youngster.id - Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) dengan tegas menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Cukai terhadap plastik dan minuman berpemanis, termasuk soda.
Pasalnya, menyikapi kebijakan itu dianggapnya berdampak pada konsumsi dan harga produk minuman yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada pertumbuhan industrinya.
Triyono Pridjosoesilo, Ketua Asrim menuturkan berkaitan dengan wacana pengenaan cukai, sebelumnya pemerintah telah meluncurkan rangkaian paket kebijakan ekonomi untuk mendukung dunia usaha dan investasi. Hal ini tentu memberikan harapan baru bagi para pelaku industri, tetapi tidak pada pengusaha industri minuman ringan.
“Karena tantangan terhadap perkembangan industri minuman masih tetap tinggi, khususnya terkait dengan wacana kebijakan atau regulasi yang akan berdampak langsung pada biaya dan harga jual serta kebijakan yang berdampak pada alur proses perizinan yang panjang dan kompleks,” ungkap Triyono di acara jumpa pers Senin (8/7/2017) di Hotel Puri Denpasar Jakarta.
Dengan begitu, lanjut Triyono, adanya wacana kebijakan cukai ini bukan saja berdampak pada beban biaya dan harga jual. Namun demikian, tererkait wacana cukai minuman berpemanis, ASRIM tetap berpandangan pada kebijakan terhadap satu kategori produk tertentu untuk menanggulangi epidemi Penyakit Tidak Menular (PTM) sangat tidak tepat, bahkan kontra produktif.
“PTM seperti obesitas dan diabetes merupakan kondisi yang kompleks, yang tidak hanya disebabkan oleh satu jenis produk minuman atau makanan tertentu. Ini berkaitan dengan pola hidup masyarakat secara total, seimbang dengan pola konsumsi dan aktivitas fisik yang seimbang. Karenanya, tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu mekanisme. ASRIM siap untuk terus bersinergi bersama pemerintah mencari solusi yang tepat dan efektif,” tutur Triyono.
Selain itu, juga ada wacana cukai kemasan plastik. ASRlM juga mengkritisi wacana tersebut karena nilai akan berdampak pada industri minuman di dalam negeri.
“Kami terus mendorong pemerintah agar menyiapkan kebijakan pengelolaan sampah tepat sasaran, terintegrasi dan berkelanjutan,” kata dia.
Menurut Triyono, plastik kemasan produk minuman (jenis plastik PET) bekas pakai merupakan salah satu bahan yang masih bernilai ekonomis tinggi.
“Pada intinya, kami mendukung upaya pemerintah membuat roadmap yang lebih baik tetapi jangan sampai pemerintah justru melahirkan kebijakan yang salah, yang memberatkan industri namun tetap tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya,” tuntasnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post