coca-Cola Foundation Indonesia mengatakan, selama 1 tahun ini, dampak kehadiran PerpuSeru berada dalam 3 pilar human capital development yakni menciptakan entrepreneur, inovasi dan transformasi.
“Perjalanan kami selama melihat secara langsung dampak nyata yang telah dirasakan oleh masyarakat di program PerpuSeru. Setidaknya 3 pilar dampak nyata yang sangat terlihat adalah menciptakan entrepreneur baru, inovasi hingga transformasi. Kami sangat senang melihat antusiasme dan perubahan dampak ekonomi sosial yang dialami masyarakat di PerpuSeru,” ungkap Titie Jumat (15/12/2017) di The Maj, Jakarta.
Pada kesempatan itu, hadir Sulistioningsih dari Pangkalan Bun, dan Fahrurrozi dari Lombok Barat, serta membawa perubahan hidup bagi Patrick Stevy Kaya dari Ambon. Mereka merasakan dampak langsung dari program PerpuSeru.
Sulistioningsih (49) merupakan pembudidaya bawang dayak yang dapat digunakan sebagai obat herbal. Menurut dia, usaha ini berawal dari penyakit diabetes yang dideritanya. Lewat perpustakaan di Kotwaringin Barat, Kalimatan Tengah ia mendapat infomasi seputar tanaman lokal apa yang bisa membantu menyembuhkan penyakitnya.
“Ternyata di perpustakan itu saya bisa mendapat berbagai informasi mulai dari cara memanam, mengonsumsi sebagai obat serta mengenal berbagai macam tanaman herbal sampai akhirnya bisa sembuh,” ucapnya. Setelah dinyatakan sembuh, Sulistioningsih tetap mempelajari tanaman herbal dan akhirnya menjadikan peluang usaha di kotanya.
Sementara Fahrurrozi (22) memanfaatkan layanan internet gratis yang disediakan perpustakaan Desa Sandik, Lombok Barat untuk belajar pangkas rambut. Berkat ilmu dari YouTube sekarang ia memiliki penghasilan Rp.100.000 hingga Rp. 200.000 per hari.
Yang tak kalah menarik adalah cerita dari Ambon, yaitu Patrick Stevy Kaya (39) mantan preman dan bandar narkoba. Setelah aktif ke Perpustakaan Daerah Ambon, kini Patrick adalah seorang motivator yang membantu pecandu narkoba di kota Ambon untuk bisa berhenti. “Perpustakaan adalah tempat rehabilitasi saya,” ujarnya.
Kehadiran PerpuSeru di daerah tidak terlepas dari kerjasama dan peran penting dari Perpustakaan Daerah. Salah seorang staff Perpustakaan Daerah Kotawaringin Barat Pangkalan Bun, Yenny Feridha, mengungkapkan perpustakaan memiliki peran strategis antara lain mendukung pendidikan hingga pemberdayaan untuk kemajuan sosial dan ekonomi.
“Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini turut berdampak pada modernisasi perpustakaan dengan layanan digital agar dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Namun bagi kami yang tinggal di daerah, memperoleh sarana TIK yang memadai dan program pemberdayaan di perpustakaan kami cukup sulit. Perpustakan Daerah Kotawaringin Barat beruntung mendapat dukungan dari PerpuSeru, sehingga daerah kami mulai bermunculan entrepreneur baru dan tercipta lapangan kerja dan ekonomi yang lebih baik,” ujar Yenny.
PerpuSeru di 2018 akan lebih banyak hadir di berbagai daerah dan melibatkan sejumlah sahabat PerpuSeru. “Perjalanan PerpuSeru 2017 sangatlah menarik, dan akan kami teruskan hingga di 2018. Dengan mengajak lebih banyak pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan swasta dan public figure, kami ingin terus menghidupkan semangat hadir, belajar dan berdaya di perpustakaan,” pungkas Titie.
STEVY WIDIAA
Discussion about this post